tirto.id - Penyakit batu ginjal (nefrolitiasis atau urolitiasis) adalah endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam yang terbentuk di dalam ginjal.
Batu ginjal dapat memengaruhi bagian mana pun dari saluran kemih, mulai dari ginjal hingga kandung kemih. Seringkali, batu terbentuk ketika urine menjadi pekat, memungkinkan mineral mengkristal dan saling menempel.
Menderita batu ginjal bisa sangat menyakitkan, tetapi gangguan ini biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen jika dikenali secara tepat waktu.
Penyebab Batu Ginjal
Batu ginjal seringkali tidak memiliki penyebab tunggal yang pasti, meskipun beberapa faktor dapat meningkatkan risiko tersebut.
Namun, kemungkinan penyebabnya termasuk:
- Minum terlalu sedikit air.
- Olahraga (terlalu banyak atau terlalu sedikit).
- Obesitas.
- Operasi penurunan berat badan.
- Makan makanan dengan terlalu banyak garam atau gula.
Batu ginjal sendiri terbentuk ketika urine mengandung lebih banyak zat pembentuk kristal, seperti kalsium, oksalat, dan asam urat, daripada yang dapat diencerkan oleh cairan dalam urine.
Pada saat yang sama, urine mungkin kekurangan zat yang mencegah kristal saling menempel, menciptakan lingkungan yang ideal untuk pembentukan batu ginjal.
Jenis-jenis Batu Ginjal
Dengan mengetahui jenis batu ginjal membantu menentukan penyebabnya, dan dapat memberikan petunjuk tentang cara mengurangi risiko terkena lebih banyak batu ginjal.
Adapun, jenis batu ginjal antara lain, seperti dikutip lamanNational Kidney Foundation:
1. Batu Kalsium
Kebanyakan batu ginjal adalah batu kalsium, biasanya berupa kalsium oksalat. Oksalat adalah zat yang dibuat setiap hari oleh hati atau diserap dari makanan. Buah-buahan dan sayuran tertentu, serta kacang-kacangan dan cokelat, memiliki kandungan oksalat yang tinggi.
Faktor diet, vitamin D dosis tinggi, operasi bypass usus dan beberapa gangguan metabolisme dapat meningkatkan konsentrasi kalsium atau oksalat dalam urin.
Batu kalsium juga dapat terjadi dalam bentuk kalsium fosfat. Jenis batu ini lebih sering terjadi pada kondisi metabolik, seperti asidosis tubulus ginjal.
Ini juga dapat dikaitkan dengan obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati migrain atau kejang, seperti topiramate (Topamax, Trokendi XR, Qudexy XR).
2. Batu Struvit
Batu struvite terbentuk sebagai respons terhadap infeksi saluran kemih. Batu-batu ini dapat tumbuh dengan cepat dan menjadi cukup besar, terkadang dengan sedikit gejala atau sedikit peringatan.
3. Batu Asam Urat
Batu asam urat dapat terbentuk pada orang yang kehilangan terlalu banyak cairan karena diare kronis atau malabsorpsi, mereka yang makan makanan tinggi protein, dan mereka yang menderita diabetes atau sindrom metabolik. Faktor genetik tertentu juga dapat meningkatkan risiko batu asam urat.
4. Batu Sistin
Batu ini terbentuk pada orang dengan kelainan herediter yang disebut cystinuria yang menyebabkan ginjal mengeluarkan terlalu banyak asam amino tertentu.
Gejala Batu Ginjal
Batu ginjal biasanya tidak akan menimbulkan gejala sampai batu itu bergerak di dalam ginjal atau masuk ke ureter, yaitu saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih.
Jika tersangkut di ureter, batu itu dapat menghalangi aliran urine dan menyebabkan ginjal membengkak dan ureter kejang, yang bisa sangat menyakitkan.
Pada saat itu, Anda mungkin mengalami tanda dan gejala berikut ini, seperti dikutip Mayo Clinic:
- Nyeri parah dan tajam di samping dan punggung, di bawah tulang rusuk.
- Nyeri yang menjalar ke perut bagian bawah dan selangkangan.
- Rasa sakit yang datang dalam gelombang dan berfluktuasi dalam intensitas.
- Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil.
Tanda dan gejala lain mungkin termasuk:
- Urine merah muda, merah atau coklat.
- Urine keruh atau berbau busuk.
- Kebutuhan terus-menerus untuk buang air kecil, buang air kecil lebih sering dari biasanya atau buang air kecil dalam jumlah sedikit
- Mual dan muntah
- Demam dan menggigil jika ada infeksi
Rasa sakit yang disebabkan oleh batu ginjal dapat berubah, misalnya berpindah ke lokasi yang berbeda atau meningkat intensitasnya saat batu bergerak melalui saluran kemih.
Editor: Yantina Debora