tirto.id - Disiplin ilmu sosiologi identik dengan pembahasan isu humaniora atau kemasyarakatan. Namun, ia juga terbagi dalam berbagai cabang keilmuan.
Salah satu yang mungkin belum populer di tengah masyarakat adalah sosiologi kesehatan. Sebagai subdisiplin yang sekilas tampak berlawanan arah ini, faktanya saling berkaitan.
Sosiologi kesehatan secara khusus mengkaji bidang kesehatan melalui perspektif sosiologi. Secara garis besar, sosiologi kesehatan hendak memahami implikasi kehidupan sosial terhadap kesehatan.
Bermula dari adanya perhatian pada kaitan antara kesehatan dan faktor-faktor sosial, berkembang studi sosiologi kedokteran. Bidang ini mencakup kajian tentang faktor sosial terkait penyebab dan prevalensi penyakit, hingga hubungan dokter dengan masyarakat.
Dalam Medical Sociology in Africa (2014) yang dikutip di laman National Center for Biotechnology Information (NCBI) AS, dijelaskan bahwa peletak dasar sosiologi kedokteran ialah Rudolf Virchow, seorang dokter dan ilmuwan ahli biologi sekaligus sejarahwan asal Jerman.
Pada 1848, Virchow sudah mengemukakan gagasan pentingnya memahami relevansi antara faktor sosial dengan kesehatan dan penyebaran penyakit. Setengah abad kemudian, atau di awal tahun 1900-an, berkembang pemikiran mengenai pentingnya kajian sosiologi kedokteran (medis).
Hal itu setidaknya muncul dalam karya Charles McIntire, The Importance of the Study of Medical Sociology yang terbit pada 1894, dan diikuti sejumlah karya ilmiah lain dengan ide yang sejalan.
Mengutip Buku Ajar Sosiologi Kesehatan karya Syukra Alhamda (2015), tumbuhnya studi sosiologi kedokteran memperkuat pemahaman bahwa pendekatan dalam memahami persoalan kesehatan masyarakat perlu diperluas. Perkembangan itu diikuti lahirnya substudi baru: sosiologi kesehatan.
Dalam sosiologi kesehatan, apa yang dibahas sosiologi kedokteran diperluas. Perilaku kesehatan, pengaruh norma sosial terhadap perilaku kesehatan, hingga pola interaksi dokter dan masyarakat merupakan contoh lapangan kajian sosiologi kesehatan.
Perbedaan Sosiologi Kesehatan dan Sosiologi Medis
Penjelasan dalam buku berjudul Bahan Ajar Keperawatan Gigi: Sosiologi Kesehatan (2017) terbitan Kemenkes RI, juga menerangkan bahwa kemunculan sosiologi kesehatan dilatarbelakangi adanya kebutuhan dunia kedokteran dalam memahami pola penyebaran penyakit dan kaitannya dengan gejala sosial.
Kebutuhan itu mendorong kelahiran ilmu sosiologi kedokteran atau sosiologi medis, yang kemudian berkembang serta memunculkan disiplin baru bernama sosiologi kesehatan.
Sosiologi di bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin. Maka itu, sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis.
Dalam perkembangan selanjutnya, perhatian sosiologi medis lantas meluas ke berbagai masalah kesehatan di luar bidang kedokteran. Karena itu, berkembang sosiologi kesehatan.
Perlu diketahui, bahwa sosiologi kesehatan tidak hanya mempelajari pola perilaku masyarakat dan mengaitkannya dengan masalah kesehatan. Bidang ini juga mengkaji solusi persoalan kesehatan.
Kembali mengutip bahan ajar terbitan Kemenkes, berikut sejumlah perbedaan sosiologi kesehatan dan sosiologi medis.
1. Ilmu yang dipakai
Sosiologi Kesehatan: ilmu-ilmu sosial dan humaniora
Sosiologi Medis: ilmu-ilmu biologi, psikologi dan ilmu-ilmu sosial
2. Satuan Analisis
Sosiologi Kesehatan: masyarakat dan struktur sosial
Sosiologi Medis: individu, kelompok dan organisasi
3. Masalah Kesehatan yang Dikaji
Sosiologi Kesehatan: pembatasan kebebasan memilih bagi individu
Sosiologi Medis: penyakit
4. Solusi Penyembuhan
Sosiologi Kesehatan: latihan, gizi, pengendalian lingkungan dan perubahan sosial
Sosiologi Medis: pengobatan, operasi, penggunaan zat kimia dan perubahan kegiatan
5. Kajian Utama
Sosiologi Kesehatan: Tercapainya kesehatan, penurunan morbiditas dan mortalitas di populasi
Sosiologi Medis: Tercapainya penyembuhan dan perawatan individu.
Penulis: Farizqa Ayuluqyana Putri
Editor: Addi M Idhom