Menuju konten utama

Niat Ganti Puasa Ramadhan di Bulan Syaban: Arab, Latin, Terjemahan

Bacaan niat mengganti puasa Ramadhan pada bulan Sya'ban dalam bahasa Arab, latin, terjemahan. Niat puasa qadha (ganti) di malam hari, seperti puasa Ramadan.

Niat Ganti Puasa Ramadhan di Bulan Syaban: Arab, Latin, Terjemahan
Sejumlah warga berada di halaman Masjid Agung Baitul Makmur sambil menunggu waktu untuk berbuka puasa (ngabuburit) di Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Jumat (16/4/2021). Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh yang dibangun pada tahun 1987 dengan gaya arsitektur perpaduan Timur Tengah, Asia dan Aceh merupakan salah satu objek wisata religius terbesar dan termegah di pantai barat yang memiliki daya tampung 7.000 jamaah dan juga termasuk dalam 100 masjid terindah di Indonesia. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.

tirto.id - Apakah puasa ganti (qadha) Ramadhan boleh dilakukan sepanjang bulan Sya'ban, mengingat bulan ini adalah bulan terakhir menjelang bulan puasa yang baru? Jika boleh, bisakah puasa ganti tersebut dilakukan tidak berurutan, tetapi berselang-seling? Bagaimana pula niat puasa qadha Ramadhan pada bulan Syaban?

Mulai Jumat, 4 Maret 2022, kalender Hijriah sudah memasuki 1 Sya'ban 1443H. Ini artinya, umat Islam yang belum membayar utang puasa pada tahun sebelumnya, hanya memiliki waktu hingga 30 hari lagi untuk melunasinya.

Saat ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama memang belum menetapkan kapan 1 Ramadhan 1443H. Sementara itu, Muhammadiyah sudah mengeluarkan Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah.

Berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pada Jumat 29 Syakban 1443H atau 1 April 2022, ijtimak jelang Ramadan 1443H terjadi pada pukul 13:27:13 WIB.

Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta pada hari tersebut menunjukkan hilah sudah wujud, dan di seluruh wilayah Indonesia, bulan sudah di atas ufuk. Dengan demikian, Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 1443 H jatuh pada Sabtu, 2 April 2022.

Dari pengumuman Muhammadiyah tersebut, umat Islam yang belum menunaikan puasa qadha Ramadan sebelumnya dapat memiliki patokan untuk sesegera mungkin membayar utang puasanya, setidaknya sepanjang Maret 2022 ini.

Apakah Puasa Ganti Ramadhan Boleh Dilakukan pada Sya'ban?

Dalam kitab Al Majmu'Syarah Al Muhadzdzab Jilid 7 oleh Abū Zakariyyā Yaḥyā ibn Sharaf al-Nawawī (Imam Nawawi), dikutip pendapat Abu Ishaq Ibrahim bin Ali asy-Syirazi, bahwa seseorang yang mempunyai utang puasa Ramadhan, tetapi tidak mempunyai uzur (halangan) maka utang puasa tidak boleh ditunda sampai datang Ramadan berikutnya.

Dalam mazhab Syafii, jika seseorang menunda pembayaran utang puasa sampai datang Ramadhan berikutnya, maka ia mesti membayarkan makanan satu mud pada setiap harinya.

Dari riwayat Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Abu Hurairah, ada seseorang yang punya utang puasa, tetapi tidak mengerjakannya hingga datang Ramadhan berikutnya. Orang tersebut diwajibkan memberikan makanan untuk puasa yang pertama.

Puasa ganti dapat dilakukan sepanjang tahun hingga menjelang Ramadan berikutnya. Namun, pada prinsipnya, diutamakan untuk menyegerakan pembayaran utang puasa, mulai dari Syawal, bulan pertama setelah Ramadan.

Jika ada halangan, setidaknya puasa ganti dibayarkan pada Sya'ban, bulan terakhir sebelum Ramadan berikutnya, seperti yang dilakukan oleh istri Rasulullah saw., Aisyah. Diriwayatkan, dari Abu Salamah, ia mendengar 'Aisyah berkata, "Jika aku mempunyai tanggungan puasa Ramada, aku tidak mengqadhanya hingga datang bulan Sya'ban." (H.R Ibnu Majah).

Apakah Puasa Ganti Ramadhan Harus Berurutan atau Tidak?

Dianjurkan oleh Imam Nawawi dalam Al Majmu'Syarah Al Muhadzdzab Jilid 7 agar serang muslim membayar utang puasa Ramadhan secara berurutan, tetapi boleh pula mengerjakannya secara tidak berurutan. Ini adalah pendapat Ali bin Abi Thalib, Mu’adz bin Jabal, Ibnu Abbas, Anas, Abu Hurairah, Al Auza’i, Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Malik, Ahmad, Ishaq, dan Abu Tsaur.

Menurut Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath-Thahawi, “Berurutan dan tidak sama saja, dan tidak ada keutamaan dalam berurutan”.

Ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah al-Baqarah:184, "Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.". Dalam ayat tersebut, penjelasan mengganti puasa yang ditinggalkan bersifat umum, hanya ditentukan pada hari-hari lain di luar bulan Ramadan.

Apakah Niat Puasa Ganti (Qadha) Harus pada Malam Hari Seperti Puasa Ramadhan?

Niat merupakan salah satu rukun puasa. Oleh karenanya, tidak sah puasa Ramadan, puasa wajib, serta puasa sunnah lain kecuali dengan niat.

Dalam Al Majmu'Syarah Al Muhadzdzab Jilid 7, Imam Nawawi menyebutkan bahwa tempat niat adalah dalam hati dan tidak disyaratkan mengucapkan niat tersebu dengan lisan. Meskipun demikian, dianjurkan mengucapkan niat berpuasa bersamaan dengan niat dalam hati.

Perbedaan niat puasa sunah dan puasa wajib terletak pada waktu mengucapkan niat. Dalam puasa sunah, seseorang bisa saja berniat pada pagi hari selama ia belum melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Diriwayatkan, ketika Rasulullah saw. tidak menjumpai adanya makanan di rumah beliau, maka Nabi saw. memutuskan berpuasa.

Sementara itu, berniat puasa pada malam hari (dari sejak matahari terbenam hingga terbit fajar) merupakan syarat sahnya puasa Ramadhan dan puasa wajib lainnya. Maka tidak sah puasa wajib, termasuk di dalamnya puasa qadha, jika niat dilakukan dari siang hari.

Niat Mengganti Puasa Ramadhan

Bacaan niat mengganti puasa Ramadhan secara ringkas adalah sebagai berikut.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin 'an qadhaa'i fardhi syahri ramadhaana lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku berniat mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah ta'ala."

Baca juga artikel terkait BACAAN NIAT PUASA QADHA atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Fitra Firdaus