tirto.id - Akhir-akhir ini, hunian berkonsep Transit Oriented Development atau TOD sedang ramai diperbincangkan. Hal ini karena, hunian dengan konsep demikian memiliki berbagai kelebihan dibanding hunian lain, utamanya dalam hal kemudahan akses transportasi umum.
Mengutip laman tod.org, TOD adalah tren bagi masyarakat hari ini, yang tengah memburu hunian nyaman dan layak, mengutamakan kemudahan akses, serba guna, berorientasi pada pejalan kaki, dan berkelanjutan.
Konsep ini merupakan penggabungan area residensi dan komersial dalam satu area yang didesain untuk memaksimalkan akses ke transportasi publik seperti commuter line, MRT, dan LRT.
Umumnya, suatu lingkungan TOD mempunyai pusat area dengan stasiun transit atau stasiun pemberhentian (stasiun kereta, stasiun metro, pemberhentian bus dan sebagainya), dikelilingi infrastruktur yang mendukung kegiatan masyarakatnya seperti tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaaan.
TOD didesain untuk menciptakan ruang kota yang lebih hidup yang berorientasi pada para pejalan kaki dan pengguna transportasi publik.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional RI (ATR/BPN) bahkan menyebut, bahwa pengembangan kawasan berorientasi transit atau TOD merupakan salah satu solusi permasalahan transportasi dan lingkungan di kawasan perkotaan, terutama kota-kota besar khususnya di DKI Jakarta.
Melalui siaran pers-nya, ATR/BpN mengatakan bahwa TOD dikembangkan dalam rangka untuk mengatasi permasalahan kemacetan melalui pengintegrasian sistem jaringan transportasi massal.
Lebih jauh, TOD juga bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sekaligus mendorong orang untuk berjalan kaki dan menggunakan kendaaraan umum.
“Tujuan pengembangan TOD yaitu untuk mengalihkan sebagian pengguna mobil pribadi atau angkutan umum darat ke angkutan umum berbasis rel, karena tujuan utama konsep pengembangan ini adalah untuk mengurangi kemacetan akibat penggunaan kendaraan pribadi,” sebut Abdul Kamarzuki, direktur Tata Ruang Kementrian ATR/BPN, di Jakarta, Februari tahun lalu.
Ia menambahkan bahwa angkutan umum berbasis rel menjadi hal yang utama. Karena selain dapat membawa penumpang dalam kapasitas besar, frekuensi headway yang tinggi juga dapat meningkatkan mobilitas orang di kawasan tersebut.
“Namun, pengembangan TOD ini juga harus diikuti dengan dengan pembangunan wilayah di sekitar kawasan TOD tersebut, agar fungsi dan penerapannya menjadi optimal dan dengan TOD ini kita dapat menata kembali struktur ruang kota dengan mengintegrasikan beberapa fungsi kegiatan,” imbuhnya.
Menurut Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN No. 16 tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit (PDF), terdapat beberapa kriteria sebagai prasyarat dalam mengembangkan kawasan TOD.
Kriteria tersebut meliputi: berada pada simpul transit jaringan angkutan umum massal berkapasitas tinggi berbasis rel; dilayani minimal 2 moda transportasi; serta sesuai dengan arah pengembangan pusat pelayanan kegiatan dan berbasis kawasan campuran (mixed use).
Pola pengembangan mixed use memberikan penjelasan bahwa dalam kawasan TOD diharapkan berbagai macam kegiatan atau peruntukkan ruang seperti perkantoran, perumahan, area bisnis komersial, ruang terbuka hijau dapat terkoneksi dan saling terintegrasi.
Selain itu esensi TOD juga sebagai upaya untuk mendorong, memfasilitasi dan memprioritaskan penyediaan fasilitas publik yang mementingkan aksesibilitas bagi penghuni kawasan maupun pemakai moda transportasi massal yang diwujudkan dengan penyediaan jalur pedestrian yang memberikan kenyamanan dalam berjalan kaki.
Di Indonesia, konsep ini diramalkan akan menjadi primadona yang paling dicari di masa depan. Apalagi pemerintah saat ini tengah gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastruktur. Tak heran kalau kini para pengembang mulai berlomba-lomba membangun hunian dengan menonjolkan konsep TOD.
Lantas, apa yang menjadi kelebihan utama TOD dibanding hunian jenis lain?
The Transit Oriented Development Institute menyebutkan setidaknya ada beberapa keunggulan TOD daripada hunian lain, yang telah Tirto rangkum sebagai berikut:
- Kualitas hidup yang lebih tinggi dengan tempat yang lebih baik untuk tinggal, bekerja, dan bermain;
- Mobilitas lebih tinggi dengan kemudahan bergerak;
- Gaya hidup sehat dengan lebih banyak berjalan, sehingga mengurangi stress;
- Lalu lintas pejalan kaki dan pelanggan untuk area bisnis meningkat;
- Mengurangi kemacetan;
- Nilai properti lebih tinggi, lebih stabil;
- Kemampuan ditingkatkan untuk mempertahankan daya saing ekonomi; serta
- Sangat mengurangi ketergantungan pada minyak asing, mengurangi polusi, dan kerusakan lingkungan
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yulaika Ramadhani