tirto.id - Boleh dibilang, salah satu “musuh abadi” manusia di dunia adalah tikus. Bagi petani, misalnya, hewan pengerat tersebut dianggap sebagai salah satu hama yang bisa menyebabkan gagal panen. Sedangkan bagi orang kebanyakan, tikus juga ditakuti lantaran “kemampuannya” menularkan penyakit. Selain menyebabkan penyakit seperti alergi, asma dan salmonella, keberadaan tikus dirasa menyebalkan karena kebiasaannya bikin rumah kotor, barang-barang hilang, dan—ini yang kelewatan—makanan hilang.
Dalam film animasi Tom and Jerry, kucing (Tom) digambarkan sebagai musuh bebuyutan tikus (Jerry). Persepsi itu terus melekat seiring moncernya popularitas film garapan William Hanna dan Joseph Barbera tersebut. Namun pada 2018, sebuah penelitian justru menunjukkan bahwa kucing bukanlah “musuh utama” kaum tikus.
Lewat makalah berjudul “Temporal and Space-Use Changes by Rats in Response to Predation by Feral Cats in an Urban Ecosystem”, Michael Parsons menyampaikan bahwa dari 259 kejadian yang melibatkan kucing dan tikus sejak 27 Desember 2017 hingga 28 Mei 2018 di fasilitas daur ulang sampah di kawasan industri Brooklyn, Amerika Serikat, hanya ada 20 kejadian kucing menguntit tikus. Kemudian, hanya tiga kejadian kucing memburu tikus dengan dua di antaranya menyebabkan sang tikus mati. Dengan kata lain, dalam soal menumpas tikus, kucing tak setangguh yang kita bayangkan.
Seiring waktu, manusia terus mencari cara untuk membasmi tikus. Salah satunya dengan menggunakan lem: barang yang dikenal karena sifatnya yang adhesif, melekat.
Omong-omong soal lem, dilihat dari riwayatnya, benda tersebut memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia, bahkan sejak zaman prasejarah. Lukisan-lukisan gua yang dibuat kaum Neanderthal di Lascaux, Perancis, misalnya, dibuat dengan campuran lem. Fungsinya praktis belaka: agar lukisan itu awet, dan warnanya tahan terhadap kelembapan dinding gua.
Lem tertua yang diketahui digunakan untuk menyatukan benda-benda berasal dari sekitar 200.000 SM, terbuat dari ter kulit kayu birch untuk menempelkan serpihan batu tombak ke kayu. Kemudian, lem juga dibuat dari berbagai bahan nabati. Lem majemuk tertua yang diketahui terbuat dari getah tanaman dan oker merah, kira-kira 70.000 tahun SM, dan ditemukan di Afrika Selatan.
Adapun penggunaan lem sebagai perangkap tikus yang mujarab setidaknya berlangsung sejak 1950-an.
Perangkap Tikus yang Manjur
Upaya manusia untuk membuat perangkap tikus, apa pun bentuknya, dinyatakan sebuah sebuah artikel di The Atlantic sebagai “ simbol semangat wirausaha Amerika Serikat.”
Sepanjang 1838-1996—sejak pertama kali Kantor Paten Amerika Serikat dibuka dan kemudian Jack Hope menulis cerita tentang perangkap tikus untuk majalah American Heritage—lebih dari 4.400 paten perangkap tikus diberikan dalam lusinan subkelas yang berbeda.
Catatan di atas menunjukkan: selama lebih dari 150 tahun, rata-rata ada lebih dari dua lusin paten yang didaftarkan saban tahun. Jumlah 4.400 paten perangkat tikus juga terdengar spektakuler karena 95 persen dari paten itu diberikan kepada para pionir yang justru berasal dari kalangan orang-orang biasa, bukan ilmuwan atau tokoh terkenal.
Di antara lusinan jenis atau subkelas perangkap tikus, lem adalah salah satunya.
Baik di kota maupun di desa, penggunaan lem tikus sama manjurnya. Alasannya masuk akal: dengan tingkat kerekatan yang kuat, lem tikus akan membuat binatang itu tak bisa ke mana-mana. Dan saat membicarakan lem tikus yang sudah teruji, kita tak bisa menafikan merek ini: Lem Tikus Cap Gajah.
Lem Tikus Cap Gajah adalah perangkap tikus dengan daya rekat yang sangat kuat, tidak beracun, dan tidak berbau, sehingga aman untuk digunakan. Selain itu, warnanya yang bening juga membuat tikus tidak bakal menyadari keberadaan perangkap ini. Perangkap tikus ini dibuat dalam kemasan papan, sehingga bagi pengguna terasa praktis dan bisa dipindah ke mana-mana.
Untuk mengetahui ada-tidaknya tikus berkeliaran di dalam rumah, kita tidak melulu mesti melihat hewan kecil itu secara langsung. Ya, sering kali keberadaan tikus di dalam rumah tidak disadari. Cukup dengan mendengar suara garukan di dinding atau langit-langit rumah, misalnya, atau mencium bau yang mengganggu (bau amonia), kita mesti waspada. Ciri lain rumah ditinggali tikus: kotorannya sering ditemukan, dan sejumlah benda maupun bagian rumah mengalami kerusakan akibat digerogoti hewan yang dalam istilah Latin dikenal dengan sebutan Muridae ini.
Jika tanda-tanda di atas sudah tampak, saatnya buat bertindak. Apalagi pada musim hujan begini, saat tikus lebih sering masuk rumah karena sarangnya digenangi air, kita perlu sedia Cap Gajah.
Untuk menjebak tikus dengan Cap Gajah, cukup buka papan kemasan dan taruh umpan (biasanya makanan) di atasnya. Saat tikus sudah kena perangkap, kita tinggal menutup papan dan membuangnya jauh-jauh. Sungguh praktis, bukan?
Dengan cara demikian, kita tidak perlu repot menyodok-nyodokkan kayu atau sapu untuk membuat tikus keluar dari celah-celah yang sukar dijangkau. Menunggu dan membiarkan tikus mati juga bukan solusi, toh bangkainya kerap meninggalkan bau yang tak sedap dihidu.
Film Tom and Jerry boleh-boleh saja menciptakan persepsi bahwa kucing efektif mengusir tikus. Namun faktanya jelas: benda yang sebetulnya mujarab membasmi tikus adalah Cap Gajah.
Lem Tikus Cap Gajah bisa dibeli di supermarket terdekat atau Godrej Official Store di e-commerce kesayangan Anda.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis