tirto.id - Lima bulan lamanya Garuda Select angkatan pertama menjalani pemusatan latihan di Inggris sejak Januari 2019. Total, 24 pemain yang diangkut oleh direktur program Dennis Wise dan pelatih Des Walker bukan cuma menjajal lawan tanding level Eropa, melainkan juga mesti melawan cuaca serta kerinduan dengan kampung halaman.
Sepanjang berlaga di Inggris, Garuda Select angkatan pertama berlaga 17 kali. Mereka menuai 5 kemenangan, 4 kali imbang, dan 8 kali tumbang. Kekalahan telak, seperti 2-7 melawan Arsenal U16 dan Chelsea U16 memang tidak terhindarkan. Namun Garuda Select bisa menggenggam hasil positif seperti ketika menekuk Blackburn Rovers U18 empat gol tanpa balas.
Garuda Select angkatan pertama menjadi magnet tersendiri bagi penggemar sepak bola Indonesia. Siaran langsung pertandingan mereka yang secara total ditonton hingga 4,7 juta kali menunjukkan harapan besar.
Nama-nama penggawa tim ini mulai dihafalkan. Bukan cuma si kembar Bagus Kahfi dan Bagas Kaffa, sosok seperti Mochammad Supriadi, Brylian Aldama, David Maulana, hingga Ernando Ary turut jadi perhatian.
Para pemain tersebut kemungkinan besar akan menjadi kunci Indonesia ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 2021 mendatang. Pertama kali ditunjuk sebagai penyelenggara turnamen level dunia semacam ini, tantangan bagi Garuda bukan hanya sekadar menjamu 23 tim lain dari enam konfederasi berbeda. Mereka dituntut menyuguhkan perlawanan gigih untuk menegaskan posisi Garuda dalam peta sepak bola dunia.
Untuk bisa sukses di pentas dunia, Indonesia mungkin bisa mencari inspirasi dari penyelenggaraan Piala Dunia U20 terakhir pada tahun ini. Di Piala Dunia U20 2019 yang digelar di Polandia, Korea Selatan mampu menembus partai final.
Korea Selatan kalah 1-3 dari Ukraina di pertandingan puncak. Hasil Taegeuk Warriors Muda ini menunjukkan bahwa negara Asia bisa saja menjadi penantang. Selain itu, semua wakil AFC tentu penasaran untuk menjadi tim asal Asia pertama yang bisa meraih gelar Piala Dunia U20.
Misi Angkatan Kedua
Garuda Select bukan program pembinaan usia muda pertama yang dilakukan PSSI. Pada era 1990-an ada PSSI Primavera yang dibawa ke Italia dan menghasilkan bintang seperti Kurniawan Dwi Yulianto dan Bima Sakti. Pernah pula ada program SAD (Sociedad Anónima Deportiva) ketika anak-anak muda Indonesia usia di bawah 19 tahun ditempa di Uruguay.
Namun kali ini Garuda Select punya rencana jangka panjang. Setiap tahun akan ada 24 pemain yang diangkut, hasil dari kompetisi Elite Pro Academy U16 dan U18. Dengan demikian, pada 2024, akan ada sekitar 250 jebolan Garuda Select yang sudah mendapatkan pelatihan level dunia.
Pada 9 Oktober 2019 lalu, Garuda Select angkatan kedua resmi diberangkatkan oleh PSSI. Total 18 pemain ditambah 6 penggawa lama bakal menjalani pertandingan di Inggris dan Italia. Tim ini punya agenda menghadapi kesebelasan-kesebelasan seperti Manchester City, Internazionale Milan, dan AC Milan.
Pertarungan demi pertarungan Garuda Select angkatan kedua dapat ditonton melalui live streaming Mola TV, termasuk duel termutakhir pada Rabu (6/11/2019) kontra MK Dons pukul 20.00 WIB. Tantangan tersendiri ada di bahu anak-anak muda angkatan kedua ini, untuk menyuguhkan kualitas, kedisiplinan, dan fokus seperti angkatan sebelumnya.
Mimpi ke Paris 2024
Pada Olimpiade 1956 di Melbourne, Timnas Sepak Bola Indonesia yang diperkuat kiper legendaris Maulwi Saelan harus terhenti di perempat final. Menghadapi Uni Soviet yang punya penjaga gawang seperti Lev Yashin, Garuda sempat bermain imbang 0-0. Namun dalam laga ulangan, empat gol tak terelakkan masuk ke gawang Indonesia.
Hingga kini, tidak ada generasi yang mampu mengikuti jejak timnas kala itu. Garuda Select, meski masih butuh perjalanan panjang, setidaknya membuat banyak orang bermimpi, akan ada Timnas Indonesia U23 dalam cabang sepak bola pada Olimpiade 2024 di Paris.
Editor: Advertorial