Menuju konten utama

Mengenal Gangguan Tidur Sambil Berjalan atau Sleepwalking

Sleepwalking dapat diatasi dengan beberapa aktivitas seperti cukup tidur, bermeditasi atau melakukan latihan relaksasi, menghindari segala jenis rangsangan baik pendengaran atau visual sebelum tidur.

Mengenal Gangguan Tidur Sambil Berjalan atau Sleepwalking
Ilustrasi Tidur sambil Berjalan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Sleepwalking atau somnambulism adalah perilaku ketika anak ataupun orang dewasa tampak bangun di malam hari dan berjalan atau melakukan kegiatan lain tanpa ia sadari.

Tidur berjalan cenderung terjadi dalam satu atau dua jam setelah tertidur dan dapat berlangsung rata-rata antara 5 hingga 15 menit.

Tanda yang paling jelas adalah bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan. Tetapi tidur sambil berjalan sebenarnya bisa melibatkan berbagai perilaku lain, termasuk duduk di tempat tidur dan gerakan berulang berupa menggosok mata atau menarik piyama, terlihat bingung dengan mata terbuka tetapi sebanarnya mereka tidak sedang benar-benar melihat.

Lalu menjadi canggung, tidak menanggapi ketika diajak bicara, menjadi susah bangun, mengigau dan buang air kecil di tempat yang tidak diinginkan. Prevalensi sleepwalking pada populasi umum diperkirakan antara 1 persen hingga 15 persen.

Penyebab sleepwalking

Ada beberapa penyebab sleepwalking yang paling umum. Dilansir Cleveland Clinic faktor yang mempengaruhi orang mengalami sleepwalking antara lain:

- Faktor genetik.

Satu studi mendokumentasikan bahwa sleepwalking sepuluh kali lebih mungkin terjadi jika kerabat tingkat pertama memiliki riwayat sleepwalking.

- Faktor lingkungan.

Kurang tidur, jadwal tidur yang kacau, demam, stres, kekurangan magnesium, dan keracunan alkohol dapat memicu berjalan dalam tidur. Minum obat-obatan juga menjadi salah satu faktor lingkungan.

-Faktor fisiologis.

Faktor-faktor fisiologis yang mungkin berkontribusi pada sleepwalking termasuk lama waktu tidur.

Kondisi seperti kehamilan dan menstruasi diketahui juga meningkatkan frekuensi sleepwalking.

Aritmia atau irama jantung abnormal, demam, kejang malam hari dan gangguan kejiwaan, misalnya, gangguan stres pascatrauma, serangan panik, atau keadaan disosiatif.

Bagaimana mengatasi sleepwalking

Medicine melansir sleepwalking dapat diatasi dengan beberapa aktivitas seperti cukup tidur, bermeditasi atau melakukan latihan relaksasi, menghindari segala jenis rangsangan baik pendengaran atau visual sebelum tidur dan menjaga lingkungan tidur yang aman, bebas dari benda-benda berbahaya atau tajam.

Selain itu jika tidur usahakan di lantai dasar karena bisa mencegah jatuh dan hindarilah tidur di ranjang susun.

Kunci pintu dan jendela serta menghilangkan hambatan di dalam ruangan yang bisa membuat Anda tersandung.

Tidur sambil berjalan dapat dikaitkan dengan kondisi medis yang mendasarinya misalnya, penyakit refluks gastroesofageal atau GERD, apnea tidur obstruktif, gerakan kaki periodik atau sindrom kaki gelisah atau kejang.

Guna membantu mencegah sleepwalking, kondisi medis yang mendasarinya harus dirawat.

Beberapa obat yang bisa diberikan adalah benzodiazepin seperti estazolam, antidepresan trisiklik seperti trazodone. Clonazepam (klonopin) dalam dosis rendah sebelum tidur dan dilanjutkan selama tiga hingga 6 minggu biasanya juga efektif.

Baca juga artikel terkait SLEEPWALKING atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Nur Hidayah Perwitasari