tirto.id - Setelah kalah 0-2 dari Manchester United dalam gelaran Piala FA Selasa (19/2/19) lalu, Maurizio Sarri, pelatih Chelsea, langsung dihajar bertubi-tubi: fans terang-terangan mengaku muak dengan filosofi “Sarri-ball”, divonis keras kepala oleh sejumlah pandit sepakbola Inggris, dan pukulan yang paling buruk, dia juga terancam dipecat.
Namun Sarri ternyata tidak langsung ambruk setelah mendapatkan perlakuan semacam itu.
Alyson Rudd, dalam salah satu tulisannya diThe Times, menulis: “dia [Sarri] tahu bahwa pekerjaannya sudah berada di tepi jurang pemecatan, dia tahu bahwa klub berharap lebih, tetapi dia tidak terlalu tertarik untuk menjadi pelatih Chelsea yang berkiblat pada pragmatisme dan selalu mengandalkan uang untuk belanja besar-besaran.”
Rudd tak salah. Sarri adalah seorang pelatih filosofis, seperti Johan Cruyff juga Josep Guardiola. Maksudnya, saat Plan A tidak mampu bekerja maksimal, ia tidak akan beralih ke Plan B. Sarri hanya mempunyai satu pilihan: terus menggunakan Plan A hingga rencananya itu dapat bekerja seperti yang ia bayangkan di kepala.
Setidaknya catatan statistik bisa menjadi bukti bahwa Sarri tak pernah bergeser dari Plan A. Selain hampir selalu bermain dengan formasi 4-3-3, Sarri juga amat jarang mengubah susunan pemain intinya.
Di Premier League, sejauh ini ada tujuh pemain Chelsea yang sudah bermain lebih dari 2.000 menit, salah satu yang terbanyak di antara tim-tim lain.
Tujuh pemain tersebut adalah César Azpilicueta, Eden Hazard, N’golo Kanté, David Luiz, Antonio Rüdiger, Marcos Alonso, serta Jorginho.
Sayangnya, tidak semua pemain andalan Chelsea itu mau bersusah payah untuk memahami Plan A Sarri. Eden Hazard, bintang Chelsea, adalah salah satunya. Buktinya pada Januari lalu, Sarri secara terang-terangan mengkritik kinerja pemain asal Belgia tersebut.
“Aku pikir ia [Hazard] harus bekerja lebih keras, karena potensinya jauh lebih tinggi daripada penampilannya sekarang ini. Pertama-tama ia harus menghargai dirinya sendiri. Anda pasti tahu betul bahwa Eden adalah pemain yang luar biasa tapi ia begitu egois.”
Dua Wajah Hazard
Kritik Sarri itu cukup beralasan. Dalam sistem permainannya, Hazard seakan memiliki dua sisi berlawanan. Di satu sisi, saat “Sarri-ball” mentok, kemampuan ajaib Hazard seringkali menyelamatkan Chelsea dari hari buruk: ia sudah mencetak 12 gol dan mencatatkan 10 assist di Premier League. Tapi di sisi lainnya, Hazard juga tak jarang menjadi biang kerok dari setiap kekalahan yang diderita Chelsea.
Saat Chelsea kalah 0-6 dari Manchester City, dalam analisisnya di Telegraph, JJ. Bull berpendapat bahwa Hazard adalah mimpi buruk dalam sistem pertahanan tim. Selain tidak mau melakukan counter-pressing, ia juga malas melakukan track-back. Karenanya, pertahanan Chelsea terlihat amburadul.
Dalam proses gol pertama City, Hazard, yang bermain sebagai penyerang sebelah kiri, mengabaikan instruksi Marcos Alonso untuk menjaga Bernardo Silva.
Sebelum City melakukan tembakan bebas, Alonso bergerak ke dalam untuk menutup jalur umpan ke arah Sergio Agüero. Ia lantas menyuruh Hazard untuk menjaga Bernardo yang berada di sisi lapangan, tapi Hazard telat melakukannya.
Setelah itu, Hazard lagi-lagi melakukan kesalahan dalam bertahan. Kevin de Bruyne, gelandang City, berhasil masuk ke dalam kotak penalti Chelsea, tinggal berhadapan dengan David Luiz dan Alonso. David Luiz kemudian mencoba menutup de Bruyne, sementara Alonso menjaga Aguero.
Tetapi, sadar bahwa Bernardo dalam posisi terbuka, Alonso beralih menjaga Bernardo. De Bruyne pun langsung mengumpan ke arah Aguero.
Beruntungnya tembakan Aguero melebar, dan momen berbahaya itu tak akan terjadi seandainya Hazard, yang berada di dekat Bernardo, mau mengawasi pergerakan gelandang asal Portugal tersebut.
Gol ketiga City memang terjadi karena blunder yang dilakukan Ross Barkley. Tetapi sekali lagi, gol itu sebetulnya dimulai dari kesalahan Hazard. Karena Hazard abai dalam menjaga Bernardo, David Luiz terpaksa melakukan pelanggaran terhadap Aguero yang sudah bersiap mengirim umpan terobosan ke arah Bernardo.
City mendapatkan tendangan bebas, dan dari tendangan bebas itulah Barkley kemudian melakukan blunder.
Mencadangkan Hazard?
Lantas, apakah Sarri akan mencadangkan Hazard saat Chelsea kembali bertemu City dalam pertandingan final Carabao Cup Minggu (24/2/19) nanti?
Mengingat pertandingan tersebut sangat penting bagi masa depan Sarri, mantan pelatih Napoli tersebut sebaiknya tetap mengandalkan Eden Hazard. Bagaimanapun, ia adalah pemain terbaik yang dimiliki Sarri saat ini.
Meski begitu, daripada memainkannya di sisi kiri lini serang, Hazard bisa dimainkan sebagai penyerang tengah. Itu artinya, Gonzalo Higuaín harus memulai laga di bangku cadangan.
Dengan memainkan Hazard sebagai penyerang tengah, Chelsea akan mempunyai beberapa keuntungan. Pertama, kecepatan Hazard bisa dimanfaatkan untuk melawan garis tinggi pertahanan Chelsea. Kedua, Sarri bisa memainkan Willian di sisi kiri lini serang Chelsea, sehingga bisa mempermudah Alonso dalam bertahan.
Dan ketiga, pada 8 Desember 2018 lalu, pendekatan ini pernah menjadi kunci kemenangan Chelsea atas City–saat itu Chelsea menang 2-0 dan Hazard mencatatkan dua assist.
Editor: Rio Apinino