tirto.id - Jika kebanyakan orang disarankan untuk rutin berolahraga demi hidup yang lebih sehat, lansia umumnya mendapatkan saran berbeda. Sering kali, orang yang sudah lanjut usia dianjurkan lebih banyak beristirahat agar tubuhnya yang renta tidak terbebani. Akan tetapi, saran seperti itu sebenarnya kontraproduktif bagi kesehatan para lansia.
Istirahat memang penting bagi siapa saja, tak cuma untuk lansia. Namun, bukan berarti para manula boleh dibiarkan menganut gaya hidup sedentary 'tidak banyak bergerak'. Seperti orang-orang yang lebih muda, pola hidup seperti itu juga dapat berakibat buruk bagi para lansia. Kualitas kesehatan, mobilitas, dan kemandirian mereka dapat menurun akibat kebiasaan tersebut.
Bisa dibilang, saran supaya lansia lebih banyak beristirahat merupakan anjuran yang sudah usang dan tak lagi relevan. Penelitian-penelitian terbaru secara konsisten menunjukkan, keaktifan bergerak bisa mencegah berbagai kondisi tak menyenangkan, seperti atrofi (penyusutan) otot, penurunan efisiensi kardiovaskular, serta memburuknya kesehatan mental.
Membendung Penyakit yang Erat dengan Manula
Seiring bertambahnya usia, risiko penyakit kronis, seperti gangguan jantung, diabetes, dan obesitas, secara otomatis meningkat. Namun, aktivitas fisik yang teratur terbukti dapat mengurangi risiko ini secara signifikan.
Sebuah studi epidemiologi penting pada 1940-an oleh Jeremiah Morris menunjukkan, jantung kondektur bus London, yang setiap hari naik tangga, lebih sehat ketimbang para sopir yang lebih banyak duduk.
Temuan yang diterbitkan di Jewish Current tersebut membuka jalan bagi penelitian-penelitian lanjutan tentang peran krusial aktivitas fisik dalam meningkatkan kesehatan kardiovaskular.
Bagi lansia, olahraga dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda, terbukti dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit jantung dan stroke. Secara khusus, Harvard Alumni Health Study menemukan, aktivitas fisik yang intens bagi orang berusia paruh baya dapat meningkatkan angka harapan hidup dengan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Lansia Juga Bisa Punya Otot dan Tulang Kuat
Aktivitas fisik yang teratur juga terbukti dapat menjaga kekuatan tulang dan otot. Dengan demikian, risiko patah tulang dan kondisi seperti osteoporosis, khususnya bagi lansia, pun dapat ditekan. Hal ini sangat penting bagi wanita pascamenopause dan pria lanjut usia yang berkemungkinan lebih besar kehilangan kepadatan tulang.
Olahraga yang membebani tulang, seperti berjalan kaki atau latihan beban ringan, justru sangat baik bagi lansia. Aktivitas fisik seperti itu bermanfaat merangsang perbaikan dan meningkatkan kepadatan tulang.
Selain itu, olahraga membantu mempertahankan massa otot dan fleksibilitas sendi, yang sangat penting untuk mobilitas dan kemandirian di usia senja. Peningkatan keseimbangan dan koordinasi yang diperoleh dari aktivitas fisik seperti Tai Chi atau yoga dapat secara signifikan mengurangi risiko jatuh, yang merupakan penyebab utama cedera dan rawat inap di kalangan manula.
Olahraga punya peranan penting dalam mendukung perbaikan dan regenerasi sel. Dengan demikian, ketahanan tubuh terhadap penyakit pun semakin meningkat.
Terutama bagi lansia, aktivitas fisik dapat mengurangi peradangan yang merupakan penyebab utama berbagai kondisi kronis, macam radang sendi dan penyakit neurodegeneratif.
Sehat Mental dan Terhindar dari Demensia
Seiring bertambahnya usia, plastisitas otak (kemampuan otak beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional) dan fungsi kognitif cenderung menurun sehingga meningkatkan risiko kehilangan ingatan dan demensia. Namun, aktivitas fisik yang teratur terbukti dapat memperlambat proses penurunan fungsi kognitif.
Olahraga meningkatkan produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF), protein yang mendukung pertumbuhan dan perbaikan neuron. Hal ini sangat penting untuk mempertahankan fungsi kognitif, seperti ingatan, perhatian, dan pemecahan masalah.
Penelitian yang diterbitkan di National Library of Medicine menunjukkan, lansia yang terlibat dalam olahraga aerobik, seperti berjalan kaki atau berenang, mengalami peningkatan kesehatan otak dan penurunan risiko kehilangan ingatan. Selain itu, aktivitas fisik bermanfaat meningkatkan aliran darah ke otak sehingga pasokan oksigen serta nutrisi senantiasa terjaga.
Tak cuma dari segi fisik, olahraga berperan penting menjaga kesehatan mental yang merupakan komponen krusial bagi kesejahteraan lansia.
Olahraga sudah terbukti ampuh sebagai antidot bagi masalah psikologis, seperti depresi dan kecemasan (anxiety). Saat berolahraga, endorfin dilepaskan. Endorfin merupakan zat kimia alami tubuh yang meningkatkan suasana hati sekaligus membantu meredakan gejala depresi.
Selain itu, olahraga dikaitkan dengan peningkatan harga diri dan perasaan memiliki tujuan hidup yang lebih besar. Sebuah penelitian dari Harvard’s Human Flourishing Program menyoroti dampak positif aktivitas fisik terhadap mental seseorang, yakni merasa lebih kompeten dan termotivasi untuk mengejar tujuan jangka panjang. Hal ini sangat berarti bagi lansia karena dapat meningkatkan kepuasan hidup mereka secara keseluruhan.
Mengenyahkan Kesepian
Manfaat sosial dari olahraga juga tidak bisa diabaikan. Banyak lansia menghadapi kesepian serta isolasi sosial. Itu jelas berisiko menyebabkan penurunan kesehatan mental dan fisik.
Olahraga yang dilakukan bersama, seperti jalan santai atau senam pagi, menawarkan kesempatan berharga untuk berinteraksi dan menjalin ikatan sosial. Menurut International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity(2017), koneksi yang terbangun berkat aktivitas fisik sangat penting untuk mengatasi kesepian dan meningkatkan kesejahteraan emosional para lansia.
Selain itu, olahraga dapat menjadi sumber motivasi dan struktur dalam kehidupan sehari-hari. Menurut sebuah riset yang dilakukan Kathleen Mikkelsen, dkk., individu yang memasukkan aktivitas fisik ke dalam rutinitasnya cenderung lebih sering merasa memiliki pencapaian yang lebih tinggi. Dorongan psikologis ini mendorong mereka meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Bagi banyak lansia, rasa pencapaian ini adalah motivator yang kuat untuk tetap aktif dan terlibat.
Menyesuaikan Program Olahraga untuk Lansia
Ketika usia sudah menginjak separuh abad, bukan berarti olahraga tak lagi penting. Aktivitas fisik tidak memiliki waktu kedaluwarsa, sebagaimana dilakukan oleh manusia zaman pemburu pengumpul di zaman kuno.
Dengan setumpuk manfaat seperti dijelaskan di atas, sudah bisa disimpulkan betapa pentingnya olahraga untuk lansia. Namun, yang tak kalah penting adalah menyesuaikan beban latihannya sesuai kemampuan masing-masing individu. Hal ini sangat penting untuk memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan risiko.
Aktivitas dengan intensitas sedang, seperti berkebun, berjalan cepat, atau bersepeda, sangat efektif untuk sebagian besar lansia. Latihan kekuatan dengan beban ringan atau pita resistansi dapat membantu mempertahankan massa otot dan kepadatan tulang. Latihan fleksibilitas, seperti yoga dan peregangan, dapat meningkatkan mobilitas sendi. Aktivitas yang fokus pada keseimbangan, seperti Tai Chi, sangat berharga untuk mengurangi risiko jatuh.
Olahraga tidak perlu berat untuk bisa bermanfaat. Penelitian yang dirilis di American College of Sport Medicine (2009) menunjukkan, aktivitas ringan yang dilakukan secara konsisten dapat secara signifikan meningkatkan kesehatan lansia.
Olahraga bisa dibilang sebagai obat mujarab bagi para lansia untuk mencegah berbagai penyakit, baik fisik maupun mental. Mencegah penuaan memang mustahil dilakukan. Akan tetapi, impian menua dengan sehat bisa dimiliki siapa saja.
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadli Nasrudin