Menuju konten utama

Masalah Kepa dan Sarri: Bukan Sekadar Salah Paham, Tapi Aib

Bagi Chris Sutton dan John Terry, yang terjadi antara Kepa dan Sarri di final Carabao Cup lebih dari sekadar kesalahpahaman. Ini sulit dimaafkan, meski tak melanggar aturan.

Masalah Kepa dan Sarri: Bukan Sekadar Salah Paham, Tapi Aib
Kepa Arrizabalaga setelah menghentikan tembakan dari Leroy Sane dari Manchester City selama adu penalti di akhir pertandingan final Piala Liga Inggris antara Chelsea dan Manchester City di stadion Wembley di London, Inggris, Minggu, 24 Februari 2019. Tim Ireland / AP

tirto.id - Pertandingan final Carabao Cup antara Chelsea vs Manchester City, Senin (25/2/2019) dini hari tinggal beberapa detik sebelum memasuki adu penalti. Pelatih the Blues, Maurizio Sarri, melihat penjaga gawang andalannya, Kepa Arrizabalaga harus diganti demi menjamin skuatnya bugar saat maju ke babak tos-tosan.

Selama hampir 120 menit pertandingan, Kepa sudah dua kali mengalami kram dan mendapat perawatan dari tim medis. Maka Sarri pun telah mempersiapkan Willy Caballero untuk masuk sebagai pengganti. Wasit keempat kemudian mengangkat papan tanda pergantian.

Namun, Kepa tiba-tiba menolak diganti. Dia bersikukuh masih layak bermain dan akan melanjutkan sampai babak adu penalti selesai.

Pergantian batal terjadi. Hal itu lantas membuat Sarri naik pitam. Dia meracau dengan gestur keras sambil berkata "keluar kau, keluar," membanting seluruh benda di tangannya ke kursi, dan bahkan nyaris meninggalkan lapangan pertandingan.

Niatan untuk pergi dari stadion akhirnya tak terlaksana karena Sarri mendapat peringatan dari wasit Jon Moss dan orang-orang di sekitarnya bahwa pergi meninggalkan lokasi pertandingan bisa jadi hal buruk.

Wasit Tidak Salah dan Kepa Sah

Kepa sebenarnya tidak melanggar aturan. Meski pelatih berhak menggantinya, sebagai pemain dia juga punya hak untuk melakukan penolakan dan tetap melanjutkan laga. Hal ini bahkan dijamin dalam aturan federasi sepakbola Inggris, FA.

Dalam Law 3 FA, disebutkan bahwa apabila pemain yang digantikan menolak untuk meninggalkan lapangan, pertandingan tetap harus berlanjut dan tidak boleh ada pergantian.

Aturan ini juga dibenarkan mantan wasit profesional Liga Inggris, Peter Walton. Dalam artikelnya di The Times, Walton menyebut bahwa memastikan pergantian pemain benar-benar terjadi bukanlah kewajiban wasit. Seorang wasit hanya diwajibkan untuk menjamin sebuah pergantian pemain berjalan tanpa gangguan.

"Tidak ada yang bisa dilakukan seorang wasit sebagaimana kewajiban seorang pelatih dalam tim--dalam kasus ini Maurizio Sarri dan Chelsea--untuk menjamin pergantian benar-benar terjadi," tulis Walton.

Walton bahkan memuji kinerja wasit Jon Moss dalam menyikapi situasi tersebut. Menurutnya, cara Moss tetap tenang dan berdialog dengan Kepa maupun Sarri tanpa memperkeruh suasana adalah tindakan tepat.

Walton juga memperjelas bahwa penggunaan papan elektronik oleh wasit cadangan tidak disifatkan sebagai perintah. Menurutnya, tujuan utama dari pengangkatan papan elektronik hanya sebatas menginformasikan, bukan memaksa pergantian harus terjadi.

"Sebenarnya papan itu murni untuk berkomunikasi agar semua orang tahu akan ada pergantian. Itu sama sekali tak mempengaruhi aturan pertandingan. Sekadar dimaksudkan agar pergantian berlangsung lebih cepat," imbuhnya.

Lebih dari Sekadar Salah Paham

Chelsea akhirnya kalah adu penalti dalam duel tersebut. Kepa gagal membendung sepakan empat dari lima pemain City yang mengarah ke gawangnya. Di saat bersamaan, dari lima penendang Chelsea, dua di antaranya (David Luiz dan Luiz Frello) gagal. Skor 3-4 dan Manchester City yang jadi juara Carabao Cup.

Sadar timnya kalah, usai pertandingan Sarri dan Kepa sama-sama membuat pernyataan guna mendinginkan ketegangan.

"Saya tidak bermaksud tak menurut atau sebagainya terhadap pelatih. Hanya saja, itu kesalahpahaman, karena saya dua kali didatangi tim medis dan dia berpikir saya tidak bisa melanjutkan pertandingan," ujar Kepa seperti dilansir ESPN.

"Perlu dua atau tiga menit kebingungan sampai tim medis menuju bangku cadangan dan menjelaskan semuanya kepada pelatih. Ya, itu adalah kesalahpahaman. Karena saya merasa bisa melanjutkan, dan--secara fundamental--saya cuma ingin mengatakan bahwa saya baik-baik saja," imbuhnya.

Komentar Sarri tidak beda jauh. Dia hanya berujar, "saya ingin Caballero masuk karena takut dengan kram yang dia [Kepa] alami, tapi dokter kemudian menjelaskan itu bukan kram. Dia tahu saya ingin pergantian cuma karena masalah fisiknya dan dia berkata tidak ada permasalahan fisik. Dan dia benar," kata Sarri.

Namun, terlepas dari pengakuan pelatih dan si pemain soal kesalahpahaman, pengamat sepakbola Inggris, Chris Sutton menyebut apa yang terjadi di final Carabao Cup lebih dari sekadar kesalahpahaman. Kejadian tersebut bahkan sudah dipandang Sutton sebagai aib. Menurutnya, Sarri harus tegas dan memberi sanksi berat bagi si pemain.

"Harusnya Kepa tidak pernah bermain untuk Chelsea lagi. Dia adalah aib. Jika saya jadi Sarri, saya akan benar-benar pergi dari lapangan," ungkapnya saat siaran di BBC 5 Live Sport.

Hal lain yang disayangkan Sutton adalah tindakan para pemain Chelsea terkesan tidak menekan si penjaga gawang untuk mendengarkan kemauan pelatih. Dalam rekaman video pertandingan, hanya David Luiz yang terlihat mendekati Kepa untuk mempersuasi si pemain agar mengindahkan instruksi Sarri.

"Bagaimana perasaan Willy Caballero setelah itu? Bagaimana dia bisa berlatih dengan Kepa lagi? Bagaimana Sarri bisa kembali berdiri di ruang ganti untuk memerintah para pemain dan berharap mereka mendengarkannya? Tidak ada jalan kembali untuk Kepa," tandasnya.

Senada dengan Sutton, menurut legenda Chelsea, John Terry, Sarri harus mulai melakukan 'sesuatu' terhadap pemainnya untuk mengembalikan kewibawaan sebagai sorang pelatih.

"Jika saya berada di sana [ruang ganti pemain], saya akan berharap pelatih mendatangi saya dan mengatakan semua sejujur-jujurnya," ungkap Terry.

Ketimbang menekan Sarri, Terry lebih banyak mengecam sikap yang ditunjukkan Kepa Arrizabalaga.

Dia sadar betul bahwa Kepa punya ambisi besar membawa Chelsea menang, terlebih beberapa hari sebelumnya gawang kiper asal Spanyol itu enam kali dibobol pemain-pemain City dalam sebuah duel di Liga Inggris.

Namun, menurut Terry, obsesi tersebut tidak lantas menghalalkan seorang pemain untuk boleh melawan tindakan seorang pelatih. Dia juga menyerang dalih Kepa soal 'tidak cedera'.

Bagi Terry, cedera atau tidaknya seorang pemain tidak lantas menggugurkan kewajibannya untuk mengikuti instruksi pelatih.

"Ketika papan sudah diangkat, Anda harus keluar lapangan dan menunjukkan hormat. Saya tahu, dicadangkan adalah hal terakhir yang diinginkan setiap pesepakbola, tapi seharusnya protes terhadap itu dilakukan setelah pertandingan," tandasnya.

Baca juga artikel terkait PIALA LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Mufti Sholih