tirto.id - Baru-baru ini, di media sosial ramai rumor bahwa perempuan membutuhkan jam tidur lebih banyak dibanding laki-laki. Unggahan terkait isu kesehatan ini dibagikan oleh fanpage Facebook Mama Cerdas pada 20 Agustus 2019 dengan keterangan, "Bukan Karena Malas, Perempuan Memang Harus Banyak Tidur Karena Otaknya Bekerja Keras." Hingga laporan ini ditulis, unggahan itu telah dibagikan sebanyak 14ribu kali.
Unggahan ini berasal dari sebuah artikel blogspot Cantik Mantik (arsip) yang ditulis pada 28 Juni 2019. Artikel itu berjudul "Bukan Karena Malas, Perempuan Memang Harus Banyak Tidur Karena Otaknya Bekerja Keras." Setelah ditelusuri, blog ini memang sering mempublikasi mitos-mitos mengenai kesehatan yang berpotensi viral.
Beberapa klaim yang dituliskan dalam blog tersebut terkait isu ini seperti, "Karena rata-rata perempuan selalu bekerja dengan cara yang lebih kompleks ketimbang laki-laki, mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk tidur."
Artikel ini juga mengklaim, "Orang dewasa rata-rata membutuhkan 6-8 jam untuk tidur agar bisa memulihkan kondisi tubuh dari kelelahan siang harinya. Padahal faktanya, perempuan tidak pernah tidur selama itu, apalagi bagi mereka yang sedang mempunyai balita."
Asal Usul Artikel
Menurut penelusuran Tirto, ide artikel ini berasal dari media daring Daily Mail pada 2010 (arsip) yang mengutip pernyataan Jim Horne, seorang profesor di Loughborough University, Inggris. Horne mengatakan bahwa perempuan membutuhkan waktu tidur ekstra sebanyak 20 menit karena otak mereka bekerja lebih keras di siang hari dibanding lelaki. Semakin banyak otak digunakan pada siang hari, maka semakin banyak waktu tidur yang dibutuhkan.
Masih menurut Horne, perempuan cenderung melakukan banyak aktivitas dalam waktu bersamaan, sehingga otak bekerja lebih keras jika dibanding dengan laki-laki. Maka dari itu, mereka butuh waktu tidur lebih banyak. Artikel mengenai waktu tidur perempuan ini juga dipublikasikan oleh sleepfoundation.org dan sleepadvisor.org.
Sebagai catatan, menurut penilaian Media Bias/Fact Check, Daily Mail masuk dalam kategori Questionable atau dipertanyakan. Hal ini berarti "sumber-sumber yang tercantum dalam kategori Questionable memiliki kemungkinan sangat tidak dapat dipercaya dan harus diperiksa fakta pada setiap artikelnya."
Perempuan Butuh Tidur Lebih Banyak, Benarkah?
Penelitian yang dilakukan Sarah A. Burgard dan Jennifer A. Ailshire berjudul "Gender and Time for Sleep Among U.S. Adults" terhadap pekerja perempuan di Amerika Serikat pada periode 2003-2007 menemukan bahwa secara keseluruhan dalam hidupnya, perempuan tidur lebih banyak dibanding laki-laki kendati wanita juga memiliki berbagai macam pekerjaan.
Penelitian Sarah dan Jennifer ini memasukkan indikator seperti jam kerja dan waktu istirahat, respons jenis kelamin terhadap beban kerja, tanggung jawab keluarga, perbedaan jam tidur, hingga waktu tidur siang.
Penelitian yang dilakukan Bixler et.al., berjudul "Women sleep objectively better than men and the sleep of young women is more resilient to external stressors" (2009) menemukan hal yang serupa. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa secara umum perempuan memiliki waktu tidur yang lebih banyak dibanding laki-laki. Lebih lanjut, perempuan muda juga memiliki tidur yang lebih baik karena lebih tahan terhadap stresor eksternal yang dapat mengganggu proses tidur manusia.
Sebagai catatan, penelitian itu dilakukan terhadap 1.324 orang tanpa keluhan tidur dan 66 remaja yang mengalami gangguan tidur selama empat hari terakhir.
Jim Horne sendiri pernah melakukan studi dengan A. Reyner mengenai waktu tidur dan hubungannya dengan jenis kelamin dan usia. Penelitian yang dilakukan terhadap 400 orang di Inggris itu memang sudah lama, sekitar tahun 90-an, namun hasilnya juga tidak jauh berbeda dibanding dua penelitian yang disebutkan di atas.
Penelitian berjudul "Gender-and Age-Related Differences in Sleep Determined by Home-Recorded Sleep Logs and Actimetry from 400 Adults" itu mengungkapkan bahwa pekerjaan, waktu pensiun, dan memiliki balita tidak berhubungan langsung dengan waktu tidur. Orang yang tak memiliki pekerjaan, misalnya, bisa juga mengurus anak atau keluarga. Sementara anak-anak bisa saja tidak mengganggu jam tidur orang tua, tergantung kebutuhan mereka di malam hari.
Psikiater Shelly Iskandar mengatakan bahwa bukti ilmiah dari klaim perempuan membutuhkan tidur yang lebih banyak masih sangat minimal. "Sehingga menurut saya belum bisa disimpulkan demikian," imbuhnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan di atas, dapat disimpulkan bahwa klaim perempuan membutuhkan tidur lebih banyak kurang tepat. Beberapa penelitian yang telah disebutkan menunjukkan bahwa perempuan memang memiliki waktu tidur yang lebih panjang dari laki-laki. Salah satunya bahkan menunjukkan bahwa perempuan memiliki kualitas tidur yang lebih baik.
Namun, disebutkan pula bahwa perempuan dapat mengontrol waktu tidurnya meski dijejali banyak tanggung jawab. Aktivitas sehari-hari seperti bekerja dan mengurus anak nyatanya tidak berdampak langsung terhadap gangguan tidur yang dialami oleh perempuan.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara