tirto.id - Dua ekor lumba-lumba muncul di Sungai Kualuh, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara pada Sabtu (26/1/2019). Dua lumba-lumba itu menghebohkan warga setempat karena selain baru pertama kali muncul, warga juga heran dengan adanya lumba-lumba air tawar di sungai tersebut.
Lumba-lumba yang memiliki nama latin Orcaella brevirostris ini sudah dikenal di beberapa daerah yang masuk dalam wilayah subtropis. Lumba-lumba ini biasanya ditemukan di banyak wilayah Indo-Pasifik tropis, yaitu di sepanjang pantai India, Bangladesh, dan hampir di seluruh darah Sulawesi Tenggara termasuk Indonesia.
Dikutip Animal Diversity, lumba-lumba ini dikenal dengan nama lumba-lumba Irrawaddy karena banyak ditemukan di Sungai Irrawaddy, Myanmar. Lumba-lumba Irrawaddy lebih menyukai daerah pantai, terutama yang berlumpur, air payau di muara sungai dan delta, dan tampaknya tidak menjelajah jauh di lepas pantai.
Di sungai Irrawaddy, lumba-lumba ini kerap terperangkap di jaring para nelayan. Lumba-lumba Irrawaddy ini dipercaya dapat meningkatkan jumlah ikan yang ditangkap nelayan. Selain itu, lumba-lumba Irrawaddy telah membuka potensi ekowisata ke masyarakat di Indonesia dan India.
Lumba-lumba jenis ini memakan ikan, cephalopoda, dan crustasea. Lumba-lumba Irrawaddy kadang-kadang meludahkan air saat makan, yang kerap digunakan oleh para nelayan untuk memancing ikan-ikan muncul ke permukaan.
Lumba-lumba Irrawaddy tinggal di dalam kelompok yang terdiri dari tiga hingga enam ekor. Lumba-lumba yang muncul di Sungai Kualuh kemungkinan sedang mengamati area. Hal ini terindikasi dari karena ketika mencari area tinggal, lumba-lumba Irrawaddy akan mengangkat kepalanya keluar dari air dan berputar untuk melihat lingkungannya.
Tidak seperti lumba-lumba lain, lumba-lumba Irrawaddy tidak memiliki paruh dan leher yang fleksibel. Selain itu, lumba-lumba irrawaddy memiliki kepala yang menonjol, dengan dahi memanjang melewati mulut, sirip dada berbentuk segitiga, seperti dayung, dan sirip punggung kecil mereka berbentuk segitiga yang mengatur sekitar dua pertiga dari panjang tubuh di sepanjang punggung.
Warna kulit bervariasi dari biru muda ke abu-abu hijau dengan bagian bawah yang lebih terang. Wajah dan kepala mirip dengan paus beluga. Berat tubuhnya bervariasi dari 114 kg hingga 143 kg dan panjangnya berkisar dari 146 cm hingga 275 cm. Jantan cenderung lebih besar.
Hingga saat ini, sedikit yang bisa diketahui tentang sistem perkawinan lumba-lumba Irrawaddy. Karena hewan-hewan ini hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Musim kawin adalah antara Desember dan Juni. Musim melahirkan tampaknya dari Juni hingga Agustus, dengan beberapa pengecualian.
Data dari Danau Chilka, India menunjukkan rendahnya tingkat produksi, hanya satu anak dalam tiga tahun. Selain itu, usia kehamilan hanya sekitar sembilan bulan, tetapi data dari dua kelahiran yang dipelihara memperkirakan periode kehamilan pada empat belas bulan.
Lumba-lumba Irrawaddy tertua yang tercatat, yang mana semuanya ditemukan mati di jaring ikan, diperkirakan berusia 28 tahun. Diyakini lumba-lumba Irrawaddy dapat hidup lebih lama.
Saat ini, ancaman paling cepat yang dihadapi lumba-lumba Irrawaddy adalah terperangkap dalam jaring insang. Ancaman keterjeratan jaring insang terjadi terutama selama musim kemarau (Desember hingga Mei), ketika lumba-lumba menetap di kolam air yang dalam.
Bom dan penangkapan ikan menggunakan aliran listrik dari para nelayan juga menjadi ancaman kehidupan mereka. Kegiatan ini menyebabkan menipisnya pasokan ikan lumba-lumba. Selain itu, kebisingan ledakan juga berpotensi mengancam kehidupan lumba-lumba.
Karena ukuran populasi yang kecil dan distribusinya yang sempit, sangat mungkin bahwa pembangunan bendungan di mana saja di dalam habitatnya dapat secara kritis membahayakan populasi. Kegiatan pariwisata yang tidak terkontrol juga dapat mengganggu habitat lumba-lumba.
Dilansir WWF, selain Irrawaddy ada beberapa spesies lumba-lumba air tawar seperti lumba-lumba sungai Gangga, lumba-lumba sungai Bolivia, Tucuxi, dan dolphin sungai Indus.
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani