Menuju konten utama

Mengapa Perempuan Milenial Memilih Keluar Kerja?

Berumah tangga bukan satu-satunya alasan perempuan milenial memutuskan berhenti atau pindah kerja. Ada motivasi-motivasi lain yang membikin mereka berhenti.

Mengapa Perempuan Milenial Memilih Keluar Kerja?
Ilustrasi pekerja perempuan keluar dari pekerjaan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Menjalani karier bagi sebagian perempuan milenial adalah hal yang susah-susah gampang. Di satu sisi, besarnya biaya kebutuhan hidup dan lebih terbukanya kesempatan kerja mendorong mereka untuk keluar dari ranah domestik, terlebih jika mereka berbekal pendidikan cukup tinggi. Namun di sisi lain, ada beberapa kendala yang membuat mereka tak betah di suatu kantor dan memutuskan hengkang.

Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan diri menjadi salah satu alasan perempuan milenial mengundurkan diri. Sama seperti laki-laki, perempuan milenial pun ingin berkesempatan mempelajari keterampilan baru dan mengembangkan potensi-potensinya di tempat kerja. Ketika perusahaan tidak memberikannya peluang untuk melakukan hal ini, mereka tak lagi merasa bekerja di sana menyenangkan. Demikian ditulis konsultan bisnis, Margarita Hakobyan, di Huffington Post.

Berdasarkan Deloitte Millenial Survey 2016, 67 persen perempuan milenial berkemungkinan meninggalkan pekerjaannya dalam lima tahun. Salah satu alasan yang diungkapkan 48 persen responden yang merasa tak betah berlama-lama bekerja di suatu perusahaan adalah pengabaian terhadap potensi mereka. Sulitnya mencapai posisi-posisi bergengsi di kantor juga dikatakan mendorong perempuan milenial—secinta apa pun mereka terhadap pekerjaannya—untuk mengundurkan diri.

Sementara itu, laporan International Consortium for Executive Development Research (ICEDR) yang dikutip di Harvard Business Reviewmenunjukkan perempuan milenial meninggalkan pekerjaannya lantaran bayaran tak sesuai harapan. Dalam banyak industri, kerap ditemukan diskriminasi berbasis gender dalam hal pengupahan. Hal ini dicatat laporan ILO mengenai kesenjangan gaji laki-laki dan perempuan yang membutuhkan 70 tahun sampai menuju setara.

Sebagian perempuan milenial memilih tetap bekerja sebagai karyawan, tetapi sebagian lainnya memutuskan untuk menjadi pengusaha. Dua alasan yang disebutkan sebelumnya bisa jadi mendasari keputusan mereka untuk memulai bisnis sendiri.

Alasan lainnya, perempuan milenial menginginkan waktu kerja yang lebih fleksibel sehingga mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu dengan keluarga. Dilansir Inc. Southeast Asia, keluarga masih menjadi prioritas utama bagi perempuan milenial. Ketika perusahaan tidak memiliki kebijakan yang memungkinkan mereka menjalani peran ganda, perempuan milenial akan memilih meninggalkannya dan berpikir menciptakan usaha sendiri.

Infografik Alasan Utama Keluar Kerja

Tidak hanya fleksibilitas dalam hal membagi waktu dengan keluarga saja yang membuat perempuan milenial keluar dari suatu perusahaan. Fleksibilitas dalam memilih tempat kerja pun menjadi pertimbangan lain bagi mereka. Ursula Lauriston yang bekerja di Capitol Standard—majalah di Washington—mengungkapkan bahwa fleksibilitas memilih tempat kerja memungkinkannya untuk menjadi lebih kreatif.

Lauriston juga mengatakan dirinya pernah bekerja di tempat yang cukup jauh dari rumahnya. Setidaknya empat jam dalam sehari ia habiskan dalam transportasi massa. Kepenatan menghabiskan waktu di jalan inilah yang membuatnya pindah kerja dan hal ini jamak ditemui di berbagai kota besar di dunia, termasuk kota-kota besar di Indonesia.

Fleksibilitas tempat dan waktu bekerja ini terkadang menjadi simalakama. Seiring perkembangan teknologi, banyak kantor yang menuntut karyawannya untuk selalu terhubung dengan urusan pekerjaan. Inilah yang membuat sebagian perempuan milenial kewalahan. Keinginan untuk mengerjakan hal-hal sesuai minat atau sekadar menghabiskan waktu untuk diri sendiri mesti ditunda jika mereka tak ingin lekas digantikan karyawan-karyawan baru.

Baca juga artikel terkait KARIER atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Patresia Kirnandita
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Maulida Sri Handayani