tirto.id - Pascaserangan penyiraman air keras yang terjadi pada Selasa (11/4/2017), penyidik KPK Novel Baswedan hari ini dibawa ke Singapura untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
"Saya ikut ke Singapura, mohon doanya ya," kata kakak Novel, Taufik Baswedan di Jakarta, Rabu (12/4/2017), sebagaimana dikutip dari Antara.
Namun Taufik mengaku tidak memahami teknis perawatan yang akan dijalani oleh Novel di sana.
"Teknisnya saya kurang tahu," tambah Taufik.
Seperti diberitakan, pada Selasa seusai sholat Subuh, penyidik KPK Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor di dekat rumahnya. Air keras itu mengenai satu mata Novel.
Novel lalu dilarikan ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading lalu dipindahkan ke RS Jakarta Eye Center (JEC) untuk mendapatkan perawatan intensif, dan kemudian pada hari ini ia diterbangkan ke Singapura.
Hingga saat ini polisi masih mencari dua pelaku penyerangan Novel. Polisi mendapatkan barang bukti berupa cangkir sebagai wadah untuk menyimpan air keras dari Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Teror terhadap Novel ini bukanlah yang pertama terjadi, ia sudah beberapa kali mendapatkan teror antara lain ditabrak mobil saat menuju ke KPK ketika mengendarai motor pada 2016, kriminalisasi dengan ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan di Bengkulu (2015), hingga diserang kelompok pendukung Amran Batalipu hingga motornya ringsek pada 2012.
Dari peristiwa ini berkembang banyak rumor yang beredar di ranah publik. Peristiwa yang dialami Novel Baswedan ini kuat dugaannya terkait dengan beberapa kasus besar, seperti kasus korupsi Wisma Atlet Jakabaring dan Hambalang, e-KTP, Bakamla, serta kasus-kasus lainnya. Dengan begitu, bagi pelaku korupsi ruang gerak Novel sangat berbahaya.
Mengenai dugaan awal tersebut, mantan juru bicara kepresidenan Johan Budi membenarkannya. Dia juga menyampaikan bahwa selama dia menjadi Kepala Humas KPK dan juru bicara KPK dirinya kerap kali menemui ancaman, mulai dari Antasari Azhar sampai era dia menjadi pimpinan KPK.
"Jelas ini ada hubungannya dengan kasus yang tengah diinvestigasinya. Kasus besar yang sedang menarik perhatian publik. Pasti ada hubungannya dengan itu," jelas Johan Budi.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari