tirto.id - Sebagai orang tua kadang kita stres ketika nilai rapor anak jelek. Apalagi kalau nilai matematikanya merah, seakan masa depan anak akan gelap. Ini dapat dimaklumi karena orang tua akan dinyatakan berhasil jika dapat mendidik anaknya mencari nafkah sendiri di masa dewasanya nanti. Keberhasilan hidup seseorang memang ditengarai dari kemampuannya mencari nafkah sendiri. Tapi benarkah keberhasilan hidup hanya diukur dari nilai matematika? Dan jika nilai matematika anak rendah, kita sampai tak dapat menahan kekecewaan, marah-marah pada anak yang sepatutnya kita sayangi itu?
H. Gardner (1983) mengajukan model kecerdasan yang ia sebut sebagai multiple intelligence (kecerdasan jamak). Kecerdasan jamak terdiri dari sembilan jenis kecerdasan yang mungkin dimiliki oleh seseorang. Pertama adalah kecerdasan logika-matematika atau reasoning smart. Kecerdasan ini meliputi kemampuan untuk menghitung, memahami proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan permasalahan matematika.
Anak dengan kecerdasan ini mampu melihat hubungan-hubungan dalam konsep, berpikir abstrak, memahami pemikiran simbolis, trampil dalam penalaran sekuensial, memiliki pola pikir induktif dan deduktif. Kecerdasan ini memang kecerdasan yang diagung-agungkan di sekolah, karena dapat menyelesaikan masalah-masalah logika yang rumit. Namun walaupun demikian, andaikan anak Anda tak memiliki kecerdasan ini, akankah Anda berkecil hati? Sebaiknya tidak. Karena masih ada delapan jenis kecerdasan di bawah ini, yang tak kalah hebatnya dan mampu membawa anak-anak kita menuju keberhasilan hidup.
Kecerdasan kedua adalah kecerdasan linguistik atau word smart. Kecerdasan ini meliputi kemampuan untuk berpikir dalam kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna yang kompleks. Kecerdasan Linguistik adalah sebuah kemampuan memahami urutan kata dan merefleksikannya dalam alur bahasa yang nyaman didengar atau dibaca. Anak dengan kecerdasan ini, sejak kecil sudah dapat dilihat dari kepandaiannya dalam berbicara, bercerita secara runtut dan menyampaikan pemikirannya secara menarik.
Jika memiliki anak dengan kecerdasan linguistik, maka kita harus menstimulasi mereka dengan acara-acara televisi berisi orang-orang yang berbicara dengan gaya menarik dan berbobot. Anak juga harus kita memberikan banyak bacaan agar kemampuan menyampaikan pemikiran secara runtut makin terlatih. Ketika anak sudah dewasa, mereka berpotensi menjadi penyiar televisi, presenter, pembicara, guru, dosen, motivator, novelis, jurnalis, hingga penyair.
Selanjutnya kecerdasan keempat adalah kecerdasan spasial atau picture smart. Kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk berpikir dalam tiga dimensi, yaitu daya khayal ruang bidang, penalaran spasial, manipulasi gambar, keterampilan grafis dan seni. Seseorang dengan kecerdasan seperti ini sejak kecil terlihat suka menggambar dan suka prakarya yang membentuk benda atau bangunan.
Guna mempertajam kecerdasannya, orang tua diharapkan memfasilitasi anak dengan peralatan menggambar, peralatan prakarya, dan software desain grafis. Selain itu juga menyuguhi anak dengan media gambar atau seni dan mengajak mereka mengunjungi pameran seni. Ketika dewasa maka mereka berpotensi menjadi pelukis, pematung, desain grafis, desain interior dan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan imajinasi ruang dan gambar.
Kecerdasan keempat adalah kecerdasan musik atau music smart, yaitu kapasitas seseorang dalam membedakan nada, ritme dan timbre. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk mengenali, menciptakan, mereproduksi dan merenungkan musik sebagaimana ditunjukkan oleh komposer, dirigen, musisi, penyanyi dan penggemar musik. Kecerdasan ini terlihat sejak kecil ketika anak suka menyanyi atau ingin memainkan alat musik. Ketertarikan anak dalam memainkan alat musik hanya akan terlihat jika di lingkungannya tersedia alat musik.
Untuk mengekspos kecerdasan musik dalam anak, maka orang tua dituntut untuk memberikan berbagai stimulus, seperti memperkenalkan alat-alat musik, memberikan bacaan musik, membimbing browsing internet mengenai topik musik, dan menunjukkan video-video musik. Anak dengan Kecerdasan Musik dan dukungan fasilitas dari orang tuanya akan berpotensi menjadi komposer, musisi, atau penyanyi yang akan mampu mengukir karir dan kemandirian hidup.
Kecerdasan kelima adalah kecerdasan kinestetik atau body smart, yaitu kapasitas seseorang dalam memanipulasi obyek dan menggunakan berbagai macam kemampuan fisik. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan pada timing dan kesempurnaan fisik melalui sinergi pikiran tubuh. Seseorang dengan kecerdasan ini sejak kecil suka bergerak, berprestasi dalam kegiatan olah raga, atau menonjol ketika menari. Fisiknya kuat, bentuk tubuhnya gagah, tangkas, atau bisa juga lemah lembut.
