tirto.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta agar rumah sakit mengalokasikan penambahan tempat tidur untuk penanganan COVID-19. Budi mengaku, ada rumah sakit yang mengklaim penuh, tetapi ternyata punya tempat tidur yang tidak dipakai untuk COVID-19.
"Banyak rumah sakit yang kami lihat BOR-nya masih rendah, tapi sudah penuh dan pasien COVID tidak masuk. Kenapa? Karena contohnya, rumah sakit punya 100 kamar, 100 tempat tidur yang dialokasikan buat pasien COVID hanya 10. Jadi otomatis dia masih kosong BOR-nya. Tetapi kalau COVID masuk tidak bisa karena tempatnya cuma 10," kata Budi Gunadi dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (11/1/2021).
Mantan Dirut Inalum ini menuturkan, pemerintah menggunakan asumsi kebutuhan tempat tidur harus 30 persen dari kasus aktif yang ditangani di rumah sakit. Sebagai contoh, Indonesia memiliki kasus aktif sekitar 50 ribu kasus padaNovember 2020. Apabila mengacu data November 2020, pemerintah butuh cukup tambahan 15 ribu tempat tidur.
Sementara itu, kasus aktif Indonesia mencapai 120 ribu pada saat ini. Dengan demikian, pemerintah butuh sekitar 36 ribu tempat tidur tambahan dalam kurun waktu satu bulan.
"Jadi dalam satu bulan kita harus menambah jumlah tempat tidur untuk pasien COVID dari 15.000 ke 36.000. Ini masalah yang akan kita hadapi minggu ini, minggu depan sampai dengan akhir Januari atau awal Februari," kata Budi.
Mantan Wakil Menteri BUMN itu menuturkan, penambahan tempat tidur COVID-19 penting untuk dilaksanakan. Sebab, cara tersebut adalah cara tercepat untuk menambah jumlah kamar serta mengantisipasi jumlah pasien.
"Saya minta tolong semua Dirut rumah sakit, semua pemilik Rumah Sakit tolong konversikan BED-nya yang tadinya bukan untuk COVID menjadi COVID, yang tadinya cuma 10% jadi 30% atau 40% secara temporer saja sambil kita bisa menghadapi lonjakan yang membutuhkan puluhan ribu bed baru," kata Budi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri