tirto.id - Wabah demam babi terus menyebar di Jepang. Pada Rabu (6/2/2019), pemerintah setempat mengatakan mereka berjuang dalam mengatasi virus babi yang sangat menular ini sejak pertama kali dilaporkan pada September 2018.
Dikutip dari Japan Today, Menteri Pertanian Jepang Takamori Yoshikawa menginstruksikan para pejabat untuk mengambil tindakan pencegahan secara menyeluruh.
Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan juga membentuk satuan tugas khusus di Prefektur Gifu untuk meningkatkan upaya pencegahan.
Virus demam babi ini berasal dari peternakan di Prefektur Gifu yang baru terdeteksi oleh otoritas lokal di peternakan daerah tetangga, Aichi, Osaka, Shiga dan Nagano.
Sekitar 130 babi hutan di Gifu dan Aichi telah dites positif terinfeksi, meskipun asumsi awal para ahli mengatakan penyakit itu tidak akan menyebar di antara hewan yang tidak hidup dalam kelompok besar. Namun, penyakit ini kerap menjadi penyebab terjadinya kematian babi dan babi hutan, tapi tidak menular ke manusia.
Karena kasus ini, Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan menangguhkan status Jepang sebagai negara bebas-CSF (Virus Demam Babi) setelah wabah September lalu.
Meskipun ada vaksin untuk mengatasi penyakit ini, tapi dengan menggunakannya dapat mencegah Jepang untuk mendapatkan kembali status bebas CSF (Virus Demam Babi) dan menghambat rencana negara tersebut untuk memperluas ekspor daging babi.
Wakil Menteri pertanian, Yasuhiro Ozato, menyatakan keengganannya untuk menggunakan vaksin tersebut dengan mengatakan, "Kami akan berusaha menyelesaikan ini dengan berpegang pada standar kontrol kebersihan.”
Menurut laporan Reuters, petugas kementerian pertanian mengatakan penyakit ini adalah jenis yang berbeda dari demam babi Afrika yang mematikan, yang telah diperangi Cina.
Sekitar 15 ribu babi yang terinfeksi akan dimusnahkan dan dikubur. Babi yang terinfeksi demam babi ini dikirim dari peternakan Aichi yang dipermasalahkan ke peternakan babi di Osaka dan tiga provinsi lainnya, kata petugas kementerian pertanian.
"Untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, pemerintah akan melakukan yang terbaik dengan meminta Kementerian Pertanian dan pihak berwenang setempat bekerja sama dalam menerapkan karantina yang cepat dan menyeluruh," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga.
Editor: Yantina Debora