tirto.id - Pemberdayaan komunitas adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Proses ini tidak berjalan dalam jangka waktu yang pendek, melainkan secara terus-menerus dan berkelanjutan.
Pemberdayaan sama halnya dengan proses investasi untuk memperoleh keuntungan yang berguna dalam peningkatan mutu, atau kesejahteraan hidup.
Untuk mencapai keberhasilan dalam pemberdayaan komunitas tersebut, diperlukan strategi serta langkah yang tepat supaya pemberdayaan dapat berjalan efektif dan efisien.
Strategi Pemberdayaan Komunitas
Sebelum program pemberdayaan komunitas dilaksanakan, maka hal pertama yang perlu diperhatikan adalah mengenali masalah dan potensi dari komunitas itu sendiri.
Guna merumuskan hal tersebut dan mencapai tujuan pemberdayaan, strategi menjadi bagian penting yang perlu dipersiapkan.
Dikutip modul pemberdayaan masyarakat Kemdikbud, strategi-strategi yang dapat digunakan dalam pemberdayaan komunitas meliputi:
- Metode Pendekatan yang Sesuai
Terdapat tiga cara pendekatan, yaitu:
Pertama, pendekatan kesejahteraan dengan berpusat pada pemberian bantuan kepada komunitas untuk menghadapi bencana. Misalnya, komunitas yang terkena bencana alam.
Kedua, pendekatan pembangunan dengan berpusat pada peningkatan kemandirian, kemampuan, dan keswadayaan komunitas. Misalnya, pemberian dana bantuan untuk menumbuhkan keswadayaan tersebut.
Ketiga, pendekatan pemberdayaan dengan melatih komunitas mengatasi ketidakberdayaannya, agar segera terlepas dari ketidakberdayaan tersebut. Di sini, kemiskinan dilihat sebagai akibat dari proses politik. Misalnya, pemberian modal usaha.
Dari ulasan emodul sosiologi paket c yang dikeluarkan Kemdikbud tahun 2020, dijelaskan dua jenis pendekatan dalam perencanaan untuk mengenali kebutuhan komunitas.
Pertama, pendekatan teknorat (top down) yaitu perencanaan kebutuhan untuk mengatasi masalah komunitas disimpulkan berdasarkan data dan hasil pengamatan dari pengamat profesional. Di sini, komunitas hanya berperan sebagai penonton.
Kedua, pendekatan partisipatif (bottom up) yaitu dalam setiap perencanaan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat.
Dalam hal ini, komunitas sebagai subyek pembangunan berhak memberikan aspirasi dalam penyusunan rencana pembangunan.
- Komunikasi yang Baik
Dalam proses pemberdayaan diperlukan satu pemahaman yang sama, dari setiap anggota komunitas dengan agen pemberdaya.
Kesepakatan pemahaman akan tercipta ketika komunikasi berjalan dengan baik. Komunikasi dikatakan berhasil jika lawan bicara menangkap pesan atau menafsirkan yang sama dengan pemberi pesan.
- Pendampingan Berkelanjutan
Pendampingan harus dilakukan secara berkelanjutan, hal ini bukan berarti membuat komunitas menjadi tidak mandiri. Namun, justru untuk memastikan bahwa kegiatan pemberdayaan tetap berjalan sesuai tujuan.
Pendampingan tersebut dapat berupa fasilitasi, penguatan, perlindungan, dan pendukungan.
- Berfokus pada Masyarakat
Untuk menghindari pemberdayaan yang tidak tepat sasaran, maka perlu diterapkan konsep demokrasi.
Pemberdayaan harus berangkat dari komunitas, dilakukan oleh komunitas, dan untuk kepentingan serta kebutuhan komunitas tersebut.
- Membangun Networking
Untuk mendukung keberlanjutan kegiatan pemberdayaan, maka komunitas harus mengetahui cara yang baik dalam membangun networking.
Agen pemberdayaan harus dapat mengarahkan komunitas memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, untuk kemudian mampu membangun networking tersebut.
- Kompetensi Agen Pemberdayaan
Pemberdayaan komunitas berarti proses membangun manusia dengan meningkatkan mutu hidup.
Oleh karena itu, agen pemberdayaan harus memiliki kompetensi yang dapat mendorong komunitas untuk mau serta mampu berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan harus sesuai dengan potensi dan kebutuhan dari komunitas tersebut.
Langkah-Langkah Pemberdayaan Komunitas
Dalam lingkup umum maupun khusus, terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan komunitas.
Di antaranya, menganalisis kebutuhan komunitas dan situasi sosial. Potensi, kelemahan, peluang, ancaman, dan hambatan yang mempengaruhi komunitas harus diidentifikasi secara tepat.
Kemudian, merumuskan masalah dari hasil identifikasi tersebut. Perumusan masalah dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, rapat desa, atau penelitian berupa survei, wawancara, maupun observasi.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kekeliruan pemetakan dalam pemberdayaan, serta untuk mengenali dengan benar kebutuhan yang diperlukan komunitas.
Langkah selanjutnya adalah menemukan berbagai program yang relevan dengan analisis kebutuhan dan situasi sosial dari komunitas.
Program-program tersebut harus layak dijadikan sebagai basis pengembangan masyarakat. Kemudian berlanjut untuk menentukan alternatif program yang diprioritaskan.
Setelah itu, melakukan aksi pemberdayaan sesuai dengan urutan program prioritas tersebut. Untuk mengukur keberhasilannya, perlu dirumuskan tujuan yang akan dicapai pada setiap program.
Tujuan yang baik memiliki karakteristik gambaran yang jelas dan spesifik. Terdapat cerminan tentang bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan perhitungan dana, waktu, dan sumber daya.
Selanjutnya, melakukan pengawasan dan evaluasi. Pengawasan atau monitoring bertujuan untuk memastikan kegiatan pemberdayaan dapat berjalan sesuai rencana.
Sementara, evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan program dengan menganalisis faktor penyebabnya. Melalui evaluasi tersebut, maka akan ditetapkan program tindaklanjut berikutnya.
Penulis: Mulia Budi
Editor: Yandri Daniel Damaledo