tirto.id - Hari ini, Senin (16/7/2018) adalah hari pertama para siswa memasuki tahun ajaran baru 2018/2019. Dari pantauan Tirto, orang tua murid di beberapa sekolah pun mengantarkan anaknya di hari pertama masuk sekolah ini, seperti yang diimbau oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Imbauan Anies tersebut bertujuan agar ada interaksi antara orang tua dan guru sejak di awal tahun ajaran baru demi menciptakan komitmen mengawal pendidikan anak hingga ke depan.
Ia juga telah mengimbau seluruh pimpinan instansi pemerintah dan perusahaan swasta di Provinsi DKI Jakarta untuk dapat memberikan izin atau dispensasi kepada pegawainya di lingkungannya untuk mengantarkan anaknya ke sekolah terlebih dahulu.
Imbauan Anies ini tertuang dalam Seruan Gubernur Nomor 9 Tahun 2018 tentang Hari Pertama Masuk Sekolah yang dikeluarkan pada 10 Juli 2018 dan bertanda tangan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Menanggapi imbauan tersebut, beberapa orangtua murid khususnya SD tidak sedikit yang mengantar anaknya hingga masuk ke dalam kelas. Salah satunya Fitri (35), ibu rumah tangga yang mengantar anaknya ke SD Negeri Karet 04 Pagi yang berangkat sejak pukul 06.30 WIB.
"Anak saya kelas 1. Hari pertama masuk sekolah biasanya diantar dari anak pertama, kedua. Ini anak ketiga," kata Fitri kepada Tirto pada Senin (16/7/2018).
Mendampingi anak khususnya di hari pertama masuk sekolah, menurutnya, penting karena di hari pertama pembagian kursi, seringkali berebut dengan murid yang lain. Jadi, orang tua mendampingi untuk mengarahkan.
"Hari pertama nganter juga buat mendampingi nyari kursi. Anak-anak nyari kursi biasanya berebutan," kata Fitri.
Biasanya selama seminggu Fitri akan mengantar anaknya dan menunggu anaknya yang kelas 1 hingga pulang sekolah. "Nunggu anak sampai anak pulang sekolah jam 10. Biasanya begitu," kata Fitri.
Hal senada juga diutarakan Nanik (40), ibu rumah tangga warga Karet Semanggi. Untuk anak yang baru masuk kelas 1, Nanik selalu menunggu anaknya hingga pulang sekolah.
Itu telah menjadi kebiasaannya juga dari anak pertama dan kedua. "Namanya hari pertama pasti diantar. Kira-kira semingguan ditungguin di depan kelas. Karena anak belum terbiasa kan dan biar orangtua tahu aja gimana anaknya di awal-awal sekolah," kata Nanik.
Bagi Fitri dan Nanik mengantar anak di hari pertama sekolah sudah biasa. Bagi Iwan (47) ini adalah pengalaman pertama mengantar anak yang duduk di kelas 1 pergi ke sekolah di hari pertama.
"Anak saya, anak ketiga juga. Tapi, baru anak ketiga ini saya nganter anak masuk sekolah di hari pertama ajaran baru. Biasa saya serahin aja ke istri saya," kata Iwan.
Tidak seperti Fitri dan Nanik, Iwan tidak menunggu anak hingga pulang sekolah. Ia hanya menunggu anaknya masuk kelas karena pukul 08.00 WIB dia harus masuk kerja.
"Setelah selesai baris-berbaris dan masuk kelas saya tinggal. Saya sempatkan waktu buat anak ketiga buat nganter di hari pertama sekolah, sebelum berangkat kerja karena kebetulan ngelewatin juga. Masak sama sekali enggak pernah ngantar," kata Iwan.
Iwan mengatakan imbauan Anies di beberapa media nasional memang sempat membuatnya semakin terdorong untuk mengantar anak ke sekolah di hari pertama.
Imbauan Anies, menurut Fitri dan Nanik tidak terlalu berpengaruh bagi mereka karena memang sudah menjadi semacam kebiasaan mengantar anak ke sekolah. Namun, Iwan merespons positif imbauan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Sempat kepikiran sama imbauan Pak Anies. Anak 1 dan 2 diserahin ke istri karena anak 1 dan 2 enggak sekolah di sini [tidak searah sama kantor]," kata Iwan.
Menurut Iwan, memang orangtua harus menyempatkan untuk mengantar anak di hari pertama sekolah. Bisa ayah atau ibu, perwakilan dari orangtua.
"Kalau jarak jauh enggak memungkinkan bagi ayahnya yang kerja, bisa diwakilin ibunya. Tapi, yang namanya orangtua tetap harus tahu gimana sekolahnya anak. Kebangetan kalau 6 tahun sama sekali enggak nganter sekolah," kata Iwan.
Enam tahun masa pendidikan SD adalah waktu yang panjang, maka penting sekali untuk mengetahui lingkungan sekolah beserta guru-guru di sekolah anak.
"Enam tahun bukan main-main. Interaksi dengan guru penting seperti yang dibilang Pak Anies. Kalau berinteraksi antara orangtua dengan guru akan muncul rasa tanggung jawab dari masing-masing. Saat bertemu kan sekalian menitipkan anak," kata Iwan.
Hal yang serupa juga terjadi di SD Negeri Karet 06 Pagi. Galuh (36) dan Lida (37) mengantar anaknya yang duduk di kelas 2 SD hingga masuk kelas.
Lida sudah biasa mengantar anaknya sejak kelas 1. Tidak di hari pertama ajaran baru saja, Lida mengantar anak pertamanya ini di hari-hari biasa hingga masuk kelas.
"Mungkin cuma beberapa hari aja nungguin anak sampai pulang sekolah di awal-awal ajaran baru," kata Lida.
Sementara Galuh, hari ini adalah hari pertamanya mengantar anak ke sekolah karena biasanya adalah suaminya.
"Ini pertama kali saya yang antar. Biasanya ayahnya yang antar, karena bagi tugas dengan suami. Suami saya ngantar anak pertama di hari pertama masuk SMP. Kalau dulu dua anak saya satu sekolah jadi suami sekalian. Sekarang bagi tugas," kata Galuh.
Kendati baru pertama kali mengantar anak sekolah, Galuh mengatakan penting bagi perwakilan orangtua untuk mengantar anak, apalagi untuk anak kelas 1 yang baru masuk sekolah.
"Tadi ada anak nyasar nyari kelas. Dia anak kelas 1 SD Negeri Karet 06 kalau enggak salah, karena baru pertama dan cuma dititipkan ke tetangga yang katanya beda sekolah ternyata. Anak tetangganya itu SD Negeri Karet 04, kalau enggak salah. Si anak cuma ngikut-ngikut aja, kan namanya anak kan enggak tahu bener jadi nyari-nyari kelas sama temen-temennya," kata Galuh.
SD Negeri Karet 04 Pagi dan SD Negeri Karet 06 Pagi memiliki lokasi yang berdekatan dalam satu komplek. Lapangan untuk baris-berbaris pun menjadi satu.
Karena sudah masuk tahun kedua, Lida dan Galuh sudah cukup mengenal guru-guru di SD Negeri Karet 06 Pagi dan memiliki kontak telpon beberapa guru. Namun, untuk berkonsultasi perkembangan anak keduanya lebih suka bertemu langsung saat menjemput anak sekolah.
"Kadang suka ngobrol dengan guru kelas saat jemput anak sekolah, tapi enggak sering sih," kata Lida.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri