tirto.id - Congestive Heart Failure (CHF) adalah penyakit dengan kondisi jantung tidak bisa memompa darah seefisien yang seharusnya.
Penyakit yang juga disebut dengan gagal jantung kongestif ini dimulai dari adanya darah dan cairan yang terkumpul di paru-paru dan kaki dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, otot jantung tidak bisa memenuhi permintaan tubuh dan darah kembali ke jantung lebih cepat daripada yang dipompa keluar. Dalam kondisi ini, darah menjadi tersumbat atau tertahan.
Dilansir dari laman John Hopkins, ada lebih dari 5 juta orang di Amerika Serikat yang menderita CHF.
CHF merupakan diagnosis yang paling umum terjadi pada pasien rawat inap berumur 65 tahun.
Gejala Penyakit CHF
Gejala CHF umumnya meliputi:
- Sesak napas
- Bangun dengan sesak napas di malam hari
- Nyeri dada
- Jantung berdebar-debar
- Kelelahan saat beraktivitas
- Pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, dan perut
- Penambahan berat badan
- Sering buang air kecil saat beristirahat di malam hari
- Batuk kering dan berbunyi
- Perut terasa penuh (kembung) atau keras
- Kehilangan nafsu makan atau sakit perut (mual)
Penyebab Penyakit CHF
Dilansir dari Cleveland Clinic, ada beberapa penyebab penyakit CHF , di antaranya:
- Penyakit arteri koroner dan/atau serangan jantung
- Kardiomiopati (genetik atau virus)
- Masalah jantung yang muncul sejak lahir (penyakit jantung bawaan)
- Diabetes
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Aritmia
- Penyakit ginjal
- Indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi dari 30
- Penggunaan tembakau dan obat-obatan terlarang
- Penggunaan alkohol
- Pengobatan seperti obat kanker (kemoterapi)
Pengobatan dan Cara Mengatasi Penyakit CHF
Perawatan penyakit CHF bergantung pada jenis gagal jantung yang diderita.
Penyakit ini tidak bisa diobati, saat CHF semakin memburuk lantas jantung akan memompa lebih sedikit darah ke organ-organ tubuh.
Kemudian, penderita akan melaju ke tahap CHF berikutnya.
Berikut ini perawatan penyakit CHF yang bisa dilakukan:
1. Pengobatan Stadium A
- Olahraga teratur, seperti berjalan kaki setiap hari
- Tidak mengonsumsi produk tembakau
- Perawatan untuk tekanan darah tinggi (pengobatan, diet rendah natrium, gaya hidup aktif)
- Pengobatan untuk kolesterol tinggi
- Tidak minum alkohol atau obat-obatan rekreasional
- Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE-I) atau penghambat reseptor angiotensin II (ARB) jika Anda menderita penyakit arteri koroner, diabetes, tekanan darah tinggi, atau kondisi pembuluh darah atau jantung lainnya.
- Perawatan untuk Tahap A
- Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE-I) atau penghambat reseptor angiotensin II (ARB) jika EF penderita 40 persen atau lebih rendah
- Beta-blocker jika penderita pernah mengalami serangan jantung dan EF penderita 40 persen atau lebih rendah
- Antagonis aldosteron jika penderita pernah mengalami serangan jantung atau jika EF penderita 35 persen atau kurang.
- Kemungkinan pembedahan atau intervensi sebagai pengobatan untuk penyumbatan arteri koroner, serangan jantung, penyakit katup (perbaikan atau penggantian katup) atau penyakit jantung bawaan.
- Perawatan dari Tahap A dan B
- Beta-blocker
- Antagonis aldosteron
- Penghambat transpor natrium-glukosa 2 (SGLT2i)
- Kombinasi hydralazine/nitrat jika pengobatan lain tidak menghentikan gejala
- Obat-obatan yang memperlambat detak jantung Anda jika detak jantung lebih cepat dari 70 detak per menit dan penderita masih memiliki gejala.
- Diuretik ("pil air") jika gejala terus berlanjut.
- Pembatasan natrium (garam) dalam pola makan
- Pelacakan berat badan setiap hari
- Kemungkinan pembatasan cairan
- Kemungkinan terapi sinkronisasi ulang jantung (alat pacu jantung biventrikular)
- Kemungkinan terapi defibrilator jantung implan (ICD
- Transplantasi jantung
- Alat bantu ventrikel
- Operasi jantung
- Infus obat inotropik secara terus menerus
- Perawatan paliatif atau perawatan di rumah sakit
- Hipotensi
- Gagal ginjal
- Infeksi akibat seringnya kunjungan ke rumah sakit yang melibatkan infus sentral
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Dhita Koesno