Menuju konten utama

Menteri Darmin Beberkan Upaya Pemerintah Tekan Defisit Perdagangan

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya defisit ialah pertumbuhan ekspor yang melambat.

Menteri Darmin Beberkan Upaya Pemerintah Tekan Defisit Perdagangan
Ilustrasi. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) berbincang usai penandatanganan nota kesepahaman percepatan pinjaman daerah di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (28/12/2017). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Pemerintah terus mengupayakan berbagai cara untuk menekan defisit pada neraca perdagangan Indonesia. Adapun salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya defisit ialah pertumbuhan ekspor Indonesia yang relatif melambat.

Pada periode Januari-April 2018, neraca perdagangan memang sempat mengalami defisit 1,31 miliar dolar AS. Untuk nilai ekspornya tercatat hanya sebesar 58,74 miliar dolar AS, sementara nilai impornya melesat menjadi 60,05 miliar dolar AS.

“Jadi ekspor kita kemarin hanya naik 8-9 persen secara year-to-date, sementara impornya (naik) 21 persen. Sehingga ekspornya melambat tapi impornya makin cepat. Itu sebabnya defisit,” ujar Darmin di rumah dinasnya di Jakarta Selatan pada Sabtu (16/6/2018).

Lebih lanjut, Darmin menyebutkan salah satu komoditas yang ekspornya mengalami perlambatan ialah kelapa sawit. Sebagaimana diketahui, produk kelapa sawit sempat mendapatkan hambatan ekspor dari negara lain, khususnya oleh Uni Eropa. Darmin pun lantas mengatakan bahwa produk kelapa sawit harus didorong untuk menemukan pangsa pasar baru.

Pemerintah sendiri saat ini sedang melakukan pendekatan dengan India untuk meningkatkan ekspor kelapa sawit ke sana. Salah satu langkah konkretnya ialah dengan bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi untuk mendiskusikan tentang hal itu.

“Ekspor kelapa sawit ke India agak turun karena mereka menerapkan bea masuk tinggi terhadap CPO (Crude Palm Oil) kita. Mudah-mudahan (bea masuk) agak turun karena sudah bertemu,” kata Darmin lagi.

Dalam kaitannya dengan India, Presiden Joko Widodo juga sudah sempat bertemu dengan para investor dari sana untuk membicarakan tentang industri farmasi.

Menurut Darmin, bahan baku yang dibutuhkan industri farmasi kebanyakan masih impor padahal penggunaan produk jadinya lebih banyak dilakukan di dalam negeri.

“Hampir semua produk farmasi kita digunakan untuk melayani jaminan kesehatan di Indonesia padahal kita perlu banyak mengimpor bahan bakunya. Kita belum memikirkan (industri) bahan baku obatnya, yang hulunya ialah industri petrokimia dan industri kimia dasar,” jelas Darmin.

Guna mendorong investor asing untuk mau menanamkan modalnya di Indonesia, pemerintah mengaku siap memberikan insentif fiskal berupa tax holiday pada industri hulu. Darmin menilai, keberadaan industri hulu di dalam negeri dapat menekan impor komoditas.

Kondisi defisit yang terjadi selama empat bulan pertama 2018 ini jelas berbeda apabila dibandingkan dengan empat bulan pertama pada 2017 (year-on-year). Kala itu, neraca perdagangan sempat surplus sebesar 5,33 miliar dolar AS.

Saat disinggung mengenai upaya menekan defisit pada neraca perdagangan tahun ini, Darmin pun menyampaikan sikap optimistisnya. “Kami berharap bahwa menjelang akhir tahun ini neraca perdagangannya positif,” ucap Darmin lagi.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yandri Daniel Damaledo