tirto.id - Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Artinya, pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan aktivitas perekonomian di tengah masyarakat yang menyebabkan kenaikan produksi barang dan jasa, serta berujung pada bertambahnya pendapatan nasional.
Sementara dalam studi ekonomi makro, definisi pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan kondisi perekonomian yang terjadi di suatu negara secara berkesinambungan untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu.
Definisi itu menjelaskan, pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan kondisi perekonomian di suatu negara yang menjadi simbol keberhasilan pembangunan.
Sementara teori pertumbuhan ekonomi merupakan konsep untuk menjelaskan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi atau menentukan pertumbuhan ekonomi dalam proses jangka panjang. Teori pertumbuhan juga menjelaskan bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang lain sehingga dapat menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan ekonomi.
Salah satu contoh indikator pertumbuhan ekonomi ialah produk domestik bruto (PDB) yang biasa dihitung dalam periode tiga bulan (triwulan) dan tahunan.
PDB mengukur dua hal, yakni pendapatan total dari seluruh penduduk di sebuah wilayah ekonomi, dan jumlah keseluruhan nilai belanja barang dan jasa di kawasan perekonomian itu. Oleh karena itu, PDB didefinisikan sebagai nilai pasar seluruh barang dan jasa yang diproduksi suatu negara pada periode tertentu.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Dalam perkembangan studi ekonomi di masa modern, telah banyak teori-teori pertumbuhan yang diungkapkan oleh sejumlah pemikir atau ilmuwan di bidang ini. Namun, secara umum, ada empat jenis kelompok teori pertumbuhan ekonomi. Berikut penjelasan masing-masing jenis teori seperti dikutip dari laman Corporate Finance Institute.
1. Teori pertumbuhan ekonomi klasik
Teori pertumbuhan klasik menganggap pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menurun dengan bertambahnya populasi dan sumber daya yang semakin terbatas.
Para ekonom teori pertumbuhan klasik berpendapat bahwa kenaikan sementara PDB riil per orang pasti akan menyebabkan ledakan populasi. Hal itu bisa membuat sumber daya suatu negara bakal semakin merosot, yang akhirnya menurunkan nilai PDD riil serta membikin pertumbuhan ekonomi melambat.
Setidaknya ada tiga pemikir utama yang merumuskan teori pertumbuhan ekonomi klasik.
Pertama, adalah Adam Smith, pelopor ilmu ekonomi modern sekaligus "bapak" sistem ekonomi kapitalisme. Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith melihat bahwa suatu perekonomian akan tumbuh jika terjadi pertambahan jumlah penduduk yang memperluas pasar dan mendorong spesialisasi. Proses spesialisasi bidang kerja diyakininya akan meningkatkan produktivitas pekerja. Kemudian, mendorong kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi.
Kedua, David Ricardo. Pendapat David Ricardo tentang teori pertumbuhan ekonomi berkebalikan dengan Adam Smith. Menurutnya, pertumbuhan penduduk yang terlalu besar bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja. Hal ini akan menyebabkan upah yang diterima masing-masing orang menurun. Upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level), dan akibatnya perekonomian bisa mengalami stagnasi atau stationary state.
Ketiga, Thomas Robert Malthus. Menurut Malthus, jumlah penduduk bertambah sesuai deret ukur (2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya), sedangkan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, dan seterusnya). Akibatnya jumlah barang dan jasa, termasuk makanan, kerap kali tidak seimbang dengan jumlah penduduk.
Dalam teori Malthus, pertumbuhan penduduk adalah akibat proses pembangunan. Namun, proses penambahan jumlah penduduk tidak bisa tanpa peningkatan kesejahteraan yang sebanding.
Malthus menyimpulkan, apabila tingkat akumulasi modal meningkat, permintaan atas tenaga kerja juga meningkat. Kondisi ini mendorong pertumbuhan penduduk. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kesejahteraan hanya apabila pertumbuhan tersebut meningkatkan permintaan efektif.
2. Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik
Teori Pertumbuhan Neoklasik adalah model pertumbuhan ekonomi yang menguraikan bagaimana tingkat pertumbuhan ekonomi bisa stabil hanya jika tiga kekuatan ekonomi ikut bermain: tenaga kerja; modal; dan teknologi.
Versi Model Pertumbuhan Neoklasik yang paling sederhana dan populer adalah Model Pertumbuhan Solow-Swan. Teori tersebut menyatakan bahwa ekuilibrium ekonomi jangka pendek adalah hasil dari setiap jumlah tenaga kerja dan modal yang memainkan peran penting dalam proses produksi.
Teori tersebut berdalil bahwa perubahan teknologi secara signifikan mempengaruhi fungsi ekonomi secara keseluruhan. Teori pertumbuhan neoklasik menguraikan tiga faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi.