Anak seperti ini butuh stimulus lingkungan dari orang tuanya. Misalnya jika anak kuat perkasa, maka mereka butuh latihan olah raga yang fokus pada kekuatan. Jika anak tangkas, maka mereka butuh latihan olah raga yang menuntut ketangkasan. Jika anak lemah lembut dan luwes, maka mereka butuh latihan menari. Selain latihan, anak juga tetap membutuhkan bacaan dari buku atau internet mengenai olah raga atau seni menari. Jika kecerdasan anak ini didukung oleh orang tuanya, maka saat dewasa nanti mereka berpotensi menjadi olahragawan ternama atau penari terkenal.
Selanjutnya kecerdasan keenam adalah kecerdasan naturalis atau nature smart, yaitu kapasitas seseorang untuk memahami alam, manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda alam, dan gejala-gejala alam. Kecerdasan ini sangat penting karena kepekaan seseorang terhadap alam akan membantu lingkungannya dalam mengantisipasi berbagai peristiwa alam yang terjadi. Kecerdasan ini akan nampak pada seseorang sejak mereka masih kecil, yaitu dari minatnya terhadap binatang, tanaman, maupun benda-benda alam. Ia suka bercocok tanam, atau memelihara hewan, atau ingin turut melayani orang sakit.
Kecerdasan ini akan terasah ketika anak diperkenalkan pada alam dengan segala isinya. Ketika ia dewasa nanti, ia akan menjadi ahli pertanian, dokter, dokter hewan, geolog, pakar gunung berapi, atau pakar gempa. Kepekaannya pada gejala alam yang akan membuatnya berhasil meniti karir dalam menjaga lingkungan dan sekitarnya.
Ketujuh adalah kecerdasan interpersonal atau people smart, yaitu kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Kemampuan ini melibatkan kemampuan komunikasi verbal dan non-verbal, kemampuan mengamati dan memaknai perilaku orang lain, peka terhadap mood dan temperamen orang lain, dan kemampuan untuk membuat orang lain gembira. Sejak kecil, anak dengan kecerdasan interpersonal senang bergaul, punya banyak teman, dan disukai.
Jika Anda memiliki anak dengan kecerdasan seperti ini, janganlah melarang mereka bermain dan bergaul. Karena dari sanalah nanti sumber nafkah mereka. Semakin diasah kemampuannya bergaul, semakin meningkat kemampuannya untuk membentuk networking. Ketika dewasa ia bisa menjadi apa saja karena ia mampu membawa diri dan mendapatkan posisi yang baik di antara orang lain. Kecerdasan inilah yang juga akan mengantarkan anak untuk nantinya menjadi seorang pemimpin.
Kecerdasan kedelapan adalah kecerdasan intra-personal atau self smart, yaitu kapasitas untuk memahami diri sendiri, memahami pemikiran dan perasaan diri, dan kemampuan menggunakan kecerdasan itu untuk menyusun rencana dan arah hidup. Anak dengan kecerdasan ini suka menyendiri dan melamun. Jika difasilitasi ia mungkin akan banyak menulis. Biasanya memiliki anak seperti ini membuat orang tua cemas karena anaknya tidak pandai bergaul dan justru suka menyendiri apalagi melamun. Asalkan anak tidak pernah mengalami trauma hidup sebelumnya, maka Anda tidak perlu khawatir. Karena kemungkinan anak Anda adalah seorang pemikir dan perenung.
Guna meningkatkan kecerdasannya, sedapat mungkin Anda menyediakan banyak informasi di sekelilingnya. Seperti misalnya memberikan buku, bacaan, dan akses internet, sehingga kecerdasan anak terasah dari apa yang dia baca dan lihat di dunia ini. Ketika dewasa, ia akan berpotensi menjadi filsuf, peneliti, motivator, atau jika ia memiliki kecerdasan linguistik, ia juga bisa menjadi novelis terkemuka.
Kecerdasan yang terakhir, kecerdasan kesembilan adalah kecerdasan eksistensial. Beberapa orang menyebut kecerdasan ini sebagai kecerdasan spiritual walaupun Gardner menolak istilah ini. Orang dengan kecerdasan eksistensial memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mempersoalkan keberadaan manusia, arti hidup, kematian dan proses semesta ini. Seperti Kecerdasan intra-personal, anak dengan kecerdasan ini juga banyak merenung dan senang membaca, sehingga harus difasilitasi dengan berbagai bacaan. Ketika dewasa ia berpotensi menjadi filsuf, pemuka agama, atau ilmuwan.
Dari kesembilan kecerdasan di atas, manusia bisa dikaruniai lebih dari satu kecerdasan. Semakin banyak kombinasi kecerdasan pada anak maka semakin besar pula potensi mereka untuk menjadi sukses di masa depan. Namun bagaimana jika anak Anda hanya dikaruniai satu kecerdasan saja? Jika Anda dapat tekun memupuk kecerdasan mereka, menyediakan kebutuhan mereka dengan maksimal semampu Anda, dan selalu mendampingi maupun menyayangi mereka dengan cinta kasih, mereka akan mampu mencari nafkah dari hal-hal yang dicintainya dan mendapatkan kehidupan dewasa yang bahagia.
*) Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.