tirto.id - Sabtu (12/9/15) silam, di Las Vegas, Amerika Serikat, Floyd Mayweather Jr. memutuskan pensiun setelah berhasil mempertahankan gelar juara dunia tinju kelas welter versi WBC dan WBA. Baginya, menang 49 kali tanpa sekali pun terkalahan barangkali sudah cukup untuk mengucapkan perpisahan terhadap dunia tinju yang membesarkannya. Saat itu ia menang angka mutlak atas Andre Berto. Namun saat ia mempunyai kesempatan untuk bertarung dengan Conor McGregor, ia ternyata memilih untuk kembali ke atas ring.
Semuanya berawal dari pertanyaan konyol Conan O’Brein, pembawa acara asal Amerika Serikat, terhadap McGregor pada 2015 lalu. Saat itu Conan bertanya, apakah McGregor bersedia jika bertarung dengan Mayweather Jr.? Setengah bercanda, McGregor dengan enteng menjawab pertanyaan tersebut, “Aku tentu saja akan bertarung dengannya jika ada kesempatan.” Ia lantas meyakinkan, “Hampir dapat dipastikan.”
Reputasi besar McGregor membuat pernyataan tersebut tersebar dengan mudah. Namun, karena dianggap mustahil terjadi, berita tentang pernyataan tersebut juga menguap begitu saja. Bagaimanapun, McGregor adalah atlet Mixed Martial Arts (MMA) sementara Mayweather Jr. adalah seorang petinju. Pertarungan mereka barangkali hanya akan terjadi di tempat imajinatif.
Uniknya, saat semua orang mulai lupa tentang pernyataan McGregor tersebut, Mayweather Jr. justru mengipas bara. Lewat media sosial masing-masing, sepanjang tahun 2016 lalu Mayweather Jr. dan McGregor terus saling menantang. Para pengambil keuntungan kemudian mencium aroma wangi. Pertarungan yang semula tampak mustahil itu akhirnya benar-benar dirancang. Pada 27 Agustus 2017 akhirnya petarung beda dunia ini bertemu.
Sesuai prediksi, meski melakukan latihan secara intens, McGregor akhirnya babak belur di arena tinju. Mayweather Jr. menang TKO pada ronde ke-10. Rekornya bertambah: 50-0. Pun demikian dengan pundi-pundi uangnya. Menurut Forbes, ia mendapatkan uang sekitar 275 juta dolar dari pertarungan itu, membuatnya menjadi atlet paling kaya pada tahun 2018 ini. Mayweather Jr. pun bisa kembali pensiun dengan tenang.
Mayweather Jr. kembali tak bisa menikmati masa pensiunnya dengan tenang. Baru-baru ini, ia ditantang Khabib Nurmagomedov, juara kelas ringan UFC yang baru saja mengandaskan McGregor.
Alasan Khabib menantang Mayweather Jr. sangat menarik sekaligus sederhana: pembuktian siapa yang terkuat dan tak terkalahkan. Di postingan Instagram CEO Mayweather, Leonard Ellerbe, Khabib berkata: kami berdua tidak pernah kalah, namun di hutan hanya ada satu raja.
Khabib Menantang Langit
Pada 7 Oktober 2018 lalu, dalam pertarungan akbar UFC 299 di Las Vegas, Amerika, Khabib tidak hanya mengalahkan McGregor, tapi juga membuatnya menjadi debu. Kemenangannya itu seperti apa yang pernah dilakukan Larry Holmes terhadap Muhammad Ali, juga seperti yang dilakukan oleh Brock Lesnar saat menghabisi Undertaker di Wrestlemania 30. Namun, saat ia ingin melakukan hal yang sama terhadap Mayweather, ia seperti sedang menantang langit. Setidaknya, begitulah pendapat Daniel Cormier, petarung UFC sekaligus sahabat dekat Khabib.
“Khabib lebih baik jangan coba menantang dia. Jangan mencoba menantang Mayweather. Apa yang dia lakukan, Bung?,” kata Cormier. “Kecuali dia melakukannya hanya untuk uang, karena dia akan dikalahkan. Saya menyukai Khabib tapi dia akan dihajar oleh Mayweather. Dia gila. Dia akan mulai bergulat. Khabib akan bergulat di ring tinju. Dia akan mulai bergulat karena dia akan kalah telak dari Mayweather.”
Kekhawatiran Cormier tersebut cukup beralasan.
Saat Mayweather Jr. bertanding melawan McGregor, sang petinju memang mendapatkan perlawanan sengit dari petarung asal Irlandia tersebut. McGregor berhasil mendaratkan lebih dari 100 pukulan dari 400 percobaan yang ia lakukan. Lawan-lawan Mayweather Jr. sebelumnya tidak ada yang berhasil memukulnya sebanyak itu. Padahal, beberapa di antaranya adalah petinju yang memiliki reputasi besar, seperti Oscar De La Hoya, Carnelo Alvarez, hingga Manny Pacquiao.
Masalahnya, saat melawan McGregor, Mayweather Jr. bertanding tidak seperti biasanya. Terutama pada ronde-ronde pertengahan, ia terkesan meremehkan. Pertahanan Mayweather Jr. sangat terbuka, seolah-olah ia ingin sengaja kena pukul. Merasa mendapatkan kesempatan, McGregor yang terbiasa menjaga jarak saat bertarung di panggung UFC kemudian sering medekat.
Beberapa pukulan McGregor pun mengenai wajah Mayweather. Namun Meyweather tidak goyah sedikit pun. Hal ini kemudian diperjelas oleh Jack Slack dalam salah satu tulisannya di Vice. “Hanya saja, perlu kita ingat 100 pukulan yang berhasil didaratkan McGregor, dari sekitar 400 yang dilepaskan, rasanya tidak berdampak apa-apa terhadap stamina dan fisik Mayweather.”
Dan saat McGregor tidak sadar bahwa jaraknya dengan Mayweather terlalu dekat, Mayweather melakukan serangan balasan secepat kilat. McGregor langsung terombang-ambing layaknya sebuah perahu nelayan yang sedang diterjang gelombang besar di tengah lautan. Ia terpancing dengan taktik yang diterapkan oleh Mayweather.
Menurut Louisa Thomas, mantan penulis olahraga di Grantland, dalam sebuah duel, ada satu perbedaan tipis antara hal yang bisa menentukan hasil akhir. Misalkan: kecerdasan dan dorongan hati, otak dan otot, perhitungan dan hasrat, serta perkelahian dan tinju sebagai seni bela diri. Sebagian petarung mengabaikannya --misalkan menganggap emosi sebagai kecerdikan dan berakhir buruk karena salah perhitungan. Namun Mayweather Jr. bukan salah satunya. Mayweather adalah seorang boxer, seniman tinju, bukan seorang fighter.
Untuk itu, Thomas kemudian menulis, “ [...] Begitu dia membuat perhitungan, dia mulai bekerja. Dapat dibilang bahwa secara fisik tinju itu hal sederhana: semua hal dianggap sama, tubuh yang lebih akan memang. Tetapi saat melawan Mayweather, kesetaraan sulit didapat. Dia bukan penyiksa, dia bukan tukang gebuk; dia cepat dan pintar. Hukum fisik yang lebih kompleks ikut bermain di dalam dirinya: mekanisme gerak yang lebih dinamis, yang diselaraskan dengan pikiran.”
Saat menghadapi lawan-lawan yang sepadan atau lebih kuat daripada dirinya, Mayweather tidak pernah bertarung dengan cara yang ia terapkan terhadap McGregor. Kedua tangannya akan selalu sigap untuk menghindarkan tubuh dan kepalanya dari hantaman lawan. Ia akan menari-menari sambil menghindar, dan saat pertahanan lawan mulai goyah, baru dia akan melakukan serangan balasan. Menurut banyak orang, cara bertarung Mayweather itu memang membosankan, tapi mereka tak bisa menampik bahwa itu yang membuat dirinya jadi juara yang belum terkalahkan.
Dilihat dari penampilannya di UFC, Khabib jelas-jelas lebih tangguh daripada McGregor. Namun, saat berada di atas ring tinju, ia belum tentu menang terhadap McGregor. Salah satu penyebabnya adalah gaya bertarung Khabib: ia gemar melakukan kuncian, cengkeraman, dan bantingan, teknik-teknik yang ia pelajari dari judo dan sambo. Teknik itu jelas dilarang di atas ring tinju. Gaya bertarung McGregor yang gemar menjaga jarak dari lawan tentu akan menyulitkannya. Lantas bagaimana saat ia melawan Mayweather, seorang mantan juara dunia tinju yang berpengalaman, lihai mengelak, dan belum terkalahkan?
Seperti apa yang dikatakan oleh Daniel Cormier, satu-satunya keuntungan yang dapat diperoleh Khabib saat bertarung dengan Mayweather hanyalah pundi-pundi uang. Sama seperti yang didapat oleh McGregor. Saat kalah sekali pun, Khabib barangkali bisa mendapatkan fulus yang berlipat-lipat ketimbang pertarungan di UFC.
Menurut Forbes, McGregor berhasil mendapatkan uang sekitar 85 juta dolar, membuatnya menjadi atlet keempat terkaya pada tahun 2018 ini. Pamor Khabib yang sedang naik jelas bisa membuatnya mendapatkan uang yang lebih banyak. Sekarang tentu saja bolanya ada di Khabib.
Baginya yang selama ini dikenal sebagai petarung sederhana, perkara uang mungkin ada di nomor dua. Yang pertama adalah menentukan siapa yang paling kuat. Siapa yang jadi raja di hutan rimba pertarungan.
Penulis: Renalto Setiawan