Namun, teori ini menekankan pada asumsinya bahwa sebuah keseimbangan akan berlangsung sementara, atau keseimbangan jangka pendek. Berbeda dari keseimbangan jangka panjang, yang tidak memerlukan salah satu dari ketiga faktor tersebut.
Setidaknya, ada tiga pemikir utama yang menopang Teori Pertumbuhan Neoklasik.
Pertama, Harrod-Domar yang mengemukakan pentingnya pembentukan modal atau investasi sebagai syarat mencapai pertumbuhan ekonomi yang kokoh (steady growth). Bila pembentukan modal telah dilakukan, perekonomian diprediksi dapat memproduksi barang-barang dalam jumlah yang lebih besar. Teori Harod Domar menyatakan bahwa sumber pertumbuhan adalah besarnya porsi pendapatan domestik bruto (PDB) yang ditabung, sebagai capital stock untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Kedua, Schumpeter. Ketika yang lain menganggap penduduk sebagai aspek sentral dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, Schumpeter berpendapat pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship). Bagi dia, kewirausahaan adalah faktor penting yang mendorong inovasi dan pertumbuhan aktivitas produksi.
Ketiga, Robert Solow yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang tingkat tabungan dapat menentukan modal dalam proses produksi. Sama halnya, semakin tinggi tingkat tabungan, maka semakin tinggi pula modal dan pengeluaran yang dihasilkan. Teori dengan perspektif mirip juga dikembangkan oleh Trevor Swan.
Teori Solow-Swan mempertimbangkan pentingnya akumulasi modal ”dalam arti luas” sebagai sumber utama pertumbuhan. Akumulasi modal ”dalam arti luas” didefinisikan sebagai modal fisik dan non fisik berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi diyakini akan memacu inovasi, meningkatkan produktivitas, serta mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi yang stabil.
3. Teori pertumbuhan ekonomi historis
Teori historis menitikberatkan perhatian pada proses perkembangan perekonomian masyarakat mulai dari tahap prasejarah hingga industri, masyarakat dunia dan masyarakat berkonsumsi tinggi. Ada setidaknya 4 pemikir yang mendukung teori historis.
Pertama, Frederich List yang membagi tahapan pertumbuhan ekonomi berdasarkan cara ataupun kebiasaan sebuah masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidupnya melalui produksi. Mulai dari berburu dan mengembara, yang mana manusia bergantung pada alam; beternak dan bertani; dan pertanian dan kerajinan; serta Kemudian, kerajinan, industri, hingga perniagaan.
Kedua, Werner Sombart yang menganggap bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi terjadi karena masyarakat memiliki susunan organisasi dan ideologi masing-masing. Tahapan tersebut dibagi jadi tiga: perekonomian tertutup; kerajinan dan pertumbuhan; kapitalisme.
Ketiga, Walt Whitman Rostow yang menyatakan bahwa, dalam hal pertumbuhan ekonomi, suatu negara akan mengalami lima tahapan.
Tahapan awal adalah, tradisional. Di tahapan tersebut, ekonomi didominasi oleh sektor pertanian. Tahapan selanjutnya, transisi atau pra-take-off yang akan terjadi peralihan struktur tenaga kerja dari pertanian ke industri.
Tahapan berikutnya, menurut Rostow, adalah tinggal landas atau take-off, yakni masa pada saat hambatan dalam struktur sosial dan politik dapat diatasi. Tahapan yang kemudian ialah menuju kematangan atau the drive to maturity, di manaserikat buruh dan dagang semakin maju.
Tahapan terakhir adalah konsumsi masa tinggi (high mass consumption), yakni ketika tenaga kerja didominasi dengan pekerja terdidik, dan penduduk di kota lebih banyak dari penghuni desa.
Keempat, Karl Bucher yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara didasarkan pada hubungan produsen dengan konsumen. Dalam teori Bucher, ada 4 tahapan perekonomian, yang menentukan karakter pertumbuhannya.
Tahap awal, masa rumah tangga tertutup, yakni saat masyarakat hanya memenuhi kebutuhan kelompoknya sendiri. Tahap selanjutnya, ialah masa rumah tangga kota, yaitu saat muncul hubungan dagang antardesa dan desa dengan kota.
Berikutnya, tahap masa rumah tangga bangsa, yaitu era saat perdagangan antar-kota membentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran dagang dalam negara. Tahap terakhir, masa rumah tangga dunia, di mana perdagangan telah melewati batas-batas negara.
4. Teori pertumbuhan ekonomi Kuznets
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kemampuan jangka panjang suatu negara dalam menyediakan berbagai jenis barang-barang ekonomi dengan jumlah yang banyak kepada penduduknya.
Kuznets mengemukakan, pertumbuhan ekonomi bisa dicapai oleh 3 faktor. Faktor pertama adalah, peningkatan persediaan barang yang terus-menerus. Faktor kedua yaitu, perkembangan teknologi. Sementara itu, faktor ketiga adalah penggunaan teknologi secara efektif dan efisien.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Addi M Idhom