tirto.id - Berdasarkan data rekapitulasi akhir yang dimiliki, Tim Pemenangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa di Pilkada Solo 2020 mengklaim keunggulan 86,13 persen suara dibandingkan lawannya Bagyo Wahyono-Fx Supardjo (Bajo). Namun, jika dilihat lebih detail total ada 46 persen daftar pemilih tetap (DPT) yang tak memilih mereka.
Ketua Tim Pemenangan Gibran-Teguh, Putut Gunawan mengonfirmasi data rekapitulasi internal yang telah dinyatakan final saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (11/12/2020). Data tersebut menunjukkan total DPT dan DPT tambahan adalah 419.347, lebih banyak 1.140 dari DPT yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solo.
Dari 419.347 DPT, yang hadir hanya 295.041 dan 71 tak hadir ke tempat pemungutan suara (TPS) akan tetapi menggunakan hak pilih di tempat lain. Sehingga total ada 295.112 atau sekitar 70 persen yang menggunakan hak suara dan 123.306 DPT yang tak memilih Gibran ataupun Bajo.
Masih dari data hasil rekapitulasi akhir yang dikonfirmasi Putut, Gibran memperoleh suara sebanyak 225.326 atau 86,13 persen, sedangkan Bajo 36.298 atau 13,87 persen dari 261.624 suara yang sah. Dengan demikian, jika dihitung jumlah suara yang dipakai dikurangi jumlah suara sah, maka ada 33.488 suara tidak sah.
Total DPT yang tidak mendukung Gibran yakni jika dihitung dari suara tidak sah ditambah suara dukungan Bajo, dan DPT yang tidak menggunakan hak pilih maka jumlahnya 193.092. Itu artinya, sekitar 46 persen DPT tak memilih Gibran dan hanya ada sekitar 54 persen DPT yang memilihnya.
Ketua Paguyuban Warga Solo Peduli Pemilu Johan Syafaat Mahanani mengatakan kepada reporter Tirto, Jumat (11/12/2020) angka yang didapatkan Gibran ini bukanlah hal yang lumrah. Sebab, Solo merupakan basis PDIP, partai yang mengusung Gibran-Teguh. Terlebih, Gibran putra sang Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga didukung seluruh partai baik non parlemen maupun parlemen kecuali PKS.
“Padahal ini basis kandangnya Pak Jokowi. PDIP mayoritas di sini dan disokong dengan partai-partai yang koalisi Pak Jokowi tapi ternyata hanya dapat 54 persen dari total DPT. Ini pertaruhan namanya, Pak Jokowi” kata Johan.
Dalam sejarahnya, saat Jokowi menjadi Wali Kota Solo 2010-2015 berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo dan diusung PDIP, saat itu angka partisipasi tercatat 71,7% dari 393.703 DPT. Jokowi mendapatkan 248.242 suara atau 90,09 persen dari seluruh suara yang masuk. Sementara pada Pilpres 2019 Jokowi-Ma'ruf meraih 302.004 suara atau 82,23 persen di Kota Solo.
Tingkat partisipasi yang hanya menorehkan 70 persen di Pilkada Solo 2020 dari total DPT menurut Johan juga menandakan mesin partai tidak maksimal bergerak menyumbang suara untuk Gibran. Dengan didukung total ada 8 partai di luar PDIP yakni Gerindra, PAN, Golkar, Nasdem, PKB, Golkar, PPP, dan PSI, harusnya partisipasi masyarakat di tas 80 persen.
“Ini menandakan masyarakat makin cerdas, mereka tidak datang ke TPS karena sudah tahu dan menduga ada sesuatu yang sengaja diatur,” ujar Johan.
Dengan hanya 54 persen suara dari total DPT yang didapatkan Gibran ini, maka menurut Johan, Gibran memiliki pekerjaan rumah yang berat yakni membuktikan kinerjanya untuk meyakinkan 46 persen DPT yang tidak memilihnya.
Direktur Program Prospek Research Center yang juga Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Nunik Nurhayati juga mengatakan hal yang sama. Semakin menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada maka juga akan menurunkan tingkat legitimasi kemenangan satu calon pemimpin daerah.
“Maka tergantung bagaimana ke depan pasangan yang menang bisa memiliki terobosan untuk membuktikan legitimasi dan meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan semua kalangan,” kata Nunik kepada Tirto, Kamis (10/12/2020).
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam Pilkada Solo 2020 sebetulnya sudah diprediksi oleh Nunik. Sebelum pilkada berlangsung ia melakukan survey terhadap 400 responden warga Solo pada 1 sampai 15 November 2020.
“Dari survei hasilnya hanya 65,25 persen responden yang menyatakan akan memilih pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo,” ujar Nunik.
Angka partisipasi masyarakat sebesar 65,25 persen itu menurutnya sangat rendah. Sebab jika dibanding dengan angka partisipasi di tiga Pilkada Solo sebelumnya selalu di atas 65 persen meski trennya cenderung menurun. Seperti pada Pilkada 2005 angka partisipasi 74,91; Pilkada 2010 partisipasinya 71,7 persen lalu 2015 partisipasi 69,87,
Dari total responden tersebut, yang memilih Gibran-Teguh sebesar 62 persen, memilih Bajo 3,25 persen. Sisanya 18,75 persen tidak memilih atau abstain dan 16 persen belum tahu akan memilih siapa.
Akui Tak Penuhi Target
Gibran dan Teguh memberikan pernyataan resmi kepada wartawan pada Rabu (9/12/2020) sore selesai pemungutan suara. Dalam pernyataan resmi mereka yang disiarkan langsung melalui Youtube, mereka mengaku bahwa perolehan suara dan partisipasi masyarakat tidak sesuai target.
“Saya kira target 92 persen dan tingkat kehadiran 80 persen itu pimpinan partai dan tim pemenangan ini mewajibkan untuk seluruh struktur pemenangan bekerja dengan sungguh-sungguh di tengah pandemi. Bila hasilnya sudah maksimal maka ya inilah yang harus kita terima,” kata Teguh.
Saat itu data belum semuanya masuk, Teguh bilang ia masih optimistis angka yang diraih bisa mendekati target. “Paling tidak 89 persen kita nanti bisa peroleh,” tambahnya.
Berbeda dengan Teguh, Gibran dalam kesempatan yang sama menyatakan target angka menurutnya sudah bukan lagi prioritas. Yang terpenting kata dia Pilkada berjalan dengan lancar dan aman.
“Sekarang itu kita tidak bicara angka lagi. yang penting warga Solo sehat semua pilkada berjalan lancar dan aman. Kalau masalah angka belakangan. Saya sudah nothing to lose, menang kalah urusan belakangan,” ujarnya.
Putut Gunawan mengakui bahwa perolehan suara pada Pilkada Kota Solo 2020 tidak sesuai target karena rendahnya tingkat partisipasi pemilih.
"Hasil ini jauh di bawah target yang kami rencanakan, tetapi usaha sekuat apapun akhirnya Allah yang menentukan. Harus diterima dengan rasa syukur, tentu akan dijadikan evaluasi untuk hal-hal teknis," kata Putut seperti dikutip dari Antara.
Ia mengatakan dari evaluasi yang dilakukan oleh timnya, rata-rata tingkat kehadiran pemilih pada pelaksanaan pilkada sebelumnya sekitar 81 persen dan pilgub sekitar 73 persen. Sedangkan pada Pilkada Kota Surakarta saat ini di kisaran 60-65 persen.
Saat ini proses penghitungan suara di Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih terus berlangsung. Berdasarkan data yang diakses di laman resmi KPU pada Minggu (13/12/2020) pukul 21.40 WIB total data yang masuk baru 1.056 TPS atau 85.78 persen dari total 1.231 TPS yang ada. Berdasarkan data tersebut Gibran meraih 193.300 suara atau 86,6 persen sedangkan Bajo memperoleh 29.945 atau 13,4 persen suara.
Baca juga:
- Gibran-Teguh Menang Pilkada Solo Versi Quick Count 2 Lembaga Survei
- Hitung Cepat Unggul Telak, Gibran: Selesai, Tak Ada Kubu-kubuan
- Politik Dinasti di Solo Berlangsung Ratusan Tahun dan Sangat Ruwe
==============
Adendum:
Naskah ini mengalami perubahan pada klaim persentase kemenangan Gibran-Teguh, menjadi 86,13 persen pada Senin (14/12/2020), pukul 14.36 WIB. Sebelumnya tertulis 83,13 persen. Kami memohon maaf atas kekeliruan ini.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Restu Diantina Putri