tirto.id - Arung jeram merupakan salah satu aktivitas di luar ruangan yang cukup menantang, di mana kegiatan ini dilakukan dengan cara mengarungi jeram-jeram sungai dengan menggunakan rakit atau perahu.
Saat musim liburan, seperti libur akhir tahun seperti ini, kegiatan arung jeram di sungai-sungai banyak ditawarkan oleh jasa wisata
Arung jeram berasal dari dua suka kata, yakni arung dan jeram. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arung berarti jalan, lintas atau menjelajah, sementara jeram artinya aliran air yang deras dan menurun (air terjun di sungai).
Sehingga secara bahasa, yang dimaksud arung jeram adalah kegiatan menjelajahi aliran sungai yang deras dan menurun.
Arung jeram sering dilakukan pada arung atau air kasar dengan derajat berbeda. Berurusan dengan risiko berarung jeram seringkali merupakan bagian dari pengalaman.
Sejarah Arung Jeram
Dikutip laman International Rafting, sejaraharung jeram bermula pada abad ke-19 atau tahun 1950-an, yang diinisiasi oleh John Macgregor.
Macgregor adalah seorang tokoh pramuka asal Amerika Serikat yang masa itu memimpin sebuah ekspedisi di sungai Colorado.
Kegiatan yang awalnya dilakukan oleh individu, kemudian semakin berkembang menjadi berkelompok, di mana beberapa orang dari kelompok akan mendayung rakit untuk mengarungi aliran sungai yang deras dan berbatu-batu.
Arung jeram di bagian sungai tertentu dianggap sebagai olahraga ekstrem dan bisa berakibat fatal, sedangkan bagian lain ada juga yang tidak terlalu ekstrem atau sulit.
Saat ini, arung jeram juga juga sudah didaftarkan masuk dalam olahraga kompetitif yang berpuncak pada ajang kejuaraan dunia arung jeram antarnegara peserta.
Federasi Arung Jeram Internasional, sering disebut sebagai International Rafting Federation (IRF), yakni badan dunia yang mengawasi semua aspek olahraga ini.
IRF terus berkembang hingga saat ini. Sebagai satu-satunya badan pengatur dunia yang sah untuk arung jeram, IRF diakui dalam arung jeram rekreasi, tur, olahraga, dan akar rumput di seluruh dunia.
Seiring perkembangan waktu, olahraga arung jeram juga sudah masuk ke Indonesia dan berkembang sampai saat ini.
Lalu apa saja manfaat melakukan olahraga Arung Jeram?
Manfaat Arung Jeram
Berikut ini beberapa manfaat melakukan arung jeram seperti dikutip dalam Journal of Adventure Education and Outdoor Learning (2007):
1. Menyehatkan jantung dan paru-paru
Karena aktivitas ini dilakukan dengan banyak gerakan dan ritme, otomatis jantung juga ikut memicu adrenalin, sehingga jantung berdetak lebih cepat dan menjadi lebih sehat.
Selain itu, karena dilakukan di ruangan terbuka, maka udara yang dihirup saat berarung jeram di sungai biasanya lebih segar karena jauh dari polusi, yang membuat rongga paru-paru terisi dengan oksigen yang berkualitas.
2. Membuat otot-otot persendian jadi lebih kuat
Sebelum berarung jeram, biasanya dilakukan pemanasan terlebih dahulu yang bertujuan agar otot sendi tidak kaku atau kram.
Jadi ketika arung jeram berlangsung, gerakan mendayung dan koordinasi dari tubuh dapat melatih otot punggung, lengan, bahu, dan dada.
Tantangan arus yang deras dan kecepatan juga ikut melatih dan meningkatkan kekuatan otot.
3. Menyehatkan otak, pikiran dan menghilangkan stres
Arung jeram dilakukan di alam terbuka, sungai mengalir, terpaan kehangatan sinar matahari, serta udara yang segar akan membuat orang menjadi lebih relaks sejenak dan bebas dari berbagai aktivitas keseharian.
Hal ini juga dapat membantu untuk menghilangkan stres dan penat yang selama ini menghantui.
4. Membuat hubungan sosial yang baik
Karena arung jeram membutuhkan koordinasi kerja sama tim, maka ini secara langsung membuat hubungan antara orang-orang menjadi terasah dan soliditas menjadi kebutuhan untuk mencapai tujuan bersama.
5. Melatih keberanian dan kepercayaan diri
Petualangan arum jeram dapay menstimulus diri dengan nilai nilai keberanian dan kepercayaan diri.
Hal ini karena ketika melakukannya, ada perasaan kepuasan tersendiri sebab telah mencoba dan berhasil mengarungi derasnya sungai.
Sehingga keberhasilan yang dicapai bisa membuat pelakunya menjadi lebih percaya diri dan lebih menghargai dirinya.
Editor: Yantina Debora