tirto.id - Konsep work from home, remote working, atau bekerja jarak jauh adalah “warisan” pandemi yang hari-hari ini masih diadaptasi oleh beberapa perusahaan. Perubahan budaya kerja ini terlihat jelas, apalagi teknologi informasi terus berkembang dengan begitu pesat.
Walau diungkap dalam survei Jobstreet (2020), rerata durasi bekerja responden dari rumah justru lebih panjang ketimbang dari kantor, rupanya masih ada juga pekerja yang memilih tetap bekerja dari rumah atau sistem hybrid (kombinasi bekerja jarak jauh dan dari kantor) untuk menunjang produktivitas mereka.
Hasil survei Jakpat bertajuk Post-Pandemic Workplace Preference (2022) pun mengungkap dari mayoritas responden yang merindukan WFO, 21 persen lainnya ingin melakukan pekerjaan secara hybrid, 19 persen memilih bekerja di mana saja (WFA), dan 15 persen memilih bekerja di rumah atau WFH.
Produktivitas Kerja vs Kesehatan Mata
Jika sebelum pandemi remote working dianggap tak efektif, maka kini sebaliknya. Selain durasi bekerja di depan layar yang lebih panjang, beberapa studi menunjukkan produktivitas pekerja jauh lebih baik ketimbang saat berkantor. Sayang, perubahan budaya kerja ini punya risiko tersendiri, utamanya terkait masalah kesehatan mata.
Dikutip dari laman kemkes.go.id, hal yang patut diwaspadai terkait penggunaan komputer atau gawai yang terlalu lama saat bekerja adalah Computer Vision Syndrome (CVS)—kondisi mata memerah, berair, gatal, terkadang hingga menyebabkan sakit kepala.
''Ini akibat bekerja terlalu lama dengan komputer karena bekerja dengan komputer adalah bekerja dengan jarak yang sama dan terus-menerus, berjam-jam,'' kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Dr. M. Sidik, SpM(K) dalam konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia secara virtual, Selasa (12/10).
Kita cenderung menghindari sumber cahaya berkedip, padahal tanpa kita sadari layar monitor konvensional berkedip 250 kali per detik atau sekitar 5,8 juta kedipan layar dalam delapan jam. Ini hanya salah satu pemicu mata kelelahan dan dalam jangka panjang bisa berdampak serius.
Untuk mengatasinya, dr. Sidik menyarankan batas waktu mengakses komputer maksimal 2 jam, kemudian istirahatkan mata selama 10 sampai 15 menit dengan cara menutupnya atau melihat objek yang jauh. Atau mudahnya praktikkan “rule of twenty”: setelah fokus di depan monitor selama 20 menit, lihat objek berjarak 20 langkah atau sekitar 6 meter selama 20 detik.
Teknologi Ramah Mata
Selain memulai kebiasaan baik ini, kita juga bisa mengupayakan kesehatan tanpa mengganggu produktivitas kerja dengan menggunakan perangkat yang “lebih ramah” pada mata, misal monitor 24 inci GW2485TC dan 27 inci GW2785TC keluaran BenQ.
Dikutip dari laman resmi produsen perangkat elektronik digital asal Taiwan dengan moto "Bringing Enjoyment ‘N’ Quality to Life" itu, baik GW2485TC maupun GW2785TC sama-sama memprioritaskan efisiensi, keamanan, kenyamanan, dan tampilan berkualitas.
Keduanya memang dirancang untuk menunjang kebutuhan bekerja (tak terkecuali remote working) dan belajar masa kini lewat berbagai fitur yang dapat memaksimalkan produktivitas tanpa mengenyampingkan rasa aman dan nyaman.
Teknologi pada layar FHD 1920x1080 resolusi IPS Tech dengan dua pilihan ukuran ini serupa. Seperti yang kita tahu, BenQ didirikan oleh perusahaan IT terkemuka asal Taiwan yang ingin menciptakan perangkat elektronik digital yang berbeda dari yang telah ada, maka ia terus menghadirkan produk unggulan dengan teknologi tinggi.
Kali ini, BenQ menghadirkan monitor yang bukan sekadar layar konvensional. Monitor “pintar” didesain ergonomis dengan bezel tipis, dilengkapi stand yang ketinggiannya bisa diatur minimal 110mm sekaligus dapat memutar pivot 90 derajat, swivel 45 derajat, serta tilt 20 derajat ke atas dan tilt 5 derajat ke bawah (Wide Viewing Angle IPS Panel) agar bisa dipakai oleh pelajar sampai pekerja, khususnya pekerja yang menghabiskan banyak waktu di depan layar, seperti para programmer.
Desain ergonomis itu menunjang fitur utama monitor, yaitu teknologi Eye-Care eksklusif BenQ—mulai dari Flicker Free, Low Blue Light dan Brightness Intelligence Tech, Color Weakness, sampai e-Paper.
Teknologi Flicker Free yang disertifikasi oleh international TÜV Rheinland ini fungsinya mengurangi tekanan dan kelelahan pada mata ketika menggunakan monitor dalam jangka panjang tanpa mengurangi kualitas tampilan monitor.
Teknologi Low Blue Light dan Low Blue Light Plus melindungi retina mata dengan menyaring blue light dan radiasi berbahaya tanpa memengaruhi kualitas gambar. Teknologi Brightness Intelligence dan Brightness Intelligence Plus dapat secara otomatis menyesuaikan kecerahan tampilan berdasarkan lingkungan. Fitur Color Weakness membantu individu dengan defisiensi warna untuk membedakan warna. Sedangkan mode e-Paper merupakan simulasi e-book untuk meningkatkan pengalaman membaca, meminimalkan mata lelah akibat menatap layar dalam jangka waktu panjang.
Monitor juga memiliki fitur Daisy Chain yang memungkinkan koneksi dari 2 sampai 4 layar monitor melalui DisplayPort sehingga ruang kerja lebih nyaman. Ada pula noise-cancellation microphone (digital) yang mampu meredam kebisingan di sekitar dan speaker built in yang menyajikan kualitas suara jernih sehingga tak membutuhkan headset maupun speaker tambahan. Bahkan, untuk mendukung komunikasi efektif, Mode Dialog bisa diaktifkan agar suara terdengar lebih jelas selama rapat atau video conference berlangsung.
Sejumlah fitur ini juga bisa menjadi bahan pertimbangan: Refresh Rate 75Hz; multi konektivitas (USB Tipe-C, HDMI, dan DisplayPort); support wall mount 100mm x 100mm; serta bonus kabel power cord (1,5m) dan kabel USB Tipe-C. Monitor Eye-Care mendukung USB-C dengan pengiriman daya 60W yang memungkinkan pengguna tidak hanya terhubung dengan perangkat seperti laptop, tablet, atau MacBook, tetapi juga mengisi daya secara bersamaan.
Secara khusus, BenQ memikirkan fitur yang cocok untuk mendukung produktivitas para programmer. Coding Mode, salah satunya, berguna untuk mengoptimalkan kontras dan saturasi mode gelap sehingga kenyamanan mata terjamin dan pekerjaan coding kian efisien.
Lebih lanjut, dengan koneksi serbaguna dan pengaturan ketinggian yang fleksibel, monitor BenQ cocok untuk set-up dua layar. Jika layar 27 inci (horizontal mode) pas untuk beragam penggunaan, layar 24 inci bisa diubah ke portrait mode dengan memutarnya ke kiri atau kanan sehingga memungkinkan lebih banyak karakter terlihat dalam satu baris kode. Selain mendukung kerja programmer, mode ini juga pas dipakai untuk membaca berkas dalam bentuk PDF, uji software, hingga memudahkan proses mencari referensi.
Penggunaan monitor Eye-Care GW2485TC dan GW2785TC bakal lebih maksimal dengan mengunduh Eye-CareU. Aplikasi ini bisa menjadi “alarm” yang mengingatkan pengguna untuk beristirahat sehingga kebiasaan pemakaian monitor yang sehat bisa terbentuk. Smart Timer yang terdiri dari fitur Screen Time Management dan Break Reminder bisa dimanfaatkan untuk mengatur jadwal istirahat. Bila waktunya tiba, akan muncul pop-up di bagian bawah layar. Pengguna pun bisa memilih fitur Force Break yang secara otomatis mengunci layar selama 10 menit.
Aplikasi ini juga menjaga kesehatan mata dengan fitur pintar seperti Ambient Light Reminder yang menginfokan pengguna untuk menyesuaikan pencahayaan saat sensor mendeteksi lingkungan sekitar yang gelap, karena pencahayaan redup dapat membuat mata tegang saat menatap layar. Lewat aplikasi, pengguna juga bisa dengan mudah mengakses fitur Brightness Intelligence dan Brightness Intelligence Plus untuk mengatur mode warna dan tingkat kecerahan kapan saja dengan fitur Easy Switch. Teknologi yang secara efektif mengurangi ketidaknyamanan akibat aktivitas coding berjam-jam.
Indera penglihatan merupakan modal utama programmer maupun para pekerja yang hari-harinya dihabiskan di depan layar untuk menghasilkan karya, itulah mengapa kesehatannya perlu menjadi perhatian khusus. BenQ membantu dengan menghadirkan teknologi ramah mata.
Menariknya, dengan teknologi yang cakap, dua seri monitor programmer ini tak hanya ramah di mata tetapi juga di kantong. Bila GW2785TC bisa didapat dengan harga lima jutaan, maka GW2485TC dibanderol tak sampai lima juta rupiah.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis