tirto.id - Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya di Gedung Putih, Selasa (8/5/2018) memutuskan AS meninggalkan kesepakatan nuklir Iran. Keputusan itu mengundang kritik dari mantan presiden AS Barack Obama yang jarang ia sampaikan pada penerusnya itu, menyebutnya hal itu “salah arah” dan merupakan “kesalahan serius.”
"Kenyataannya jelas. JCPOA [Joint Comprehensive Plan of Action] bekerja," kata Obama seperti dikutip The Guardian, merujuk kepada kesepakatan yang ditandatangani oleh pemerintahannya pada 2015.
"Itu pandangan yang disampaikan oleh sekutu Eropa kami, para ahli independen, dan menteri pertahanan AS saat ini. Itulah mengapa pengumuman hari ini begitu salah arah," katanya menambahkan.
"Saya yakin bahwa keputusan untuk membuat JCPOA terancam tanpa adanya pelanggaran warga Iran atas kesepakatan itu merupakan kesalahan serius."
Kesepakatan mengenai program nuklir Iran yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (The Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) dicapai 2015 oleh Iran; lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa yang terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, dan Perancis; serta Jerman.
Trump telah memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir, sementara Iran menyatakan akan tetap berpegang pada perjanjian yang melonggarkan sanksi ekonomi terhadap Teheran.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Iran akan tetap mengikatkan diri pada kesepakatan nuklir multinasional meski Trump memutuskan AS keluar dari perjanjian itu.
Dia mengatakan dia akan "menunggu beberapa minggu" untuk berbicara dengan sekutu dan penandatangan lainnya untuk kesepakatan nuklir terlebih dahulu.
"Jika kami mencapai tujuan kesepakatan dalam kerja sama dengan anggota lain dari kesepakatan, itu akan tetap di tempat," katanya seperti dikutip BBC.
Merespons putusan AS itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak pihak-pihak lain yang masih berkomitmen pada kesepakatan nuklir Iran tetap mematuhi komitmen mereka.
Sekjen PBB mengatakan dalam satu pernyataan bahwa ia "sangat prihatin" atas keputusan Trump.
"Penting bahwa semua keprihatinan menyangkut penerapan rencana itu disampaikan melalui mekanisme yang telah dibentuk dalam JCPOA. Masalah-masalah yang tidak terkait langsung dengan JCPOA harus disampaikan tanpa prasangka untuk menjaga kesepakatan dan pencapaiannya," kata Guterres.
Editor: Yuliana Ratnasari