tirto.id - Selama pandemi Covid-19, perhatian para ilmuwan dan lembaga-lembaga kesehatan tidak hanya tertuju kepada upaya menemukan obat dan vaksin virus corona. Mutasi virus bernama resmi Sars-CoV-2 ini juga memicu kekhawatiran.
Dalam setahun terakhir, mutasi virus corona telah memunculkan beragam varian. Salah satu yang membawa dampak luas bahkan sudah ditemukan sejak awal masa pandemi.
Varian baru virus corona yang muncul di awal pandemi dan mendapat sorotan para ilmuwan adalah mutasi D614G. Varian baru dengan substitusi D614G dalam gen yang mengkode protein spike itu, dideteksi sudah muncul sejak akhir Januari 2020.
Protein spike adalah bagian virus corona dengan peran mengikat reseptor pada sel tubuh manusia (ACE2) pada saat proses infeksi. Maka itu, mutasi D614G berpengaruh terhadap tingkat penularan Covid-19.
Varian D614G terbukti lebih menular daripada generasi awal SARS-CoV-2. Badan Kesehatan Dunia, dalam siaran resminya pada akhir 2020, mengungkapkan D614G berhasil menggantikan peredaran strain virus corona awal yang semula ditemukan di Cina, beberapa bulan saja usai kemunculannya. Pada Juni 2020 mutasi D614G terlacak sudah mendominasi peredaran virus corona di dunia.
Sementara saat memasuki tahun 2021, setidaknya terdapat 3 jenis varian baru virus corona yang diwaspadai penyebarannya, termasuk oleh pemerintah Indonesia. Ketiganya adalah varian terbaru corona dari Inggris, Afrika Selatan dan Brasil.
Varian Corona Baru dari Inggris
Pada 14 Desember 2020, pemerintah Inggris melaporkan bahwa mereka telah mendeteksi varian baru corona yang disebut dengan nama B.1.1.7 atau VOC 202012/01 (Varian of Concern, tahun 2020, bulan 12, varian 01).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan VOC 202012/01 berisi 23 substitusi nukleotida serta tidak terkait secara filogenetik dengan virus corona yang beredar di Inggris sebelumnya.
Varian B117 pertama kali ditemukan menyebar di wilayah Inggris bagian tenggara. Namun, hanya dalam beberapa pekan, B117 telah menggantikan peredaran garis keturunan lain virus corona di kawasan tersebut dan Kota London.
B117 telah diidentifikasi dari pengambilan sampel rutin dan pengujian genomik yang dilakukan di seluruh Inggris Raya, pada 26 Desember 2020.
Penyebaran varian B117 memang terbukti cepat. Data WHO menunjukkan varian baru asal Inggris itu telah menyebar ke 70 negara di enam regional berbeda per 25 Januari 2021. Transmisi lokal varian ini juga telah ditemukan di beberapa negara Eropa.
Adapun laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) yang diperbarui hingga 28 Januari lalu, menyebutkan bahwa persebaran B117 sudah ditemukan di Amerika Serikat pada akhir Desember 2020.
"Pada Januari 2021, para ilmuwan Inggris melaporkan bukti yang menunjukkan bahwa varian B117 mungkin terkait dengan peningkatan risiko kematian dibandingkan dengan varian lain. Perlu lebih banyak riset untuk mengonfirmasi temuan ini," demikian keterangan CDC.
Persebaran cepat varian baru corona asal Inggris mendorong sejumlah negara segera membatasi kunjungan warga asing. Pemerintah Indonesia, dengan alasan yang sama, melarang kunjungan WNA dari Inggris ke wilayah Indonesia pada akhir Desember 2020.
Lantas, sejak awal Januari 2021, pemerintah RI resmi melarang semua warga negara asing masuk wilayah Indonesia. Larangan itu masih berlaku hingga akhir Januari 2021.
Varian Corona Baru dari Afrika Selatan
Pemerintah Afrika Selatan, pada 18 Desember 2020, mengumumkan bahwa mereka mendeteksi varian baru virus corona yang awalnya menyebar dengan cepat di tiga provinsi negara itu. Varian baru ini diidentifikasi dengan nama 20H/501Y.V2, atau B.1.351.
Kembali mengutip keterangan dari WHO, pemerintah Afrika Selatan mengonfirmasi bahwa varian B1351 mendominasi populasi virus corona di provinsi Eastern Cape, Western Cape, dan KwaZulu-Natal, sejak pertengahan November 2020.
Meski varian baru ini sama-sama memiliki mutasi N501Y sebagaimana varian B117 asal Inggris, analisis filogenetik menunjukkan B1351 merupakan strain yang sama sekali berbeda. Namun, dua varian baru ini sama-sama meningkatkan penularan Covid-19.
Sementara data genom sequencing menunjukkan varian B1351 dengan cepat menggantikan garis keturunan virus corona lainnya yang beredar di Afrika Selatan. Studi pendahuluan memperlihatkan pula bahwa B1351 ini memicu viral load (jumlah virus dalam darah) lebih tinggi dari varian corona lainnya.
Banyak bukti menegaskan varian B1351 memiliki tingkat penularan tinggi. Berdasarkan data WHO, persebaran varian corona B1351 dari Afrika Selatan sudah menjangkau 31 negara pada 25 Januari 2021, atau kurang dari 3 bulan usai kemunculannya. Sesuai dengan laporan CDC, varian B1351 dari Afsel sudah terdeteksi di AS pada akhir Januari 2021.
Varian Corona Baru dari Brasil
Varian baru virus corona asal Brasil belakangan juga menyita perhatian WHO, ilmuwan dan banyak negara. Diidentifikasi menyebar pertama kali di Manaus, ibu kota negara bagian Amazonas, Brasil, varian baru ini dikenal dengan nama P.1.
Varian P1 semula ditemukan dari hasil pemeriksaan 4 turis asal Brasil di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang. Di sejumlah negara lain, persebaran varian P1 pun ditemukan melalui para pelancong asal negeri samba.
Penemuan varian P.1 pada awal Januari 2021 memicu kecurigaan banyak ilmuwan, karena pada saat bersamaan muncul gelombang kedua penularan Covid-19 di Kota Manaus. Penambahan kasus yang melesat membuat sistem kesehatan di kota itu ambruk untuk kedua kalinya selama pandemi, demikian mengutip New York Magazine.
Padahal, beberapa ahli kesehatan sempat memperkirakan sudah ada kekebalan komunitas (herd immmunity) di Kota Manaus pada musim gugur 2020, setelah kawasan ini dihantam gelombang pertama.
Varian corona P1 termasuk di dalam klade Nextstrain 20B, klade GISAID GR, dan garis keturunan Pangolin B.1.1.28. Varian ini memuat mutasi N501Y, E484K, K417T, dan delesi ORF1b (del11288-11296) di protein spike, demikian penjelasan WHO.
Sementara merujuk keterangan CDC, varian P1 diketahui memiliki 17 mutasi unik, termasuk tiga di domain pengikat reseptor protein spike.
Di sisi lain, varian P1 pun mengalami perubahan asam amino seperti dalam B117 asal Inggris dan B1351 dari Afrika Selatan. Varian P.1 terindikasi berpotensi meningkatkan penularan Covid-19 dan berdampak pada netralisasi antibodi, yang memicu infeksi ulang di kalangan penyintas Covid-19.
Studi awal di Kota Manaus menyimpulkan terdapat peningkatan proporsi kasus yang diidentifikasi sebagai varian P1, yakni dari 52,2 persen pada Desember 2020 menjadi 85,4 persen saat Januari 2021.
Data WHO terbitan 25 Januari 2021 juga menunjukkan varian P1 ditemukan sudah menyebar di 8 negara, termasuk Brasil, AS, Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara Eropa. Varian ini sudah terdeteksi di AS pada akhir Januari 2021.
Editor: Agung DH