Menuju konten utama

Menag Tanggapi Video Relawan Lakukan Aksi Mirip Baptisan di Lombok

Menag minta aktivis tidak mencampur kegiatan kemanusiaan dan agama

Menag Tanggapi Video Relawan Lakukan Aksi Mirip Baptisan di Lombok
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan keputusan sidang Isbat 1439 Hijriah di Jakarta, Selasa (15/5/2018). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta aktivis dan relawan yang sedang menjalankan misi kemanusiaan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk tidak mencampurnya dengan propaganda agama.

"Misi kemanusiaan agar steril dari gerakan pemurtadan atau menyebarkan agama yang berbeda dengan yang dianut masyarakat terdampak bencana," tegas Menag di Jakarta, Senin (3/9/2018), seperti dikutip situs web Kementerian Agama.

Hal itu disampaikan Menag menanggapi video yang menunjukkan kegiatan aktivis relawan kemanusiaan di Lombok saat melakukan aksi diduga mirip kegiatan pembaptisan. Video ini viral di media sosial sehingga mendapat respons publik.

Meski begitu, Menag mengapresiasi giat aktivis dan relawan kemanusiaan dalam membantu korban bencana gempa di Lombok. Menurutnya, misi kemanusiaan yang dijalankan para pekerja dan relawan kemanusiaan di daerah bencana adalah tugas terhormat dan mulia.

Menag menyayangkan jika misi kemuliaan itu diwarnai proselitisme atau tindakan mencoba untuk mengubah orang ke agama atau pendapat lain atau usaha dari pihak luar untuk menarik seseorang masuk pada kelompok (agama) tertentu.

Menag sepakat bahwa ajaran dan nilai agama memotivasi setiap pemeluknya memberi pelayanan kemanusiaan kepada sesama tanpa memandang keyakinan agamanya.

Meski begitu, misi kemanusiaan tetap wajib menghormati keragaman keyakinan beragama yang terdapat di masyarakat. Apalagi, UUD 1945 pasal 29 menegaskan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

"Saya minta semua pekerja dan relawan kemanusiaan di daerah bencana agar fokus bekerja menolong sesama serta memiliki kepekaan terhadap isu-isu yang sensitif di masyarakat, terutama menyangkut adat istiadat, budaya lokal dan identitas keyakinan agama, agar iklim yang kondusif tetap dapat dipelihara selamanya," tandasnya.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra