tirto.id - Jauh sebelum pendaftaran kandidat Pilpres 2019 dibuka secara resmi, perbincangan soal tokoh yang bakal maju sebagai calon presiden sudah mengerucut ke dua nama: Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Keduanya bukan wajah baru. Ketika dua nama itu diusung masing-masing koalisi partai, publik sudah tidak heran.
Yang mengejutkan dan agak dramatis adalah sosok yang diusung sebagai cawapres: Ma'ruf Amin sebagai pendamping Jokowi dan Sandiaga Uno sebagai pendamping Prabowo. Ma'ruf dikenal sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kerap membuat fatwa-fatwa yang merugikan kelompok minoritas. Salah satu korbannya ialah Basuki Tjahaha Purnama, kolega dekat Jokowi. Sedangkan Sandiaga dikaitkan dengan uang Rp500 miliar yang diberikan sebagai mahar kepada partai-partai pengusung Prabowo.
Setelah pasangan capres dan cawapres ditetapkan satu bulan lalu, drama yang menyertai pemilihan cawapres memang tidak hilang begitu saja. Selama satu bulan ini, kedua cawapres menyambangi lebih banyak daerah daripada pasangan mereka. Mereka turun untuk menyampaikan pesan dan membentuk citra, baik ke wilayah lumbung suara lawan atau basis suara sendiri. Wacana yang ingin mereka kuasai: ekonomi dan pesantren.
Jalan-Jalan Politik Dua Pendamping
Lawatan Sandiaga ke sejumlah daerah dimulai dari Surakarta pada Sabtu (22/9/2018). Ini kota yang pernah dipimpin Jokowi selama dua periode dan menjadikannya terkenal. Kota tersebut juga merupakan lumbung suara PDIP. Di Pilpres 2014, Jokowi mendapat 84,36 persen suara di sana.
Di Surakarta, Sandiaga berkunjung ke Majelis Tafsir Al-Quran dan Pasar Kadipolo. Lalu, dia bertolak ke Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Kabupaten Sukoharjo. Selama berada di kota tersebut, Sandiaga ditemani Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. PAN didirikan Amien Rais pada 1998, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah. Partai berlambang matahari ini memang lahir dari rahim Muhammadiyah.
"Aspirasi yang didapat dari masyarakat pada umumnya merupakan keluhan terkait stabilitas harga khususnya bahan pokok," Sandiaga mengingat kunjungannya di Pasar Kadipolo.
Dari Surakarta, Sandiaga menyambangi Semarang dan Temanggung pada Senin (24/9/2018); serta Pekalongan dan Purwokerto pada Selasa (25/9/2018). Di empat daerah itu, Sandiaga juga mengunjungi pasar dan lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan Muhammadiyah.
Di Semarang, Sandiaga menemukan penjual tempe yang dikemas dalam bentuk sachet di Pasar Wonodri. Kata Sandiaga, "Sekarang tempe bisa di-sachet, hasil kreasi Bu Yani."
Itu bukan kali pertama dan terakhir Sandiaga berkelakar soal tempe. Pada pekan pertama September 2018, eks wakil gubernur DKI Jakarta itu mengatakan bahwa tempe sudah dikecilkan dan tipisnya seperti ATM. Lalu, ketika mengunjungi Pasar Tanjung, Jember pada Minggu (7/10/2018), ia mengatakan, "Nah, di Jember saya menemukan tempe sebesar tablet."
Sedangkan Ma'ruf Amin menyambangi Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Itqon di Cengkareng, Jakarta Barat untuk lawatan pertamanya pada Sabtu (22/9/2018).
Seolah-olah ingin menyaingi Sandiaga, Ma'ruf juga melakukan lawatan ke Jawa Tengah. Pada Selasa (25/9/2018), Ma'ruf datang ke Kabupaten Tegal. Berbeda dari Sandiaga, di Tegal Ma'ruf mengunjungi pesantren.
Sehari setelah mengunjungi Tegal, Ma'ruf menyambangi kediaman Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sementara Sandiaga bertolak ke kantor Rabithah Alawiyah, ormas Islam penghimpun keturunan Arab yang memiliki pertalian keluarga dengan Nabi Muhammad yang kerap disebut habaib. Ma'ruf sudah terlebih dahulu mengunjungi Rabithah Alawiyah dua pekan sebelumnya.
Setelah itu, lawatan Sandiaga dan Ma'ruf berlanjut ke Jawa Timur. Tempat pertama yang dijajaki Sandiaga ialah kantor Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur yang terletak di Surabaya. Dia tiba di sana pada Kamis (27/9/2018) dan lagi-lagi didampingi Zulkifli Hasan. Sedangkan Ma'ruf menyambangi empat pesantren besar di Jember dan bertemu pengurus Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember.
Dalam dua hari berikutnya, Sandiaga masih berkeliling Jawa Timur. Dia datang ke SD Muhammadiyah Pucang, Surabaya, lalu datang ke Probolinggo, Kediri, Sumenep, dan Madiun. Di empat daerah terakhir, Sandiaga melawat ke pasar dan sentra UMKM. Begitu pun Ma'ruf. Mantan Rais Aam PBNU itu berkunjung ke sejumlah pesantren di Probolinggo, Pasuruan, dan Sidoarjo.
Di Pesantren Al-Amin Sumenep dan Pesantren Riyadlul Jannah Sidoarjo, Sandiaga menyampaikan pentingnya pengembangan santripreneur. Sedangkan di Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo, Ma'ruf Amin mewacanakan skema pembangunan ekonomi yang dia sebut "Arus baru ekonomi Indonesia". Keduanya sama-sama bicara isu ekonomi.
Kecuali Pasuruan dan Sumenep, semua daerah yang dikunjungi Sandiaga dan Ma'ruf merupakan daerah yang dimenangi Jokowi pada Pilpres 2014. Jember dan Surabaya merupakan wilayah lumbung suara Jokowi. Pada Pilpres 2014, Jokowi memperolah 65,76 persen suara di Jember. Sedangkan di Surabaya, Jokowi memperoleh 64,14 persen suara.
Manuver dan Balasan
Memasuki Oktober 2018, persaingan Ma'ruf dan Sandiaga semakin kentara. Sandiaga mengunjungi daerah-daerah yang sudah didatangi Ma'ruf seperti Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Pesantren Al-Qodiri di Jember, dan Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo.
Sebaliknya, jika Sandiaga mengunjungi markas para habib di Rabithah Alawiyah, pada Sabtu (6/10/2018) giliran Ma'ruf Amin yang dikunjungi 37 habib dan ulama. Dalam pertemuan yang berlangsung di rumahnya, Ma'ruf Amin mengaku mendapat dukungan dari habib muda. "Semua mendukung. Dari jalur kultural ke struktural karena saya diajak menjadi wakil presiden," klaim Ma'ruf. Perkataan ini kemudian dikenal dengan sebutan "hijrah struktural".
Restu dari Herjuno Darpito alias Hamengkubuwana X juga seolah-olah menjadi rebutan Sandiaga dan Ma'ruf. Pada Jumat (12/10/2018), Sandiaga pergi Yogyakarta. Di sana, dia mampir ke Pasar Imogiri di Bantul, lalu, menemui Herjuno di kompleks Keraton Ngayogyakarta. Sehari kemudian, Ma'ruf langsung terbang ke Yogyakarta. Setelah berkunjung ke Pesantren Al-Maksum di Bantul dan menemui Emha Ainun Najib, Ma'ruf juga sowan ke kediaman Herjuno pada Senin (15/10/2018).
Persaingan seperti itu pun sudah bisa dilihat empat hari sebelumnya. Pada Senin (8/10/2018), Sandiaga menghadiri Tabligh Akbar Majelis Rosululloh di Jakarta. Ma'ruf dijadwalkan hadir pada acara yang sama, namun kemudian batal. Sebelum menghadiri acara tersebut, Sandiaga melontarkan bahwa sepiring nasi berlauk ayam di Jakarta lebih mahal daripada di Singapura. Bagi Sandiaga, keadaan itu perlu dibereskan. "Ada satu hal yang perlu kita benahi dari harga-harga kebutuhan pokok," ujarnya. Pernyataan itu kemudian ditentang pendukung Jokowi-Ma'ruf.
Kurang dari sepekan kemudian, Ma'ruf terbang ke Singapura. Selain bertemu Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong pada Selasa (16/10/2018), ia juga memberi kuliah umum bertema "Rekonsolidasi Islam Moderat dan Ekonomi Berkeadilan" di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University (NTU) pada Rabu (17/10/2018).
"Saya berbincang dengan PM, tentang persoalan yang kita hadapi. Pentingnya membangun ekonomi berkeadilan. Menangani disparitas kaya miskin, juga disparitas antardaerah," ujar Ma'ruf seusai bertemu PM Lee.
Sandiaga juga berkeliling ke sejumlah daerah di Jawa Barat, mulai dari Indramayu, Cirebon, Ciamis hingga Subang. Pada Pilpres 2014, Prabowo memang unggul dari Jokowi di Jawa Barat. Namun, di ketiga kabupaten itu Prabowo kalah.
Setelah menyisir lumbung suara Jokowi di bumi pasundan, Sandiaga melawat ke Kuningan, Tasikmalaya, hingga Kota Bandung. Prabowo menang di daerah itu pada Pilpres 2014.
Melihat laju dan perolehan suara di Pilgub Jawa Barat 2018, enam daerah itu termasuk yang sulit ditembus Sudrajat-Syaikhu, kandidat yang diusung PKS-Gerindra-PAN.
Peneliti politik di Populi Center Usep S. Ahyar berpendapat Pilpres 2019 merupakan ajang pertarungan para cawapres sebab Jokowi dan Prabowo sudah berhadapan di Pilpres 2014.
"Yang relatif sudah bergerak itu ya cawapres kedua belah pihak. Kalau di pihak Jokowi, yang menjadi presiden kan masih menjalankan tugas kepresidenan, yang menurut saya efektif juga [jika] terus blusukan, meskipun sebagai presiden," ujar Ahyar kepada Tirto, Kamis (18/10/2018).
Namun, Ahyar menilai kunjungan kedua cawapres hanya memperkuat basis pendukung masing-masing dan belum merambah basis suara baru.
"Pak Sandi ke Ciamis. Yang ditemui kan pendukung Prabowo yang memang dari awal sudah memilih Prabowo. Di Jawa Tengah, Pak Sandiaga banyak ke sana. Namun orang yang ditemui Sandiaga ya [seharausnya] jangan hanya pendukung Prabowo, tetapi juga para swing voters," tambah Ahyar.
Editor: Ivan Aulia Ahsan