Menuju konten utama

Megawati Dinilai Masih Punya Kekuatan untuk Menekan Jokowi Lagi

Dedi Kurnia mengatakan, Ketua Umum PDIP Megawati memiliki kekuatan untuk menekan Presiden Jokowi lagi.

Megawati Dinilai Masih Punya Kekuatan untuk Menekan Jokowi Lagi
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan keterangan pers saat penutupan Kongres V PDI Perjuangan di Sanur, Denpasar, Bali, Sabtu (10/8/2019). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nz.

tirto.id - Direktur Eksekutif Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, Megawati Soekarnoputri memiliki kekuatan untuk menekan Presiden Joko Widodo (Jokowi) lagi, menyusul terpilihnya kembali sebagai Ketua Umum PDIP.

"Soal beban politik pada Jokowi, tentu akan berlangsung sama seperti 5 tahun lalu, di mana Jokowi hanya dianggap petugas partai oleh PDIP. Megawati punya dua hal penting menekan Jokowi. Pertama ia adalah ketum parpol di mana Jokowi bernaung, kedua PDIP merupakan kontributor terbesar atas kemenangan Jokowi," terang dia kepada wartawan Tirto, Senin (13/8/2019).

Apalagi, kata dia, pada Kongres kemarin PDIP meminta jatah menteri paling banyak. Selain itu, PDIP juga menang mutlak di parlemen dengan perolehan 125 kursi.

"Keputusan-keputusan pembagian kekuasaan harus tunduk pada Megawati, dan Jokowi pun sudah mengkonfirmasi, bahwa PDIP dijanjikan mendapat porsi sesuai permintaan Megawati," papar dia.

Menurut dia, langkah Megawati menggandeng Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto juga untuk meredam langkah Jokowi di parlemen, apalagi hubungan dengan Nasdem dinilai kurang baik.

"Itu sudah terbaca oleh Megawati makanya ia intens menggandeng Prabowo, dengan harapan Gerindra, meskipun tidak bergabung dalam koalisi, setidaknya mendukung dalam kebijakan parlemen. Tentu ini tawar menawar yang saat ini sedang dilakukan," kata dia.

Ia mengatakan, beda cerita jika mitra koalisi solid hingga pemerintahan berlangsung, maka potensi PDIP menguasai seluruh kebijakan parlemen mudah terimplementasi. Dedi menjelaskan, dalam konstelasi politik stigma soal tidak menyukai Jokowi karena ada Megawati di belakangnya tidak benar.

"Tidak ada itu semua menyukai Jokowi meskipun ada seribu Megawati di belakangnya, selama kepentingan politiknya terdistribusi dengan baik. Stigma soal ketidaksukaan pada Jokowi yang didukung Megawati muncul di pikiran publik, tetapi mencari parpol yang berpihak pada publik hari ini sangat sulit sekali. Bagaimana pun, Megawati punya bargaining politik yang sangat kuat, selain berhasil memenangi Pemilu, PDIP juga memenangi Pilpres," terang dia.

Lebih lanjut, ia menjelaskan Jokowi perlu berhati-hati untuk menjaga koalisinya tetap harmonis. Perlu ada bahasan-bahasan khusus untuk para pendukungnya baik oposisi maupun partai koalisi bisa tunduk dan bekerja sama selama lima tahun ke depan.

"Yang merusak hubungan antar parpol, adalah adanya tawaran yang tidak terpenuhi, semisal PDIP tidak mengakomodir kepentingan mitra koalisi, lalu kekecewaan itu berbuah keputusan hengkang dari posisi ke oposisi. Selama antar kepentingan tercapai, maka relasi politik itu akan berjalan dinamis dan bisa dikendalikan," jelas dia.

Baca juga artikel terkait PDIP atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Politik
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto