tirto.id - Motor listrik Gesits mencuri perhatian saat pertama kali dalam bentuk prototipe pada tahun 2015. Publik harus menunggu selama empat tahun hingga akhirnya motor listrik Gesits benar-benar dijual secara komersial. Tepat pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) tahun 2019, motor ini dipasarkan.
Penjualan motor Gesits memang mundur dari target awal. Namun, peluncurannya menjadi penanda penting dalam industri otomotif Indonesia, karena merupakan motor listrik pertama yang dibuat di dalam negeri.
Harun Sjech, CEO PT Gesits Technologies Indo, mengatakan bahwa membangun industri otomotif dari nol di Indonesia tidaklah mudah. “Jadi istilahnya kami dari awal, bertahap. Karena kan kami maunya semua di motor ini benar-benar dari Indonesia,” tegasnya saat peluncuran di JIEXPO Kemayoran, Jakarta.
Ia mengatakan, masyarakat Indonesia patut berbangga karena sudah hadir motor yang benar-benar buatan anak bangsa. “Memang sekarang belum semuanya kita punya pakem sendiri, tapi ini berkembang. Kalau kami buat semua pakem di motor ini mungkin butuh 10 tahunan, memang tidak mudah, butuh waktu,” lanjut Harun.
Konsumen yang tertarik dengan Gesits sudah bisa melakukan pemesanan, meski penjualan dan pengiriman unit kendaraan rencananya baru akan dilakukan pada Juli mendatang. Sebagai informasi, motor listrik ini dijual dengan harga resmi Rp 24,950 juta off the road.
Untuk mempermudah calon konsumen, telah disiapkan beberapa lembaga pembiayaan yang melayani pembelian secara kredit. Ia juga menyebutkan, Gesits bisa dibeli lewat beberapa situs jual beli online.
“Tentu bisa dicicil, DP sekitar 10 sampai 20 persen dari harga tersebut, tenornya mungkin sekitar 3 tahun. Pemesanan sampai saat ini sudah ada 30 ribu unit, sebagian besar dari perusahaan, kalau perorangan sudah sekitar 5 ribu unit. Kapasitas produksi maksimal 50 ribu unit dalam setahun,” terang Harun.
Bagaimana Gesits meyakinkan konsumen?
Selain Gesits, sebelumnya sudah banyak motor listrik yang bermunculan di Indonesia. Namun memang belum ada yang semasif Gesits pergerakannya. Selain itu, penerimaan konsumen yang masih terbilang minim membuat pemasaran motor listrik relatif masih sedikit.
Meski begitu, Harun mengaku Gesits berada pada momentum yang tepat. Menurutnya, saat ini sejumlah negara di dunia tengah berada pada fase yang sama dalam mengembangkan motor listrik. Belum ada negara yang unggul, semua masih memiliki kemampuan yang setara.
“Saya sudah bilang, kita punya potensi yang sangat besar. Sehingga dengan teknologi listrik yang belum terlalu tertinggal dengan negara lain, artinya kita bisa menjadi sebuah industri yang baik kalau kita mau,” jelasnya.
Harun menyebutkan, motor listrik Gesits disebut punya biaya operasional yang lebih hemat 60 sampai 70 persen dibanding motor biasa. Dalam satu kali pengisian daya selama 3 sampai 4 jam biayanya sekitar Rp 1.500,- untuk sejauh 50 km.
Daya charging-nya sendiri tidak sampai 100 watt, dan bisa menggunakan sumber listrik dari rumah-rumah. “Kami pun sudah ada kerja sama dengan PLN, kalau punya STNK Gesits, rumah mau menambah daya bisa diskon 75 persen,” imbuhnya.
Selain sudah siap dengan penjualannya, layanan purna jual Gesits juga tengah disiapkan untuk melayani konsumen. Sampai akhir 2019 rencananya bakal ada 20 dealer resmi Gesits yang tersebar di Indonesia. “Dealer resmi akan kami umumkan segera, karena kami akan mulai jualan di bulan Juli. Targetnya Flagship Store pertama di Jakarta, terus kemungkinan buka di Surabaya dan Bali,” ucap Harun.
Di samping itu, Gesits punya rencana untuk mensertifikasi bengkel motor umum, guna membantu perawatan motor konsumen di wilayah yang belum dilayani dealer resmi. Namun rencana ini masih melihat seperti apa pertumbuhan penjualan Gesits, juga wilayah penyebarannya.
Walau demikian, Harun mengklaim motor listrik Gesits sejatinya sangat minim perawatan. Perawatan rutin hanya mengganti kampas rem dan ban, itu pun kalau kondisinya sudah harus diganti.
Lainnya konsumen hanya dituntut untuk update software, yang sebetulnya bisa dilakukan di mana saja asalkan ada koneksi internet yang stabil. “Memang enggak seperti motor dengan mesin bakar yang perlu servis rutin, tune-up, dan segala macam. Tinggal dipakai saja,” ungkapnya.
Bicara soal desain, banyak yang bilang kalau Gesits meniru model kendaraan yang sudah exist. Bahkan disebut sangat mirip dengan motor dengan mesin bakar internal lansiran Jepang yang banyak beredar di jalan. Harun mengaku tujuannya bukan untuk meniru salah satu motor, tapi agar masyarakat bisa terbiasa dengan motor listrik.
“Supaya orang enggak kaget pakai motor listrik, setelah itu baru kami mengembangkan model-model yang lebih futuristik. Memang strategi kami begitu, karena motor yang diminati di Indonesia untuk saat ini ya begini desainnya,” katanya.
Cara Negara Lain Menjual Motor Listrik
Di Amerika Serikat, Zero Motorcyle telah mulai menjual motor listrik sejak tahun 2006. Melansir dari CNBC, Perusahaan yang berbasis di California ini berhasil menjual 2.000 hingga 10.000 sepeda motor tiap tahun secara global. Pertumbuhannya pun terbilang cepat, bahkan mencapai 40 persen setiap tahun.
“Persentase peningkatan kendaraan listrik tak bisa dihindari, pertanyannya adalah, apakah Anda akan datang duluan atau Anda lebih suka datang ke pesta sedikit terlambat?” ujar CEO Zero Motorcycles, Sam Paschel kepada CNBC.
Penjualan Zero di AS sebagian besar terpusat di kota-kota wilayah pantai barat seperti San Fransisco dan Los Angeles. Seperti diketahui kota-kota ini telah memiliki infrastruktur yang mendukung kendaraan listrik. Hal ini perlu disiapkan, sebab kelemahan utama motor listrik adalah daya jangkaunya atau berapa lama kendaraan itu bisa bertahan sampai perlu diisi ulang.
Harga motor listrik di Negeri Paman Sam dipatok lebih tinggi dari beberapa motor dengan mesin bakar internal. Namun diakui juga punya biaya operasional yang rendah, sebab penggunanya tak perlu mengisi BBM dan mengganti oli secara teratur. Sehingga tetap menawarkan efisiensi lebih baik pada akhirnya.
Namun daya tariknya ternyata bukan di situ. Menurut survei kepemilikan sepeda motor dari Motorcycle Industry Council US, sebagian pengguna motor listrik di Amerika Serikat merupakan warga kota yang berusia 40-an awal. Sedikit lebih muda dari pemilik sepeda motor biasa yang rata-rata berusia 47 tahun.
Mereka ini ternyata menyukai motor yang tidak mudah panas. Seperti diketahui motor listrik Zero tak membuat kaki pengendara merasakan panas berlebih di samping mesin, terutama saat dipakai dalam perjalanan panjang. Terlebih mereka ini punya pola pikir hidup modern yang telah mengadopsi teknologi sejak awal.
Makanya mereka juga menyukai motor listrik yang hening ketimbang sepeda motor konvensional yang lebih bising. Ditambah motor listrik tak menggunakan sistem transmisi, sehingga lebih memudahkan pengguna, tinggal gas dan rem saja.
Saat ini motor listrik masih mengambil pangsa pasar yang sedikit dari keseluruhan penjualan sepeda motor di Amerika Serikat. Meski begitu, riset dari TechNavio menunjukkan jika pasar motor listrik bakal tumbuh hampir 42 persen pada tahun 2021. Tak mengherankan jumlah pertumbuhan motor listrik di sana sangat signifikan.
Sementara di Cina, selain infrastruktur rupanya banyak fasilitas pendukung dari pemerintah yang sengaja ditujukan bagi pengguna motor listrik. Mulai dari jalur khusus, pembebasan dari inspeksi emisi, potongan pemasangan stasiun pengisian, pembebasan pajak, dan masih banyak lagi.
Pemerintah di sana cukup serius mempromosikan motor listrik, sebab kendaraan ini diklaim dapat membantu mengatasi masalah emisi knalpot yang sudah mencapai titik jenuh. Tak heran masyarakat seperti lebih diarahkan untuk membeli kendaraan hemat energi ini.
Namun kepopuleran motor listrik paling mendasar tentu saja karena harganya yang sangat terjangkau. Soalnya ada insentif dari pemerintah yang memungkinkan Anda membeli motor listrik dengan harga lebih murah.
Laman Wired melaporkan produksi motor listrik di Cina telah mencapai skala efisiensi yang baik, sehingga memungkinkan bagi warga di sana untuk membeli motor listrik keluaran baru dengan harga tak sampai $ 100 atau setara Rp1,4 juta. Model bekasnya bahkan bisa didapati konsumen dengan harga lebih murah.
Sejumlah daerah di Cina juga disebutkan punya jaringan listrik yang lebih berkembang daripada jaringan pompa bahan bakar. Sering kali juga harga listrik bisa jauh lebih murah ketimbang harga BBM, hal inilah yang membuat penjualan motor listrik di negara ini bisa moncer.
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti