tirto.id - Nicolo Zaniolo, pemuda berusia 19 tahun, tengah naik daun di AS Roma. Ia dipercaya oleh pelatih Eusebio Di Francesco tampil dalam 21 laga di semua kompetisi musim ini. Kepercayaan itu pun di bayar tuntas oleh pemain kelahiran 2 Juli 1999, dengan torehan 3 gol dan nilai 6,98 versi Whoscored di Serie A.
Di Liga Champions, dari 6 matchday yang dilakoni AS Roma di fase grup, Zaniolo hanya sekali absen bermain, dengan 2 penampilan ia catat sebagai starter di dua laga melawan Real Madrid. Kendati penampilannya di Liga Champions tidak sebagus yang ia tunjukkan di Serie A, mendapatkan nilai 6,20, Zaniolo membuktikan perekrutan dirinya bukanlah kesalahan.
Perjudian Setelah Nainggolan Pergi
Kedatangan Nicolo Zaniolo dari Inter Milan ke AS Roma sempat mengundang perdebatan di kalangan pecinta AS Roma. Ia dan Davide Santon datang ke ibukota Italia, sebagai bagian dari kesepakatan transfer Radja Nainggolan ke Inter.
Begitu Zaniolo datang, ia langsung mendapat kritikan dari Romanisti. Direktur olahraga AS Roma, Ramon Rodriguez Verdejo, atau biasa dipanggil Monchi disebut sebagai orang yang paling bertanggungjawab akan hal ini.
Kritik tersebut bukan tanpa alasan. Dalam beberapa musim terakhir, AS Roma selalu menjual pemain bintang dan membeli pemain-pemain buangan dari klub-klub lain. Pemain yang dijual tersebut antara lain Miralem Pjanic, Antonio Rudiger, Mohamed Salah, Alisson Becker, Leandro Paredes, hingga Radja Nainggolan.
Ironisnya, penjualan tersebut tidak dibarengi dengan pembelian pemain yang dilakukan AS Roma. Setelah menjual Rudiger ke Chelsea, Roma hanya mempermanenkan Federico Fazio dari Tottenham.
Padahal Fazio membukukan 32 kali penampilan dalam 3 musim masa baktinya di White Hart Lane, sebelum dipinjamkan ke AS Roma dan dipermanenkan pada musim panas 2017.
Begitu pula dengan Mohamed Salah, yang sampai saat ini belum memiliki pengganti sepadan. Penjualan Alisson, Pjanic, dan terakhir Nainggolan pun tak jauh berbeda.
Roma hanya membeli Nicolo Zaniolo untuk menggantikan peran Nainggolan di lini tengah I Lupi. Ini perjudian besar karena selama ini Nainggolan berperan Nainggolan sebagai jantung permainan Gialorossi. Apalagi, rekam jejak Zaniolo pun buram.
Dikutip dari Goal (2/1/2019), Nicolo Zaniolo dibuang dari tim muda Fiorentina karena dianggap sebagai pesepakbola yang punya masa depan. Gelandang muda Italia itu pun mesti menata ulang kariernya di tim selevel Virtus Entella.
Hanya tujuh penampilan dicatatkan oleh Zaniolo di Virtus Entella. Tetapi kemudian Inter tertarik memboyongnya.Nerazzurri sama sekali tidak memberinya kesempatan bermain di tim senior - hal yang membuat para fans meragukan keputusan Monchi.
Bisa Seperti Paul Pogba
Namun, kenyataannya tidak demikian. Keberanian pelatih Eusebio Di Francesco memainkan Zaniolo yang masih berusia 19 tahun sebagai pilihan utama di lini tengah patut diberi aplaus. Tanpanya, Zaniolo tak akan mencapai level permainan yang ia raih saat ini.
Bahkan, pelatih tim nasional Italia, Roberto Mancini menyebut Nicolo Zaniolo bisa seperti Paul Pogba di masa depan.
"Zaniolo bermain sebagai 'trequartista' saat ini untuk Roma, tetapi mengingat postur dan tekniknya, saya melihatnya sebagai gelandang box-to-box dengan gaya [bermain seperti] Pogba. Zaniolo bisa menjadi pemain yang benar-benar hebat,” kata Mancini seperti dikutip Squawka, pada 14 Januari 2019.
Pembelian Tak Terencana
Namun, keberhasilannya mendatangkan Zaniolo dari Inter Milan, oleh Monchi disebut sebagai pembelian tak terencana. Direktur olahraga AS Roma itu menyebut sang gelandang tak masuk dalam rencananya pada bursa transfer musim panas lalu.
"Saya tidak memasukkannya [Zaniolo] ke dalam rencana [tim], tetapi manfaat dari semua ini adalah [kami] memilikinya dan keberanian Di Francesco yang pandai mempercayai dia [untuk bermain],” kata Monchi, seperti dikutip La Gazetta, pada 11 Januari 2019.
Kendati demikian, pada akhirnya Zaniolo telah menjadi bagian penting dari tim utama AS Roma dan menjadi pujaan publik Olimpico. Dengan kerja keras serta semangat pantang menyerah yang ia tunjukkan di atas lapangan, ia perlahan mulai menghapus bayangan kehilangan Romanisti akan sosok Radja Nainggolan.
Laga 16 besar Liga Champions kontra Porto di stadion Olimpico, pada Rabu (13/2/2019), akan menjadi pertarungan berikutnya bagi pemuda ini.
Posisi Roma saat ini serbarumit. Mereka sudah hampir mustahil mengejar Juventus yang terlalu jauh di puncak klasemen Serie A. Tim ini juga sudah tersingkir di Copa Italia. Liga Champions menjadi satu-satunya peluang bagi AS Roma untuk meraih gelar musim ini.
Di depan mata, ada Porto. Maka, mungkinkah Serigala Ibukota dengan bantuan Zaniolo, melaju sejauh mungkin di Liga Champions?
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Fitra Firdaus