Menuju konten utama

Orang Tua Harun Mengaku Diminta Teken Tak Tuntut Saat Ambil Jenazah

Didin mengaku diminta menandatangani pernyataan agar tak menuntut ke pihak mana pun saat mengambil jenazah Harun Al Rasyid.

Orang Tua Harun Mengaku Diminta Teken Tak Tuntut Saat Ambil Jenazah
Sejumlah massa aksi terlibat kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.

tirto.id - Didin Wahyudin, orang tua Harun Al Rasyid, mengaku sulitnya proses pengambilan jenazah anaknya yang menjadi korban kerusuhan 21-22 Mei lalu. Didin mengaku diminta menandatangani pernyataan agar tak menuntut ke pihak mana pun.

Menurut Didin, kesulitan itu dialami saat mengambil jenazah putra keduanya di RS Polri Kramat Jati. Pada Kamis (23/5/2019), ia sudah mendapat kabar Harun meninggal dan berada di RS Polri setelah dipindahkan dari RS Dharmais. Harun dipindah ke RS Polri karena tak beridentitas.

"Tapi di sana katanya harus melalui prosedur untuk mengambil surat pengantar dari Polres Jakbar. Setelah dari Polres Jakbar, sudah malam katanya, besok harus kembali lagi jam 8.00 WIB. Itu hari Kamis malam Jumat," katanya saat mengadu ke Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon ke DPR RI, Jakarta, Senin (27/5/2019) siang.

Didin mengaku sudah lemas, sehingga pengambilan jenazah diwakilkan oleh adiknya. Jumat (24/5/2019) pagi, ayah Didin dan adiknya sudah tiba di RS Polri. Namun, Kapolres Jakarta Barat belum hadir, hingga pukul 09.00 WIB mereka baru bisa menandatangani berkas pengambilan jenazah.

"Sampai sana harus diautopsi dulu, tapi satu hal di situ ada pernyataan keluarga korban tidak boleh menuntut siapa pun, apa pun, dan kedua untuk dilakukan autopsi," kata Didin.

Didin sempat memperingatkan adiknya yang mengambil jenazah untuk tak menandatangani dokumen apa pun yang belum jelas maksudnya. Adiknya sempat bingung. Namun, karena waktu semakin sore, atas anjuran dari ayah Didin, akhirnya dokumen tetap ditandatangani agar jenazah Harun dapat segera dipulangkan.

Namun, kejanggalan kembali ditemukan Didin. Jenazah Harun sudah dalam kondisi rapi dan dipakaikan kain kafan. Didin diberitahu, jenazah anaknya sudah diautopsi.

"Hasil autopsi tidak diberikan, di situ saya mempertanyakan kenapa hasil autopsi tidak diminta, apa memang tidak ada apa tidak dikasih," katanya.

Jenazah Harun sampai di rumahnya, Jakarta Barat pada Jumat (24/5/2019) sore, sekitar pukul 15.00 WIB. Didin mengaku sempat meminta agar kafan jenazah anaknya dibuka. Namun, ia dicegah oleh pihak keluarga dan hanya sempat melihat wajah Harun. Karena waktu sudah sore, Harun segera dimakamkan.

Orang tua Harun pun ingin menuntut keadilan bagi anaknya yang meninggal itu. "Anak saya ini dibunuh, pak, dibunuh, saya minta keadilan. Anak saya tidak politik, tidak mengerti, pak. Ini Indonesia hukum apa, hukum rimba atau apa," katanya.

Harun Al Rasyid, murid SMP Islam Assa’adatul Abadiyah, Petamburan, Jakarta Barat menjadi salah satu korban dalam kerusuhan 22 Mei silam.

Harun meninggal pada saat ada aksi rusuh 22 Mei di jembatan layang Slipi, Jakarta Barat, satu dari 9 titik ricuh dalam demo 21-22 Mei.

Baca juga artikel terkait AKSI 22 MEI atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Alexander Haryanto