Menuju konten utama

Mengenal Demam Babi Afrika atau ASF, Gejala dan Cara Penyebarannya

Virus African swine fever (ASF) atau demam babi Afrika telah menyebar hingga ke Timor Leste, apa saja gejala dan bagaimana cara penyebarannya?

Mengenal Demam Babi Afrika atau ASF, Gejala dan Cara Penyebarannya
Ilustrasi babi di Peternakan. [Foto/istock]

tirto.id - African Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika merupakan virus yang tidak berbahaya bagi manusia, tetapi mematikan untuk babi. Sejauh ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah penularan virus tersebut.

Untuk kasus Asia, situs Antara menyebutkan, virus African swine fever pertama kali menjangkit China lebih dari satu tahun yang lalu. Wabah kemudian meluas ke Kamboja, Vietnam, dan kini menyebar hingga ke Timor Leste.

Timor Leste merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, khususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dua negara itu berbagi wilayah di Pulau Timor yang terletak di sebelah utara Australia.

Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) memperketat pemeriksaan barang, khususnya untuk produk pertanian demi upaya mencegah penyebaran virus African swine fever atau demam babi Afrika.

"Informasi yang kami terima virus-virus itu menyebar lewat barang-barang pertanian atau perkebunan, sehingga proses pemeriksaan kami perketat," kata Humas PT Angkasa Pura I Bandara El Tari Kupang Rahmat Sugeng W di Kupang seperti dilansir Antara.

China, produsen daging babi terbesar dunia, jadi salah satu negara yang cukup parah terdampak wabah. Virus itu tidak hanya mengganggu produksi babi di China, tetapi juga komoditas lain yang menjadi pakan babi seperti jagung dan bungkil kedelai (soymeal).

Apa itu African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika dan Gejalanya?

Menurut The Guardian, ASF adalah penyakit virus babi yang sangat menular, gejala paling umum dari virus ini dalam bentuk akut adalah suhu tinggi dan kehilangan nafsu makan pada babi.

Gejala lain termasuk muntah, diare, dan kesulitan bernafas dan berdiri. Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini, bahkan berisiko memiliki tingkat kematian 100 persen dalam keadaan tertentu, tetapi tidak sama dengan flu babi.

Cara penyebarannya

ASF dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Babi hutan telah diidentifikasi sebagai salah satu dari beberapa kemungkinan penyebab penyebarannya, serta dapat menyebar melalui serangga seperti kutu.

Namun, virus ini juga dapat bertahan hidup beberapa bulan dalam daging olahan, dan beberapa tahun dalam daging babi beku, sehingga produk daging menjadi perhatian khusus untuk penularan lintas batas.

Penyakit ini awalnya dibawa dari Afrika timur ke Georgia oleh produk babi yang terkontaminasi. Pihak bandara Jepang bahkan pernah menyita sebungkus sosis dari seorang pelancong yang datang dari China karena menemukan sosisnya mengandung virus African swine fever.

Di sebagian besar negara, virus ASF akan memicu tindakan karantina dan pemusnahan kawanan babi yang terkena dampak.

Namun, ada kekhawatiran di antara para ahli bahwa dalam beberapa kasus petani di seluruh negara - dapat menutupi atau menunda melaporkan penyakit tersebut. Seperti Negara Belarus yang dituduh menutupi ASF pada babi. Pemerintah Belarus membantah klaim tersebut.

Salah satu Dokter Sanitasi di Rusia, Gennady Onishchenko memperingatkan jika fisiologi babi dekat dengan fisiologi manusia, dan karenanya mutasi virus itu juga berbahaya bagi manusia.

Pada tahun 2007, virus tersebut juga terdeteksi di Georgia, dan sejak itu telah menyebar secara luas, mulai Eropa timur hingga Rusia, dan baru-baru ini terdeteksi di Eropa barat, ketika ada babi hutan ditemukan memiliki penyakit itu di Belgia.

Virus ini sekarang telah sampai ke China, rumah bagi setengah babi domestik dunia, dan berkembang biak dengan cepat.

Sementara Amerika Serikat (AS), di mana pasar ekspor babi yang mencapai 6,5 miliar dolar AS per tahun sedang meningkatkan langkah-langkah keamanan hayati demi menceggah penularan virus ASF.

Sedangkan negara Denmark telah merencanakan untuk membangun tembok demi mencegah babi hutan untuk beberapa waktu, dan Perancis sekarang juga membuat rencana untuk menembok sepanjang bagian perbatasan Belgia.

Serta Jerman telah melonggarkan undang-undang tentang perburuan babi hutan sebagai bagian dari pencegahan penyebaran penyakit.

Apakah ada vaksin untuk ASF?

The Roslin Institute sedang melakukan pengeditan gen untuk membuat babi kebal terhadap ASF. Sebuah koalisi ilmuwan internasional juga sedang menyelidiki vaksin untuk mencegah penyebaran penyakitnya.

Baca juga artikel terkait DEMAM BABI AFRIKA atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH