Menuju konten utama

Menilik Kebangkitan Perempuan dalam Film Enola Holmes

Film Enola Holmes punya kisah menarik terutama latar sejarah kebangkitan perempuan Inggris dalam politik.

Menilik Kebangkitan Perempuan dalam Film Enola Holmes
Film Enola Holmes. netflix/getcraft

tirto.id - Enola Holmes adalah film bergenre petualangan, kriminaldan misteri. Film besutan Harry Bradbeer yang dirilis pada 23 September 2020 ini, punya pesan penting: kebangkitan perempuan.

Film berdurasi sekitar 2 jam 3 menit ini menceritakan kisah hidup Enola (Millie Bobby Brown), adik detektif terkenal di Inggris, Sherlock Holmes (Henry Cavill). Setelah ayahnya meninggal dan kedua kakaknya, Mycroft (Sam Claflin) dan Sherlock pergi dari rumah, Enola tinggal bersama ibunya, Eudoria (Helena Bonham Carter). Oleh ibunya, Enola diajari berbagai hal yang tidak umum bagi perempuan di zaman itu.

Enola diajari membaca, sains, jujutsu, memanah, dan hal-hal lain yang terkesan maskulin. Enola tumbuh menjadi gadis muda yang berjiwa bebas, kuat dan cerdas.

Ia sangat menikmati hari-hari bersama ibunya, hingga satu hari mengubah segalanya. Pada hari ulang tahunnya ke-16 Enola yang seharusnya bergembira, malah merasa sedih. Sang ibu tidak di rumah.

Elena mencari ke seluruh bagian rumah, dan menyadari bahwa ibunya tak ada dan tak kembali. Melihat kondisi ini, Enola mendatangkan kedua kakaknya untuk mencari ibunya.

Kedua kakaknya hampir tak dapat mengenalinya, karena Enola telah tumbuh menjadi seorang gadis muda. Penampilan dan perilakunya yang sangat jauh dari kesan perempuan terhormat membuat Mycroft berniat memasukkannya ke Sekolah Kepribadian Nona Harrison. Mendengar rencana ini, Enola pun pergi dari rumah dan berusaha mencari ibunya ke London.

Di tengah perjalanan, ia tak sengaja bertemu seorang bangsawan muda yang tengah kabur dari paksaan keluarganya untuk menjadi tentara. Viscount Tewkesbury pun menjadi kawan seperjalanan Enola. Keduanya –dalam pertemuan dan perpisahan– menghadapi rintangan yang menghadang tujuan mereka.

Film yang mengambil latar di Inggris ini sarat akan petualangan dan aksi. Kepribadian Enola yang bersemangat dan tak suka dikekang menjadikan film ini terasa ceria dan menegangkan di saat yang bersamaan. Karakter Enola serta Eudoria yang cerdas dan kuat dapat diinterpretasikan sebagai simbol kebangkitan perempuan di masa itu.

Tahun 1884 yang merupakan latar waktu di film itu menceritakan secara implisit tentang UU Reformasi atau Reform Act di Inggris. Undang-undang itu merupakan jalan bagi para perempuan untuk mendapatkan hak pilih dalam pemilu.

Yang menjadi kunci agar undang-undang ini disahkan adalah hak suara milik Viscount Tewkesbury, pemuda bangsawan yang bertemu dengan Enola. Berkali-kali Enola menyelamatkannya dari Linthorn (Burn Gorman), pembunuh bayaran yang disewa oleh nenek Tewkesbury, the Dowager (France de la Tour).

Sang nenek beranggapan bahwa pemikiran baru Tewkesbury yang mendukung gagasan perluasan pemilihan ini akan mengancam cara hidup mereka. Berkat kecerdikan dan ketangkasan Enola, Viscount Tewkesbury selalu lolos dari Linthorn dan ia berhasil duduk bersama anggota parlemen lainnya untuk memberikan hak pilih.

Adegan-adegan di awal film saat Eudoria mengajari Enola berbagai macam hal, serta saat Enola melindungi Tewkesbury menyiratkan keberanian dan kekuatan perempuan yang masih jarang di masa itu. Di zaman Victoria, perempuan masih dibatasi oleh bayangan pernikahan dan memiliki anak.

Pemilihan suara dan hal-hal lain masih dianggap terlalu tinggi dan belum setara untuk perempuan. Namun, Enola dan Eudoria dengan berani berpartisipasi untuk memperjuangkan hak pilih bagi wanita.

Film yang merekrut pelakon dari film Harry Potter (Helena Bonham Carter, France de la Tour, dan Fiona Shaw) ini diproduksi oleh Netflix, Legendary Entertainment dan PCMA. Oleh IMDb, film ini mendapat rating 6.6 dari skala 10. Situs Rotten Tomatoes menilai Enola Holmes 91% dalam Tomatometer dan 71% dalam Audience Score yang dikumpulkan dari 2.952 pengguna.

Baca juga artikel terkait FILM AKSI atau tulisan lainnya dari Hana Afifah Nuraini

tirto.id - Film
Kontributor: Hana Afifah Nuraini
Penulis: Hana Afifah Nuraini
Editor: Agung DH