tirto.id - Pemerintah tetapkan awal Ramadan pada, Sabtu (27/5/2017). Selama 19 hari puasa berjalan, angka kejahatan terus meningkat, terutama pencurian dengan kekerasan.
Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Suntana menilai, ramainya perputaran uang di bulan Ramadan memancing pelaku kejahatan. Meski begitu dia menganggap tindak kejahatan tahun ini lebih rendah dibandingkan bulan Ramadan tahun lalu.
"Momen Ramadan dan menjelang Lebaran dimanfaatkan oleh kelompok pelaku kejahatan karena ada masyarakat yang mengambil uang, menitipkan di Pegadaian, dan lain-lain. Itu kan jadi sasaran mereka," ujar Suntana di Mapolda Metro Jaya, Selasa (13/6/2017).
Tindak kejahatan di ruang terbuka dan siang hari terjadi secara beruntun. Bermula pada Jumat (9/6/2017) yang lalu, terjadi perampokan di ruang terbuka sekitar jam 13.00. Peristiwa itu terjadi di SPBU Jalan Raya Daan Mogot KM 12, Cengkareng Timur, Jakarta Barat. Awalnya korban, yakni Davidson Tantono (30) ke SPBU untuk mengisi angin ban mobilnya.
Saat korban menambal ban mobil, dia dihadang 4 pelaku perampokan. Salah satu dari mereka kemudian merampas tas korban berisi uang Rp 350 juta di dalam mobil. Uang itu rencananya untuk membayar gaji dan THR karyawannya.
Setelah terjadi tarik-menarik tas, pelaku menembak kepala korban. Para pelaku tidak memakai atribut penyamar identitas berupa penutup wajah. Davidson langsung roboh dan meninggal dunia.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono menganggap keempat pelaku perampokan tersebut merupakan residivis yang sudah terlatih. Setiap kali beraksi, kawanan rampok itu sering menggunakan modus menggembosi ban kendaraan korbannya. Memang ban mobil David bocor karena sobekan benda tajam. Pelaku diduga sudah mengincar sejak David mengambil uang di Bank BCA kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Hanya berselang 3 hari kemudian, terjadi pencurian sepeda motor sekitar jam 13.00 di Perumahan Bugel Indah, Karawaci, Kota Tangerang. Awalnya dua pelaku pencurian masuk ke teras rumah Chandra Kirana Putri (22). Saat dua pelaku berusaha membobol kunci motor, ibunda Putri memergokinya. Putri yang semula berada di dalam rumah kemudian keluar dan membantu ibunya.
Putri spontan meneriaki maling itu sambil menggebuk pelaku dengan sapu lidi. Namun nahas, salah satu pelaku menembak dada bagian kiri Putri. Putri akhirnya meninggal dunia.
Masih di hari yang sama, Nati (41), seorang pengemudi taksi online menjadi korban perampokan. Siang hari dia mengantarkan penumpangnya. Namun, tiba-tiba penumpang itu menjerat leher Nati menggunakan tali tambang dan mengancamnya dengan pisau lipat. Nati terus berupaya berontak dan berteriak minta tolong.
Teriakan Nati membuat petugas di Kantor Koramil 03 Pasar Minggu berlarian membantu. Nati tertolong dan pelaku diserahkan ke pihak kepolisian.
Penyebab Kejahatan Makin Marak
Munculnya tindak kejahatan dipengaruhi oleh sisi ekonomi masyarakat yang lemah, kurangnya lapangan pekerjaan, tak mampu menjangkau pendidikan, dan pengaruh lingkungan.
Menurut Ahli Psikologi Forensik, Lia Sutisna Latif, aksi kejahatan yang terjadi belakangan ini mirip dengan kejahatan situasional. Lebarnya gap antara orang kaya dan miskin di Jakarta, memicu tindak kejahatan.
"Pencetus atau faktor utama karena ekonomi, bisa menjadi faktor kejahatan ini muncul. Ini di luar kejahatan bermotif balas dendam atau kepentingan bisnis," ungkapya saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (13/6/2017).
Kejahatan semakin menjamur dipicu oleh pengaruh kejahatan-kejahatan yang pernah ada sebelumnya. "Bisa kemungkinan adanya copycat crime," tuturnya.
Diwawancarai terpisah, Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Eliasta Meliala menganggap tingginya kejahatan akhir-akhir ini karena pendapatan seseorang kerap meningkat di bulan Ramadan. Maka dari itu banyak orang cenderung menjadi pembeli barang secara berlebihan.
"Sekarang ini kan semua orang bawa duit di kantong masing-masing. Kalau hari biasa, yang namanya orang butuh duit itu kan fenomena biasa. Tapi sekarang, ini membuat uang jadi semakin menarik bagi para pelaku kejahatan baik yang spesialis maupun oportunistik," ungkap Andrianus.
"Angka kejahatan misalnya 2000 pertahun," lanjutnya, "Ya sebagian besarnya ada waktu bulan puasa itu."
Di luar itu, pihak kepolisian Jakarta membentuk tim di setiap wilayah. Setiap tim diisi 20 hingga 60 personil Polri terlatih. Tujuannya untuk mencegah gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) sejak dini.
Polres Metro Jakarta Pusat membentuk Tim Alpha Pus (TAP) sejak Maret lalu. Sedangkan Polres Metro Jakarta Selatan membentuk tim satuan tugas khusus yang bernama Tim Eagle One yang diperkenalkan sejak 6 Juni 2017.
Selain itu, Tim Tindak Tegas Reaksi Cepat (Tiger) dibentuk Polres Jakarta Utara pada, Minggu (4/6/2017). Di akhir Bulan Mei, Satuan Tugas (Satgas) Gerak Cepat Rajawali dibentuk Polres Jakarta Timur.
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Dieqy Hasbi Widhana