tirto.id - Ancaman perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dengan Cina bakal berdampak kepada perekonomian global. Penyebabnya tak lain karena kedua negara tersebut sama-sama merupakan negara besar yang memiliki peranan maupun kebijakan penting dalam mempengaruhi perekonomian dunia. Tak terkecuali bagi Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tidak menampik apabila pengenaan tarif bea masuk impor sebesar 25 persen itu dapat mengganggu ekspor yang dilakukan Amerika Serikat ke Cina. Dengan demikian, Amerika Serikat diprediksi bakal mulai mencari pasar ekspor lain.
“Karena modelnya tarif bea masuk, maka kita bisa hasilkan produk yang dibikin Cina. Oleh karena kita beda biaya masuknya, kita pun bisa untung,” ungkap Darmin saat ditemui di rumah dinasnya di Jakarta Selatan pada Sabtu (16/6/2018).
Menurut Darmin, efek dari perang dagang tersebut bisa berbentuk keuntungan maupun kerugian. Oleh karena Indonesia tidak ikut kena kebijakan peningkatan tarif bea masuk impor seperti halnya Cina, maka Darmin mendorong agar peristiwa ini bisa disikapi secara jeli serta membuka peluang bagi Indonesia sendiri.
“Kelihatannya Amerika Serikat memang masih getol untuk mulai mengenakan pembatasan-pembatasan terhadap negara besar,” ujar Darmin.
Adapun Darmin menilai tidak ada yang bisa memastikan sampai kapan Amerika Serikat bakal memberlakukan pembatasan terhadap negara-negara yang menjadi eksportir utamanya. Darmin melihat keputusan tersebut sepenuhnya berada dalam komando Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Kendati demikian, Darmin berpendapat bahwa model kebijakan tersebut sebetulnya sudah tidak lagi digunakan oleh mayoritas negara di dunia selama puluhan tahun. Darmin lantas menyebutkan bahwa kebijakan yang diskriminatif itu memang akan dibalas dengan hal serupa oleh negara yang bersangkutan.
Masih dalam kesempatan yang sama, Darmin menyebutkan bahwa potensi terjadinya perang dagang memang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus melakukan penyesuaian sehingga dapat beradaptasi di tengah perekonomian global yang terus menggeliat dengan disertai sejumlah kebijakan yang tidak terduga.
Presiden Trump memang seakan menabuh genderang perang dagang setelah menyetujui peningkatan tarif bea masuk untuk daftar produk perdagangan dengan Cina senilai 50 miliar dolar AS. Setidaknya ada 1.102 produk yang akan dikenakan tarif bea masuk tersebut.
Selain menerapkan tarif bea masuk untuk barang-barang impor dari Cina, Trump juga bertekad untuk membatasi investasi tambahan. Rincian mengenai pembatasan itu akan diumumkan dalam dua minggu ke depan.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto