Menuju konten utama

Nomine-nomine Tak Biasa yang Menghiasi Sejarah Oscar

Piala Oscar 2019 kali ini, menghadirkan nama-nama tak biasa dalam beberapa nominasi sebagai kejutan,

Nomine-nomine Tak Biasa yang Menghiasi Sejarah Oscar
Nominasi untuk Penghargaan Akademi Tahunan ke-91 piala Oscars yang akan diadakan hari Minggu, 24 Februari 2019 "Bohemian Rhapsody" dinominasikan untuk Film Terbaik. FOTO/John Nacion/STAR MAX/IPx 2018

tirto.id - Panitia Oscar telah merilis daftar lengkap nominasi untuk tahun ini pada Kamis (24/1/2019). “The Favourite” dan “Roma” menjadi dua film yang mendominasi pelbagai kategori.

Dengan dirilisnya daftar ini, sejumlah pihak, seperti biasa, mulai berspekulasi menentukan siapa saja yang berhak membawa pulang piala kemenangan.

Tak hanya menawarkan prestise bagi para pemenangnya, Oscar juga beberapa kali memberi kejutan sepanjang penyelenggarannya.

Sejarah mencatat penghargaan ini sempat menghadirkan nama-nama tak biasa dalam beberapa nominasi sebagai kejutan.

Nomine dengan nama palsu seperti Roderick Jaynes hingga filsuf kenamaan Prancis Jean Paul-Sartre pernah menjadi bagian dari penghargaan ini.

Joel dan Ethan Coen adalah kakak-beradik yang turut menjadi penyumbang kejutan dalam sejarah Oscar. Semula, tak banyak yang mengetahui bahwa sosok Roderick Jaynes yang masuk nominasi “Penyunting Terbaik” lewat film “Fargo” adalah lelucon dua bersaudara ini.

Nama tersebut kali pertama muncul pada tahun 1996, dan kembali muncul saat film “No Country For Old Men” masuk sebagai nomine dalam kategori yang sama pada tahun 2008.

Joel sendiri sempat berkelakar dengan mengatakan Jaynes mungkin tak akan menghadiri acara lantaran usianya terlalu tua.

“Ini karena nama kami sudah terlalu sering muncul di akhir film dan kelihatannya buruk kalau kami mencantumkan nama kami sekali lagi di sana. Predikat bisa jadi membosankan,” kata Ethan dalam wawancaranya dengan Telegraph.

Jika Coen bersaudara menggunakan nama palsu untuk mengurangi publisitas, Robert Towne justru menggunakan nama anjingnya, PH Vazak, sebagai bentuk protes atas naskahnya yang mengalami banyak perubahan.

Selama pembuatan film “Greystoke: The Legend of Tarzan, Lord of the Apes” di Afrika, Towne telah bekerja keras melakukan riset demi hasil yang lebih natural.

Sayang, lokasi syuting yang tak bersahabat membuat satu per satu kru film kelelahan dan jatuh sakit.

Ide Towne tak berjalan mulus dan studio film yang menaunginya akhirnya mengubah naskah film itu.

Melansir dari Hollywood Reporter, kendati “Greystoke” mengantar Towne menjadi nomine “Naskah Adaptasi Terbaik” dalam Oscar 1984, dia mengaku membenci film itu.

"Saya punya banyak penyesalan sepanjang kariernya saya dan Greystoke adalah penyesalan terbesar saya," kata Towne.

Selain PH Vazak, nomine Oscar tak biasa lainnya adalah Jean Paul-Sartre. Hingga tahun 1957, Oscar memang menghadirkan tiga kategori yakni Naskah Asli Terbaik, Naskah Adaptasi Terbaik, dan Cerita Terbaik.

Sartre menjadi nomine dalam kategori terakhir lewat naskah “The Proud and the Beautiful” yang ditulisnya pada tahun 1944.

Meski kalah dari Dalton Trumbo, Sartre berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah penghargaan perfilman Amerika. Pencapaian yang jelas tak lazim untuk seseorang yang lebih dikenal sebagai filsuf. Demikian yang diberitakan The Guardian.

Baca juga artikel terkait OSCAR 2019 atau tulisan lainnya dari Artika Sari

tirto.id - Film
Penulis: Artika Sari
Editor: Yandri Daniel Damaledo