Menuju konten utama

Memori Sejarah Manis Xanana Gusmao dan BJ Habibie

Antara Xanana Gusmao dan BJ Habibie pernah terjalin memori sejarah yang manis.

Memori Sejarah Manis Xanana Gusmao dan BJ Habibie
Xanana Gusmao. Luis M. Alvarez/AP

tirto.id - Seiring prosesi pemakaman Bacharuddin Jusuf Habibie pada Kamis (12/9/2019), beredar video yang mengabadikan momen Xanana Gusmao tengah menjenguk Presiden RI ke-3 itu. Xanana Gusmao, Presiden Pertama Timor Leste, memang pernah punya sejarah manis dengan BJ Habibie.

Video yang kemungkinan diambil saat BJ Habibie menjalani perawatan intensif di RSPAD Gatot Subroto Jakarta tersebut beredar dari akun Facebook milik Irawan Saptono, wartawan yang pernah aktif di Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Dalam video terlihat, Xanana mendekap Habibie yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Habibie berusaha meraih tangan Xanana sebagai balasan keakraban. Xanana lalu mencium kening, kemudian menjatuhkan kepalanya ke dalam rangkulan Habibie.

Kunjungan Xanana ini, tulis Irawan Saptono, untuk meminta BJ Habibie dalam peresmian jembatan di Dili, Timor Leste. Jembatan itu diberi nama Jembatan Habibie.

“Tapi Habibie sakit, ia tidak bisa hadir. Nama Habibie juga sudah diabadikan jadi nama jalan di Dili,” lanjut Irawan dalam catatannya dalam unggahan rekaman video tersebut.

Karena Xanana Sayang Habibie

Bukan sekali itu saja Xanana Gusmao menengok tokoh Indonesia yang sedang sakit. Sosok pejuang kemerdekaan Timor Leste ini juga menjenguk Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono pada 24 Februari 2019 di Singapura.

Kala itu, Xanana sempat bercakap akrab dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Meskipun bertahun-tahun terlibat perang dengan militer Indonesia, ditangkap, dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, Xanana tidak kehilangan objektivitas dan humanismenya.

Perang Xanana Gusmao adalah melawan pendudukan militer atas Timor Timur, bukan terhadap rakyat Indonesia.

“Kami bukan tidak suka kepada bangsa Indonesia,” ungkap Xanana dalam wawancaranya yang tayang di Kompas (7/2/1999).

“Kalau kita lihat, selalu ada salah pendekatan dari Indonesia. Saya sudah katakan di pembelaan saya di PN Dili dulu, semua pembangunan di Timtim tidak mengambil hati kami,” lanjutnya.

Sebab itulah Xanana bisa sedemikian akrab dan simpatik dengan BJ Habibie. Hubungan harmonis ini terjalin setidaknya sejak Reformasi 1998. Atas andil Habibie, Timor Timur menjadi negara merdeka yang kini dikenal dengan nama Timor Leste. Indonesia pun terlepas dari beban sebagai kolonialis.

Saat menjabat sebagai presiden setelah lengsernya Soeharto, BJ Habibie membuka peluang bagi rakyat Timor Timur untuk melaksanakan referendum.

Dalam sidang kabinet pada 27 Januari 1999, Presiden Habibie memberikan tawaran otonomi yang diperluas kepada Timor Timur. Jika itu ditolak, pemerintah akan meminta kepada para wakil rakyat untuk mempertimbangkan kemungkinan agar melepaskan Timor Timur.

Sebagaimana dicatat Kompas edisi 24 Desember 1999, BJ Habibie lantas mewujudkan keputusannya itu dengan mengubah status Xanana Gusmao, yang saat itu dipenjara di Cipinang, menjadi tahanan rumah.

Pada Februari 1999, Xanana dipindahkan ke sebuah rumah di Jalan Percetakan Negara VII/47, Jakarta Pusat. Habibie berharap Xanana dapat berkontribusi dalam penyelesaian kasus Timor Timur.

“Setelah 22 tahun kita mengalami sejarah kebersamaan dengan rakyat di Timor Timur, ternyata tetap tidak mencukupi bagi rakyat Timor Timur untuk menyatu dengan kita,” tulis Habibie dalam memoar Detik-detik yang Menentukan (2006).

“Maka kiranya adalah wajar dan bijaksana, bahkan demokratis dan konstitusional, bila wakil-wakil rakyat yang kelak akan terpilih di MPR, diusulkan untuk mempertimbangkan agar dapat kiranya Timor Timur secara terhormat, secara baik-baik, berpisah dengan Negara Kesatuan RI,” tambahnya

Xanana sangat kaget sekaligus senang mendengar keputusan Habibie. Ia sebenarnya bersedia membantu pemerintahan Habibie, namun ia tak habis pikir mengapa Habibie memutuskan secepat itu.

“Keputusannya secepat ini, saya jelas terkejut. [...] Tetapi terus terang, kami gembira. Kami menunggu saat-saat seperti ini selama 23 tahun berjuang untuk merdeka,” kata Xanana dikutip dari Kompas (7 Februari 1999).

Dari Timor Leste untuk Habibie

Referendum bagi rakyat Timor Timur akhirnya digelar pada 30 Agustus 1999. Ada 446.953 rakyat Timor Timur yang memberikan suaranya.

Dari 438.968 suara sah, 78,50 persen di antaranya menolak opsi otonomi khusus. Artinya, mereka memilih merdeka. Seminggu kemudian, pemerintahan Habibie membebaskan Xanana. Atas semua itu, Habibie pun punya posisi spesial bagi Xanana dan rakyat Timor Leste.

Dalam sebuah acara di stasiun televisi, dikutip dari laman Tempo, Xanana dengan rendah hati mengakui, “Tanpa Habibie, saya hanya akan menjadi penjual es di Tebet. Apa yang saya bikin hanya half of process, another half is Indonesian.”

Pada peringatan 20 tahun Referendum Timor Leste yang dihelat tanggal 30 Agustus 2019 lalu, nama Habibie diabadikan sebagai nama taman dan jembatan di Kota Dili, diresmikan oleh mantan Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta.

“Penamaan jembatan dan taman dengan BJ Habibie merupakan bentuk penghargaan sederhana atas keberanian seorang demokrat dan reformis, Presiden BJ Habibie, dalam sejarahnya di era demokrasi,” ucap Horta dalam sambutannya, dilansir Kumparan (31 Agustus 2019).

“Jembatan dan taman ini menandai pengakuan seorang negawarawan yang telah menjadi bagian dari sejarah Timor Leste,” imbuh Presiden Timor Leste ke-2 yang juga pernah menjabat sebagai perdana menteri ini.

Baca juga artikel terkait BJ HABIBIE WAFAT atau tulisan lainnya dari Fadrik Aziz Firdausi

tirto.id - Humaniora
Penulis: Fadrik Aziz Firdausi
Editor: Iswara N Raditya