Menuju konten utama

Mereka yang Sukses dari "Panggung Kota"

Sejumlah walikota sukses menapaki puncak kariernya hingga menjadi seorang kepala pemerintahan atau negara. Di Indonesia, ada Joko Widodo (Jokowi) yang memulai karier sebagai walikota di sebuah kota kecil, kemudian menjadi gubernur ibukota, hingga akhirnya Presiden Republik Indonesia. Mereka juga banyak diganjar penghargaan internasional.

Mereka yang Sukses dari
File foto - Kampanye akbar yang dikemas dalam bentuk konser bertajuk revolusi mental merupakan kampanye penutup dari rangkaian kampanye terbuka capres - cawapres nomor urut dua Joko Widodo - Jusuf Kalla. Antara Foto/Ismar patrizki.

tirto.id - Di Indonesia, ada Joko Widodo (Jokowi) yang sukses melangkah dari seorang walikota menjadi presiden. Masih di ASEAN, ada sosok baru yang kariernya juga melesat kuat dari seorang walikota menjadi presiden. Dia adalah Rodrigo Duterte, yang akan menjabat sebagai Presiden Filipina per 30 Juni 2016 nanti. Bedanya, Duterte tak perlu melakoni peran sebagai gubernur, sebelum akhirnya menjadi presiden.

Sebelum menjadi orang nomor satu di Filipina, Duterte merupakan walikota Davao, Pulau Mindanao. Ia sukses mencuri perhatian publik dengan gaya koboinya dalam memberantas kejahatan. Ia dianggap tak kenal kompromi dengan para kriminal. Duterte mendapatkan julukan “The Punisher”, karena aksinya memberantas para pengedar narkoba, kriminal, anggota gang, dan kelompok kejahatan lainnya.

Duterte merupakan salah satu walikota dengan jabatan terlama di Filipina. Secara total, ia telah menjadi walikota selama 22 tahun. Selama itu pula, Duterte sukses mengubah Kota Davao dari “kota pembunuhan” menjadi “Kota paling damai di Asia Tenggara". Numbeo.com memeringkat Davao sebagai kota keempat paling aman di dunia.

Selama belasan tahun Duterte sukses memimpin Davao. Beberapa kali ia mendapatkan tawaran untuk menjadi orang nomor satu di Filipina. Tapi, Duterte selalu menolaknya.

“Saya tidak punya tenaga lagi. Saya tak mau bangun pagi-pagi, saya hanya ingin tidur. Usia saya sudah 70 tahun,” kata Duterte menjawab pertanyaan wartawan soal keinginannya akan maju dalam Pemilu capres Filipina 2016 saat wawancara Juli 2015 lalu.

Namun, pada akhir November atau hanya berselang 4 bulan setelah pernyataannya itu, Duterte tiba-tiba putar haluan 180 derajat. Ia memastikan diri maju sebagai capres yang didukung oleh Partai NP dan PDB-Laban. Duterte terpanggil membenahi negaranya.

Beberapa kasus kejahatan pemerasan terkait modus penempatan peluru di tas para penumpang di Bandara Ninoy Aquino telah mencoreng muka Filipina di dunia internasional. Skandal yang dikenal dengan “Tanim Bala” membangkitkan semangat vigilante menumpas kejahatan di kancah nasional. Hasrat Duterte juga muncul setelah tahu Grace Poe yang berkewarganegaraan ganda Filipina dan AS maju dalam Pilpres 2016.

“Saya tak bisa menerima fakta bahwa kita memilih seseorang yang diketahui separuh Amerika dan separuh lagi Filipina,” kata Duterte dikutip dari manilatimes.net.

Tekad bulat Duterte akhirnya berujung kemenangan. Ia menjadi salah satu walikota paling sukses yang akhirnya melenggang ke kursi presiden.

Hingga kini, sedikitnya ada 64 eks walikota termasuk eks pemimpin ibukota negara yang sukses mencapai karier tertinggi. Dari jumlah tersebut, 15 walikota di antaranya berhasil menjadi kepala pemerintahan atau negara. Sementara itu, 12 walikota lainnya berhasil menapaki karier sebagai menteri. Selebihnya ada yang menjadi wakil presiden, senator, dan jabatan mentereng lainnya di tingkat nasional.

Mereka yang menapaki karier tertingginya itu sudah pasti memiliki sesuatu yang istimewa. Misalnya saja Jokowi yang dianggap berhasil memimpin Solo hingga menjadi kota yang maju. Ia adalah antitesis di tengah kerinduan rakyat Indonesia terhadap pemimpin yang tidak kaku, dan lebih dekat kepada rakyat ketika itu.

Salah satu kisah sukses Jokowi yang mencuri perhatian adalah pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) dari tempat kumuh ke pasar yang bersih dan tertib. Pemindahannya berlangsung dengan damai, tanpa kekisruhan seperti yang selama ini terjadi di Indonesia.

Kinerja Jokowi diganjar penghargaan dari organisasi The City Mayors Foundation, yang memberikan penghargaan kepada para walikota di seluruh dunia yang dianggap berprestasi bagi kotanya. Penghargaan yang bernama “World Mayor Prize” sebagai piala bergengsi bagi para pemimpin lokal yang diberikan dua tahun sekali.

Jokowi sempat menempati walikota terbaik ketiga pada 2012. Berselang dua tahun, Tri Rismaharini dari Surabaya, Ilham Arief Sirajuddin dari Makassar, dan Ridwan Kamil dari Bandung masuk daftar nominasi. Sayangnya, tahun ini walikota dari Indonesia tak masuk daftar.

Nama lainnya yang juga melakukan hal serupa adalah Edi Rama, mantan walikota Tirana, Albania, yang memiliki latar belakang seniman dan akademisi. Ia sukses membenahi ibu kota Albania itu dalam penanganan pencemaran sungai, pembangunan ruang terbuka hijau, hingga pengentasan pengangguran kota. Edi dipercaya masyarakat Tirana untuk menduduki kursi walikota hingga dua periode sejak 2000-2011.

Ia sempat mendapat penghargaan dari PBB dalam hal pengentasan kemiskinan di era Kofi Annan. Kariernya melejit setelah bergabung dengan partai sosialis. Pada 2013, Edi Rama terpilih sebagai perdana menteri Albania. Edi Rama sempat menjabat sebagai menteri kebudayaan, pemuda, dan olahraga Albania periode 1998-2000. World Mayor mengganjarnya penghargaan pada 2004 lalu.

Nama walikota lain yang sempat masuk dalam nominasi adalah Duterte. Sayangnya, Duterte yang kerap bicara keras tanpa tedeng aling-aling ini langsung menolak masuk dalam daftar nominasi World Mayor 2014.

“Keluarkan nama saya dari daftar, saya tak butuh penghargaan,” tegasnya.

Tanpa penghargaan pun, nama Duterte sukses mencuri hati rakyat Filipina. Duterte yang terkenal dengan aksi “main hakim sendiri” menghabisi para kriminal, begundal, dan bandar narkoba lewat tangan besinya itu dipercaya menekan kriminalitas di Davao. Ia banyak berhubungan dengan para milisi garis keras yang dekat dengan kekerasan, Davao Death Squad (DDS).

Karakter pemimpin semacam ini rupanya diidamkan oleh masyarakat Filipina. Ada keinginan rakyat Filipina agar negaranya bisa sama dengan Davao, dari kota penuh kriminal jadi kota yang aman. Upaya berani Duterte memberantas para penjahat membuahkan sebuah tiket ke kursi tingkat nasional. Duterte sukses meraup 39 persen suara pada Pemilu 9 Mei lalu, mengalahkan empat pesaingnya.

Nama walikota lain yang sukses menapaki kariernya adalah Ahmadinejad. Mantan walikota Tehran ini masuk nominasi ajang bergengsi walikota terbaik 2005. Kesuksesannya menjadi presiden Iran mewakili kelompok konservatif tak muncul begitu saja. Nama Ahmadinejad awalnya tak diperhitungkan saat pemilihan presiden Iran 11 tahun lalu. Ia bahkan mampu mengalahkan calon presiden terkuat Hashemi Rafsanjani dari kelompok reformis dalam dua putaran pemilu di 2005.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Ahmadinejad kembali terpilih dalam Pilpres 2009. Beberapa isu besar melanda pemerintahannya antara lain proyek pengayaan uranium yang diprotes habis AS hingga membuahkan embargo ekonomi terhadap Iran.

Ahmadinejad hadir saat rakyat Iran sudah muak dengan kegagalan kelompok reformis yang sudah berkuasa lama tapi tak banyak membawa angin perubahan dan adanya aroma korupsi pemerintahan lama. Modalnya sebagai walikota juga berperan mengangkatnya ke kursi teratas di Iran. Sosoknya yang sederhana dan anti korupsi juga punya andil membawanya meraih sukses.

“Saya ingin tetap melihat perubahan apa yang dilakukan Ahmadinejad saat kampanye Pemilu dalam mengupayakan anti korupsi,” kata Soheil, warga Tehran dalam sebuah jejak pendapat yang digelar BBC setelah terpilihnya Ahmadinejad, 11 tahun lalu.

Dalam beberapa laporan soal kiprahnya sebagai walikota Tehran, Ahmadinejad sering turun tangan ke lapangan membersihkan selokan Kota Taheran yang mampet, hingga menyapu jalan. Sebagai kelompok konservatif, Ahmadinejad fokus pada persoalan keagamaan seperti kebijakan memisahkan lift laki-laki dan perempuan di gedung-gedung Tehran. Sosoknya juga terkenal dekat dengan warga kota, khususnya kelompok pekerja dan warga miskin. Beberapa programnya antara lain membagikan sup gratis kepada orang miskin.

“Dia memberikan porsi keuangan kota untuk membantu program pendampingan pinjaman bagi orang miskin yang akan menikah,” jelas laporan brandeis.edu.

Jokowi, Edi Rama, Duterte, Ahmadinejad hanyalah beberapa nama walikota yang melenggang menjadi pemimpin negara. Mereka membuktikan bahwa kinerja masa kini menentukan nasib karier seorang pemegang kekuasaan di masa depan. Kata kuncinya satu: perubahan. Siapa mau menyusul?

Baca juga artikel terkait WALIKOTA atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Politik
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti