tirto.id - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa vaksin Moderna mampu melawan virus corona varian baru yang diidentidikasi di Inggris (disebut B.1.1.720I/501Y.V1, VOC 202012/01, atau B.1.1.7) dan yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan (disebut 20H/501Y.V2 atau B.1.351).
Penelitian terbaru ini dipublikasi pada 25 Januari 2021 menurut laporan TIME. Meski diklaim mampu melawan dua varian baru corona, tapi antibodi yang dihasilkan dari penyuntikan vaksin ini untuk melawan B.1.351 tak sebesar jumlah antibodi yang dihasilkan untuk melawan virus corona varian lama dan B.1.1.7.
Namun, dalam studi yang dirilis oleh ilmuwan dari Moderna yang berkolaborasi dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases, para peneliti mengatakan bahwa tingkat kekebalan atau antibodi dari vaksin ini masih cukup tinggi untuk memberikan perlindungan yang cukup terhadap virus corona varian baru.
“Saya akan mengatakan saya tetap waspada tetapi tidak khawatir,” kata Dr. Stephen Hoge, presiden Moderna, kepada TIME, terkait kemanjuran dari vaksin Moderna ini.
"Kami tak melihat hal yang membuat kami sangat khawatir tentang vaksin ini."
Produsen vaksin Moderna mengatakan akan terus mengembakan penelitian guna menghasilkan vaksin yang bisa melawan kemungkinan mutasi dari virus corona.
Moderna juga telah menghubungi National Institute of Allergy and Infectious Diseases untuk melakukan studi lanjutan dan menguji strategi lain jika varian yang ditemukan di Afrika Selatan itu berhasil menembus perlindungan yang diberikan vaksin yang ada saat ini.
Salah satu pilihan adalah menambahkan dosis yakni vaksinasi ketiga dari vaksin yang ada untuk meningkatkan respons imun dan mengganti setiap penurunan antibodi yang mungkin disebabkan oleh varian yang bermutasi.
Vaksinasi ketiga ini kemungkinan akan direkomendasikan selama enam bulan sampai satu tahun setelah suntikan kedua saat ini.
Dalam laporan TIME, virus corona terus bermutasi. Varian baru yang ditemukan di Inggris misalnya dapat menyebar lebih cepat dibanding virus corona sebelumnya.
Dalam laporan CNBC, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan ada "beberapa bukti" varian Covid-19 baru, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris bisa lebih mematikan daripada jenis aslinya.
“Kami telah diberitahu hari ini bahwa selain menyebar lebih cepat, sekarang juga tampak bahwa ada beberapa bukti bahwa varian baru - varian yang pertama kali ditemukan di London dan tenggara (Inggris) - mungkin terkait dengan tingkat kematian yang lebih tinggi,” kata Johnson dalam konferensi pers, Jumat (22/1/2021).
Sementara virus corona varian baru yang ditemukan di Afrika Selatan mampu menghindari antibodi yang digunakan untuk melawan virus ini.
Moderna adalah salah satu produsen vaksin virus corona terkemuka, selain BioNTech yang menghasilkan vaksin Pfizer dan Universitas Oxford yang mengembangkan AstraZeneca, dikutip dari Financial Time.
Vaksin Moderna digunakan di AS yang mana pemerintah setempat telah membeli 200 juta dosis dan mendanai perusahaan hingga 4,1 miliar dolar AS.
Sementara Uni Eropa telah memesan 160 juta dosis vaksin moderna. Sedangkan Inggris telah memesan 17 juta dosis, yang akan mulai tiba di musim semi ini.
Editor: Agung DH