tirto.id - Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 mengalami kecelakaan pada 9 Januari 2021 sekitar pukul 14.40. Lokasi jatuhnya sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang di Kepulauan Seribu, dekat Jakarta. Pesawat berangkat dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, dan hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara bandara.
Di bulan yang sama, 13 tahun lalu juga pada awal tahun, kecelakaan serupa pernah terjadi. Kala itu, pesawat Boeing 747-400 milik maskapai penerbangan Adam Air mengalami kecelakaan fatal pada 1 Januari 2007. Dari manifes penumpang, total ada 102 orang yang ikut terbang dengan 96 penumpang dan 6 awak.
Pesawat dengan nomor penerbangan DHI 574 itu memiliki rute Surabaya-Manado. Berangkat dari Bandara Juanda Surabaya pada 1 Januari 2007 pukul 12.55, pesawat Adam Air tersebut lepas landas dengan baik.
Namun, pada 15.07 WITA atau 14.07 WIB, pesawat hilang kontak dan tenggelam di perairan Sulawesi. Dikutip dari BBC, black box alias kotak hitam ditemukan 27 Agustus 2007 di kedalaman sekitar 2.000 meter perairan Majene, Sulawesi Barat.
Penyebab Adam Air Jatuh dan Mengalami Kecelakaan Pesawat
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), seperti diwartakan DW, menyebut bahwa kecelakaan pesawat Adam Air ini terjadi dari kombinasi beberapa faktor. Kedua pilot memiliki andil dalam kegagalan memonitor instrumen penerbangan secara intens, terutama pada dua menit terakhir penerbangan.
Fokus konsentrasi pada tidak berfungsinya inertial reference system (IRS) telah mengalihkan konsentrasi kedua pilot dari Flight Instrument dan membuka peluang terjadinya increasing devent tidak teramati.
Kedua pilot juga tidak mendeteksi dan menahan decent sesegera mungkin dalam mencegah kehilangan kendali. Dari laporan pilot dan perawatan tersebut juga ditemukan, sudah terjadi lebih dari 150 kerusakan IRS di rentang Oktober sampai Desember 2006, sebelum pesawat tersebut kecelakaan pada 1 Januari 2007.
Saat itu, pesawat berada di ketinggian 35 ribu kaki. Menurut analisa KNKT dari rekaman flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR), telah masalah dalam sistem navigasi pesawat. Hal ini membuat pilot dan kopilot memfokuskan perhatian pada masalah IRS.
Mereka kurang lebih mengurusi IRS selama 13 menit akhir penerbangan. Hal ini membuat mereka kurang waspada terhadap indikator penerbangan lain. Pada ketinggian 35 ribu kaki, sebenarnya posisi autopilot masih on.
Hingga akhirnya, posisi IRS kiri dan kanan berbeda. Kru memindahkan IRS kanan dari posisi NAV (navigation) menuju posisi ATT (attitute). Sayangnya perubahan itu membuat auto pilot off dan pesawat mendadak miring kanan.
Mendadak alarm peringatan autopilot berbunyi, namun berhenti tidak lama setelah itu. Diduga, matinya alarm karena dimatin pilot atau kopilot secara tak sengaja. Sementara itu, mereka berkonsentrasi membenahi IRS.
Pada saat kondisi seperti itu, semestinya pesawat dikendalikan manual. Pesawat juga masih dapat terbang apabila IRS bermasalah. Dalam kasus ini, akibat tidak menyadari matinya autopilot, akhirnya pesawat terbang tanpa terkendali.
Lantas, pesawat miring ke kanan melewati sudut 35 derajat. Seketika terdengar bank angle tiga kali. Namun piot tidak berusaha menyeimbangkan pesawat di saat posisi bank angle 100 derajat dan pitch attitude mendekati 60 derajat nose down, dengan memiringkan sisi sebaliknya.
Akhirnya karena kedua pilot tidak mampu mengendalikan secara tepat dan sesama setelah bunyi bank angle, terjadilah kecelakaan tersebut yang mengangkut 102 penumpang itu.
Jatuhnya pesawat Adam Air 574 di tahun baru 2007 ini menewaskan seluruh orang di dalamnya yang berjumlah 102 orang (96 penumpang dan 6 awak). Ini merupakan angka kematian tertinggi dari setiap kecelakaan penerbangan yang melibatkan pesawat Boeing 737-400. Bangkai pesawat ditemukan tanggal 7 Mei 2011 di perairan Siompu, Buton, Sulawesi Tenggara.
Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia
Selain Adam Air berikut daftar kecelakaan pesawat yang terjadi di Indonesia dalam satu dekade ini.
1. Merpati Nusantara 8968 (2011)
Merpati Nusantara 8968 yang membawa 25 penumpang jatuh dekat Bandar Udara Utarom, Kabupaten Kaimana, 7 Mei 2011. Seluruh penumpang tewas. Saat hendak mendarat, pesawat tersebut mengalami kecelakaan.
Pesawat ini jatuh dari ketinggian 15.000 kaki, sekitar 400 meter sebelum landasan 19 bandar udara tersebut.
Laporan dari KNKT via dephub menemukan, kesalahan pilot adalah kontributor terbesar dalam kecelakaan.
Pilot membatalkan pendaratan dan membelokkan pesawat ke arah kiri secara tajam dengan kemiringan yg sangat tinggi yaitu 38 derajat.
Hal itu juga diikuti dengan ketidakpatuhan pilot mengikuti prosedur normal untuk menarik Sirip sayap sehingga mengakibatkan pesawat kehilangan ketinggian secara cepat.
2. Nusantara Buana 823 (2011)
Nusantara Buana 823 jurusan Medan ke Kutacane jatuh pada pukul 07.41 WIB, 29 September 2011. Pesawat diduga kehilangan keseimbangan dan kemudian jatuh ke gunung akibat cuaca buruk.
Seluruh penumpang, 18 orang, meninggal dalam kecelakaan tersebut. Dilansir Antaranews, lokasi kecelakaan membuat korban sulit dievakuasi.
Akhirnya, tim penyelamat membuka lahan untuk membuat helipad, yang akan mengevakuasi korban dengan menggunakan helikopter.
3. Sukhoi Superjet 100 (2012)
Sukhoi Superjet 100, penerbangan demo yang awalnya ingin menujukkan kehebatan pesawat Sukhoi, diwartakan Sydney Morning Herald.
Pada 9 Mei 2012, Sukhoi terbang dengan membawa 45 orang di dalam pesawat tersebut termasuk 14 penumpang dari maskapai penerbangan Sky Aviation, dan tiga jurnalis Indonesia.
Sukhoi Superjet 100 menghilang dalam penerbangan demonstrasi yang berangkat dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Indonesia. Sehari setelahnya, reruntuhan Superjet Sukhoi terlihat di tebing di Gunung Salak, Jawa Barat.
4. AirAsia QZ8501 (2014)
Pesawat AirAsia QZ8501 tipe Airbus A320-200 jatuh di wilayah perairan selat Karimata sesaat setelah lepas landas pada 28 Desember 2014. Tidak ada korban selamat dalam kecelakaan tersebut.
Dilansir dari BBC, AirAsia QZ8501 tersebut membawa 162 orang dari Surabaya ke Singapura.
Pesawat dilaporkan hilang kontak setelah kurang lebih 40 menit lepas landas dari bandara Juanda. Puing-puing dan mayat ditemukan mengambang sekitar 16 km (10 mil) dari koordinat terakhir pesawat yang diketahui.
5. Trigana Air 267 (2015)
Trigana Air 267(IL 267/TGN 267) menabrak Gunung Tangok dalam rute dari Jayapura ke Oksibil pada 16 Agustus 2015. Jumlah korban tewas mencapai 54 orang.
Pesawat dijadwalkan akan mendarat pada pukul 14.16 waktu setempat. Setelah 1 jam waktu yang ditentukan, pesawat tak juga mendarat setelah sempat kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas udara pada pukul 14.55 waktu setempat.
Serpihan pesawat tersebut ditemukan oleh penduduk desa setempat pada malam hari, tanggal 16 Agustus di Distrik 3 Okbape.
6. Lion Air 610 (2018)
Lion Air 610 terbang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang, hilang kontak pada 29 Oktober 2018, dilansir The Strait Times.
Pesawat mengangkut 181 penumpang (178 dewasa dan 3 anak) serta 6 awak kabin dan 2 pilot. Seluruh korban tewas.
Pesawat terbang ke arah barat sebelum berbelok ke timur laut, lalu jatuh di lepas pantai sekitar pukul 06.33 di sebelah timur laut Jakarta di perairan berkedalaman 35 meter di Tanjung Pakis, Karawang. Bangkai pesawat ditemukan di lepas pantai Laut Jawa.
7. Sriwijaya Air (2021)
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tujuan Jakarta menuju Pontianak mengalami hilang kontak dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor register PK-CLC SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB. Pesawat tersebut tercatat membawa 50 orang penumpang termasuk 7 anak-anak dan 3 bayi.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani