Menuju konten utama

Menangkis Hepatitis

Keganasan Hepatitis tak kalah dengan TBC dan HIV/AIDS. Sebanyak 1,2 juta penderita hepatitis meninggal dunia pada 2014. Banyak yang tak menyadari bahwa Hepatitis juga suatu ancaman serius yang harus segera diantisipasi.

Menangkis Hepatitis
Sejumlah pengunjuk rasa membentangkan tulisan saat menggelar aksi memperingati hari hepatitis se-dunia di Denpasar. Antara Foto/Nyoman Budhiana

tirto.id - Medio 2008, seorang pemuda bernama Yahuda menderita penyakit yang membuatnya mual dan muntah. Suhu tubuhnya naik turun, sebentar panas, sebentar dingin. Badannya juga lemas tak berdaya. Ia lalu ke dokter dan didiagnosis tipus setelah dokter melihat hasil cek darahnya di laboratorium.

Setakat satu bulan, kondisi Yahuda tak membaik, malah cenderung makin parah. Perutnya kerap terasa penuh. Selaput mata dan kukunya mulai menguning. Ia lalu kembali ke dokter, darahnya dicek lagi, lalu dokter menyatakan Yahuda mengidap Hepatitis A.

Hepatitis A adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus ini disebarkan oleh kotoran penderita hepatitis melalui makanan atau minuman. Secara umum istilah hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati. Ia bisa disebabkan infeksi, obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak yang berlebih, dan penyakit autoimmune.

Ada lima jenis virus hepatitis, ia diberi nama sesuai abjad, A, B, C, D, E, dan G. Tidak ada hubungan antara satu dengan yang lainnya.

Jenis hepatitis yang menyerang Yahuda, adalah jenis yang bisa dikatakan bisa benar-benar dihilangkan jika disadari keberadaannya. Dr Rino A Gani, seorang spesialis hati mengatakan hepatitis A adalah jenis hepatitis yang paling banyak penderitanya karena proses penyebarannya. “Tetapi, 99 persen penderita Hepatitis A akan sembuh sempurna, sangat sedikit yang bisa berakibat fatal,” katanya kepada tirto.id.

Setelah mendapat diagnosis, Yahuda dirawat di rumah sakit selama dua minggu. Lalu ia pulang ke rumah. Dokter memintanya istirahat dan tidak boleh terlalu lelah. Sekitar seminggu di rumah, kondisi Yahuda sempat menurun dikarenakan terlalu sering begadang nonton bola demi tak ketinggalan pertandingan Piala Eropa 2008. Ia pun harus diboyong ke rumah sakit lagi dan dirawat selama 15 hari.

Butuh waktu dua bulan bagi Yahuda untuk benar-benar bersih dari virus hepatitis A. Sekarang, tubuhnya sudah kebal terhadap jenis virus itu.

Lain cerita jika yang menyerang Yahuda adalah virus hepatitis B atau C. Dua jenis hepatitis ini adalah yang palig mematikan. Dr Rino A Gani menyebutkan dua jenis virus ini menyebabkan penyakit hati yang menahun dan sulit untuk benar-benar dihilangkan.

Virus hepatitis B umumnya ditularkan melalui darah. Penularan biasanya terjadi di antara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual, baik heteroseksual maupun homoseksual.

Ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus pada bayinya selama proses persalinan. Menurut dr. Rino, kalau penularan terjadi dalam kandungan, 90 persen akan menjadi kronis dan itu akan diderita seumur hidup, meski bisa dikendalikan dengan obat. Tetapi kalau virus itu didapat ketika dewasa, 90 persen dapat dihilangkan.

Lain halnya dengan hepatitis C, virus jenis ini jarang sekali ditularkan melalui hubungan seksual. Sekitar 80 persennya akibat transfusi darah. Jika terkena virus ini, 90 persen akan menjadi kronis, tak peduli masih bayi atau sudah dewasa.

“Hepatitis jenis B dan C ini yang bertanggung jawab atas kematian sekitar 100 ribu sampai 150 ribu orang per tahun di Indonesia,” kata dr. Rino.

Dia menambahkan, penyakit ini seringkali tidak terdeteksi karena tidak memiliki gejala yang khas dan perlu pemeriksaan khusus. Jadi, salah diagnosis seperti yang dialami Yahuda sangat sering terjadi. Tak semua gejala hepatitis menunjukkan kuku dan mata yang menguning. Ia menyebutkan hanya 20 persen kasus hepatitis yang diikuti gejala menguning.

“Kematian yang disebabkan ebola atau flu burung belum ada apa-apanya dibandingkan hepatitis ini. Ini sebenarnya persoalan besar, tetapi banyak yang belum sadar,” ungkapnya.

Angka Kematian Bertumbuh

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan angka kematian akibat hepatitis pada 2014 mencapai 1,2 juta. Sementara TBC menyebabkan 1,5 juta kematian. WHO sedang berjuang menyusun langkah strategis untuk memberantas hepatitis.

Peneliti dari Imperial College London dan University of Washington pernah melakukan penelitian tentang hepatitis. Mereka mengumpulkan dan mempelajari data hepatitis dari 183 negara sepanjang 1990 hingga 2013.

Penelitian itu menunjukkan angka kematian akibat hepatitis tumbuh lebih dari 60 persen dalam dua dekade. Padahal, kematian akibat TBC dan malaria tercatat menurun. Ini dikarenakan hepatitis sering tak terdeteksi sampai akhirnya terlalu terlambat untuk diobati.

Pada Mei 2016 lalu, WHO mematok target untuk mengurangi dan memberantas hepatitis. Organisasi kesehatan dunia itu ingin mengurangi kasus baru hepatitis hingga 30 persen pada 2020. Untuk mencapai target ini, butuh program vaksinasi dan fokus pada pencegahan penyebaran virus dari ibu ke janin.

Baca juga artikel terkait HEPATITIS atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti