tirto.id - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengaku heran dengan lonjakan harga bawang putih. Sebab, menurutnya, stok komoditas yang diimpor dari Cina itu masih aman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
"Dalam data Kementerian Pertanian stoknya cukup, yang mengherankan kenapa tiba-tiba terjadi lonjakan harga seperti itu," ujar Syahrul dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Senin (17/2/2020).
Berdasarkan data pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) nasional, misalnya, harga bawang putih di pasar tradisional di Jakarta memang melonjak, yakni dari Rp42.500 (per 21 Januari 2020) menjadi Rp62.500 (hari ini).
Tapi menurut Syahrul, lonjakan harga terjadi bukan karena menipisnya pasokan. Sebab, stok bawang putih masih bisa bertahan hingga tiga bulan mendatang. Suplai komoditas tersebut di tangan importir masih sekitar 120.000 ton dan Indonesia akan memasuki musim panen yang diprediksi mampu memproduksi hingga 30.000 ton bawang putih.
"Penggunaan perbulan adalah 47.000 ton lebih, kalau begitu daya tahan kita bisa sampai 3 bulan ke depan masih cukup," paparnya.
Ia justru memprediksi kenaikan itu disebabkan kepanikan pasar lantaran virus corona dinilai dapat membuat rekomendasi impor dari Cina tak terbit. Akibatnya, banyak penjual menimbun bawang putih agar tidak kehabisan saat impor benar-benar dihentikan.
"Ini menurut saya adalah panic buying, ada kepanikan publik, distributornya juga mengurangi penjatahannya ke pasar, karena dia takut besok karena corona tidak ada lagi impor yang bisa masuk, publik juga seperti itu, takut kehilangan bawang putih, sehingga membeli lebih cepat," tuturnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan harga, kata Syahrul, Kementan juga telah mengeluarkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) pada Januari 2020 lalu dan membuka alternatif pasar impor bawang putih selain Cina.
"Mudah-mudahan ini bisa jadi langkah yang mungkin bisa mengurangi lonjakan harga itu," tandasnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Rio Apinino