Menuju konten utama

Menyoal Kebijakan Ganjil Genap di Tol Jagorawi & Jakarta-Tangerang

Kebijakan ganjil genap mulai berlaku per hari ini (16/4) untuk Tol Jagorawi dan Tol Jakarta-Tangerang.

Menyoal Kebijakan Ganjil Genap di Tol Jagorawi & Jakarta-Tangerang
Ilustrasi produk padat karya Orde Baru yaitu pembangunan infrastuktur jalan Tol Jagorawi. Foto/Istimewa

tirto.id - Pemerintah bakal mulai melakukan uji coba kebijakan ganjil-genap untuk kendaraan pribadi di Tol Jagorawi dan Tol Jakarta-Tangerang per hari ini (16/4/2018). Tujuan kebijakan itu tak lain untuk mengurai kepadatan yang sehari-hari terjadi, khususnya pada saat jam berangkat dan pulang kantor.

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan (BPTJ Kemenhub) menyebutkan bahwa perbandingan antara volume lalu lintas dan kapasitas jalan (V/C ratio) di Tol Jagorawi dan Tol Jakarta-Tangerang sudah lebih dari 1.

Lewat kebijakan ini BPTJ berupaya untuk menekan V/C ratio menjadi 0,5 sampai 0,6.

"Dari kebijakan serupa di Tol Jakarta-Cikampek, hasil evaluasi selama empat minggu telah berhasil menurunkan V/C ratio sebesar 46 persen," ujar Kepala BPTJ Kemenhub Bambang Prihartono saat jumpa pers di Jakarta pada Jumat (13/4/2018) lalu, seperti dikutip Antara.

Pengaturan ganjil-genap sendiri memang sudah diberlakukan sebelumnya di Pintu Tol Bekasi Timur dan Bekasi Barat arah Jakarta sejak 12 Maret 2018. Kebijakan tersebut berlaku setiap Senin-Jumat (kecuali hari libur), mulai pukul 06.00 sampai dengan 09.00.

Untuk penerapan ganjil-genap di Tol Jagorawi sendiri bakal diprioritaskan di Gerbang Tol Cibubur 2 arah Jakarta. Waktu berlakunya pun sama seperti yang di Bekasi, yakni pada 06.00-09.00 WIB, setiap Senin-Jumat (kecuali hari libur).

Selain itu, ada juga Lajur Khusus Kendaraan Umum dari Bogor-Pasar Rebo arah Jakarta setiap pukul 06.00-09.00 WIB setiap Senin-Jumat (kecuali hari libur).

"Plus pengembangan rute JR Connexion di lokasi perumahan prioritas, yakni Legenda Wisata, Citra Grand, Cibubur Country, Metland Transyogi, dan Cibubur Residence," ucap Bambang.

Sedangkan paket kebijakan yang bakal diterapkan di Tol Jakarta-Tangerang ialah ganjil-genap di Gerbang Tol Tangerang 2 dan Gerbang Tol Kunciran 2 arah Jakarta, lajur khusus untuk bus, serta pengendalian truk golongan III hingga V, mulai dari Tol Cikupa-Tomang untuk dua arah pada pukul 06.00-09.00 WIB.

Guna mendukung perpindahan pengguna dari mobil pribadi ke angkutan umum, BPJT mengklaim telah menyiapkan 20 bus untuk masing-masing ruas tol.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, menilai pemberlakuan kebijakan ganjil-genap tersebut cukup beralasan. Tulus sependapat bahwa V/C ratio di kedua pintu tol memang sudah lebih dari batas maksimal yang hanya 0,85.

"Semakin tinggi V/C ratio, semakin rendah kecepatan rata-rata kendaraan di jalan tersebut. Alias semakin jelek performanya," kata Tulus.

Dampak dari tingginya V/C ratio pun dapat merugikan konsumen. YLKI berpendapat V/C ratio yang tidak ideal membuat konsumen harus membayar jalan tol yang tidak sebanding dengan kualitas yang didapat. Tulus mengatakan seharusnya ketika V/C ratio telah mencapai lebih dari 1, maka tarif tol tidak lagi naik.

"Kalau perlu diturunkan," ungkap Tulus.

Meski sependapat dengan langkah pemerintah, namun Tulus mengingatkan agar kebijakan ganjil-genap juga diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas angkutan umum. Tulus menyebutkan bahwa kebijakan ganjil-genap tidak akan merugikan konsumen sejauh ada sarana transportasi alternatif.

Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno menilai kebijakan ganjil-genap kendaraan pribadi ini sebetulnya upaya untuk membuat masyarakat beralih ke angkutan umum. Namun, Djoko menilai kalau masyarakat juga masih kesulitan dalam memperoleh fasilitas angkutan umum yang baik sehingga ada semacam resistensi yang membuat efektivitasnya kurang maksimal.

Minimnya fasilitas angkutan umum tersebut tak sebanding dengan menjamurnya perumahan di sepanjang ruas Tol Jagorawi dan Tol Jakarta-Tangerang. Djoko menekankan bahwa para pengembang perumahan itu masih belum memprioritaskan fasilitas angkutan umum dari dalam kompleks, sehingga masyarakat lebih memilih naik kendaraan pribadi.

"Untuk fasilitas umum yang dipenuhi masih sebatas air maupun listrik. Padahal angkutan umum merupakan kebutuhan dasar bagi para penghuni perumahan, yang mana mereka rata-rata bekerja di Jakarta," jelas Djoko kepada Tirto.

Djoko mengungkapkan apabila fasilitas angkutan umum sudah memadai, maka tanpa diperintah masyarakat bakal mulai beralih. Pemerintah maupun pengembang, menurut Djoko, harus mulai memikirkan pengadaan fasilitas angkutan umum yang menghubungkan kompleks perumahan dengan pusat-pusat keramaian kota.

Selain mempersiapkan infrastrukturnya, Djoko juga menekankan agar pemerintah memberikan subsidi. Dengan demikian selain angkutan umumnya nyaman, masyarakat juga bisa mendapatkan tarif transportasi publik yang terjangkau.

Djoko menilai kombinasi semacam itu lambat laun akan membuat masyarakat jadi ogah bermacet-macetan dengan kendaraan pribadi.

Tirto bertanya soal rencana pemberlakuan ganjil-genap ini kepada salah seorang warga bernama Aditya (24) yang setiap harinya bolak-balik Jakarta-Cileungsi. Katanya, bisa jadi kebijakan ini berpengaruh terhadap kepadatan jalan, namun "gak tahu juga seberapa signifikannya".

Aditya menduga kepadatan berasal dari banyaknya perumahan yang dibangun di ruas jalan alternatif Cibubur. Ia juga menyebutkan bahwa para penghuni kompleks perumahan mayoritas penglaju yang sehari-harinya melakukan perjalanan bolak balik dengan rute dari jalan alternatif menuju Gerbang Tol Cibubur 2.

Baca juga artikel terkait SISTEM GANJIL GENAP atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Rio Apinino