Menuju konten utama

Menko Luhut Sebut Indonesia Harus Hati-Hati Terhadap Trade War

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan, ekonomi Indonesia seperti sedang "berantem" karena adanya trade war  atau perang dunia.

Menko Luhut Sebut Indonesia Harus Hati-Hati Terhadap Trade War
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia perlu berhati-hati menyusul adanya potensi guncangan ekonomi dunia. Luhut menyebutkan, saat ini perekonomian dunia sudah bisa disebut sedang "berantem".

"Ekonomi dunia berantem trade war. Hong Kong, Argentina, Brexit, Italy, Kashmir. Itu semua bermasalah termasuk Venezuela. Kita harus hati-hati menghadapi itu. Jangan kita tiba-tiba kena guncangannya," ucap Luhut kepada wartawan saat ditemui di Kemenko Kemaritiman, Jakarta pada Rabu (14/8/2019).

Luhut mengatakan, akibat dari permasalahan ekonomi itu, negara tetangga seperti Singapura sudah mulai terkena dampaknya. Ia menyebutkan, Singapura terkena kontraksi pada perekonomiannya.

Namun, untuk saat ini Luhut mengatakan Indonesia masih berada dalam keadaan yang baik. Ekonomi Indonesia, ujar Luhut, masih tumbuh sekitar 5 persen. Angka ini katanya tergolong yang cukup baik di antara negara-negara lain di ASEAN.

"Singapura sendiri, kan, sudah kontraksi (ekonominya) tapi Indonesia sendiri masih baik," ucap Luhut.

Dia menyebutkan, pemerintah akan mewaspadai pelemahan Yuan atau mata uang Cina yang belakangan juga merembet ke indonesia. Pemerintah, katanya, sudah melakukan rapat untuk memperkirakan seberapa lama devaluasi ini akan terus berlangsung.

"Ya devaluasi Yuan itu. Itu kami waspadai berapa persen Yuan itu. Devaluasi mau terus begini," ucap Luhut.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesi, Dody Budi Waluyo sebelumnya menyebutkan, pelemahan nilai tukar Yuan terhadap dolar AS tak akan berpengaruh bagi Indonesia dalam jangka pendek.

Sebab, kata dia, meski menjadi salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, hanya sebagian kecil transaksi ekspor-impor ke Cina menggunakan mata uang renmimbi Yuan.

"Jadi transaksi ekspor impor kita memang dalam jangka pendek tidak begitu terkait dengan devaluasi mata uang Cina, dalam jangka pendek," ujar dia, di kompleks BI, Jakarta Pusat, Senin (12/8/2019).

Baca juga artikel terkait PERANG DAGANG AS-CINA atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno