Menuju konten utama

Mendikbud akan Rotasi Guru untuk Pemerataan Pendidikan

Langkah Mendikbud untuk merotasi para guru dimaksudkan untuk pemerataan kualitas pendidikan sehingga sejalan dengan kebijakan sistem zonasi sekolah.

Mendikbud akan Rotasi Guru untuk Pemerataan Pendidikan
Guru memberi materi pelajaran pengantar praktikum siswa di laboratorium bahasa SMKN 1 Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Senin (24/7). ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko.

tirto.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan setiap guru akan dirotasi untuk menjamin pemerataan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan penerapan sistem zonasi sekolah dalam Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang penerimaan peserta didik baru (PPDB).

"Guru yang ada sekolah favorit kita taruh di sekolah yang paling bawah. Biar tahu rasanya. Jangan-jangan selama ini bukan karena dia pintar mengajar tapi karena muridnya yang sudah pintar-pintar," ungkapnya saat menyampaikan pembekalan kepada para guru di Aula LPMP DKI Jakarta, Jakarta Selatan, Senin (7/8/2017).

Sementara itu, untuk mempercepat pemerataan infrastruktur pendidikan, ia mengatakan bantuan pemerintah hanya akan diberikan sekolah-sekolah yang fasilitasnya belum memadai.

"Sekolah-sekolah negeri yang sudah bagus, Pak Dirjen akan mengafirmasi nanti. Jadi bantuan bantuan akan kita arahkan ke sekolah yang belum baik. Tidak merata seperti sekarang," jelasnya.

Baca juga:

Dengan demikian, ia berharap program zonasi sekolah bisa diterima secara penuh oleh masyarakat tahun depan. Sebab, katanya, selama ini ada pihak-pihak yang bersikeras agar peraturan tersebut tidak diterapkan, terutama para orang tua yang ingin Anaknya sekolah di sekolah sekolah favorit.

"Banyak yang minta saya dicopot karena mereka sudah terlanjur minta anaknya disekolahkan di sekolah favorit kemudian anaknya enggak diterima karena tidak sesuai zonasinya, marah. Buat saya, ya maaf saja, tidak bisa," ungkapnya.

Mendikbud mengatakan penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2017 merupakan titik tolak reformasi pendidikan. Selama ini, kata dia, para siswa dan orangtua siswa memburu sekolah favorit sehingga anak-anak berprestasi dan kaya akan berkumpul dalam satu sekolah.

Sementara itu, siswa yang dianggap kurang pintar dan miskin akan berkumpul di sekolah pinggiran atau non-favorit. Hal ini menjadi salah satu cermin untuk menerapkan sistem zonasi yakni calon siswa yang berada di sekitar sekolah akan diprioritaskan masuk ke sekolah itu.

Ke depan, kata Menteri, seluruh sekolah akan dijadikan sekolah favorit dan mencetak generasi muda yang berkualitas. "Sudah enggak boleh maksa di sekolah favorit, kalau mau anaknya sekolah di sekolah yang eksklusif, jangan di negeri, tapi di sekolah swasta itu yang sudah bagus," cetusnya.

Baca juga artikel terkait FULL DAY SCHOOL atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yuliana Ratnasari