Menuju konten utama

Turunnya Performa Chelsea & Kegagalan Menerapkan Sarri-ball

Krisis yang dirasakan Chelsea dan sikap Maurizio Sarri mempertahankan Sarri-ball bisa membuat pemecatan sang pelatih asal Italia.

Turunnya Performa Chelsea & Kegagalan Menerapkan Sarri-ball
Maurizio Sarri memegang baju tim Chelsea di stadion Stamford Bridge di London, Rabu (18/7/2018). AP Photo / Kirsty Wigglesworth

tirto.id - Maurizio Sarri yang ditunjuk Chelsea menggantikan Antonio Conte sejak awal musim ini, belum dapat memberi efek positif ke dalam permainan tim. Puncaknya adalah kekalahan 6-0 atas Manchester City di stadion Etihad pada Minggu (10/2/2019). Apakah Sarri-ball tidak bisa diterapkan di klub London tersebut?

Kekalahan Chelsea atas Manchester City melengkapi rangkaian hasil buruk yang diperoleh tim di kandang lawan. Dari 12 kali kunjungan tandang di Liga Inggris, The Blues hanya mencatat 7 kemenangan, sekali seri, dan 5 kali tumbang. Sejak tahun 2019 dimulai, Chelseatercatat 4 kali terlibat dalam partai away, semunya berakhir dengan kekalahan, tanpa mencetak sebiji gol pun.

Partai Tandang yang Gagal dan Sarri-ball

Bahkan, saat berkunjung ke Stadion Vitality, markas Bournemouth yang merupakan tim papan tengah Liga Inggris, gawang Kepa Arizzabalaga diberondong 4 gol oleh armada Eddie Howe. Padahal, berdasarkan statistik Whoscored, Chelsea merupakan tim dengan rerata penguasaan bola tertinggi ke-2 di Liga Inggris, 61%, dan menciptakan rerata 15,6 tembakan perlaga.

Gaya permainan Sarri, yang mengutamakan penguasaan bola, disebut Jamie Carragher, pandit diSkysport, sebagai penyebab utama buruknya performa Chelsea. Pasalnya, The Blues tidak memiliki pemain ideal untuk mendukung gaya tersebut.

"Ada pembicaraan bahwa dengan Sarri-ball mereka [Chelsea] ingin [menerapkan] tekanan sejak garis pertahanan lawan. Tidak ada yang salah dengan itu. Tapi dia tidak punya pemain untuk melakukannya. Eden Hazard berusia 28, Olivier Giroud, Pedro, Willian dan Gonzalo Higuain semuanya berusia di atas 30. Mereka tidak bisa melakukannya," terangnya.

Chelsea Rasa Arsenal

Jamie Carragher, kemudian mengumpamakan kondisi Chelsea saat ini dengan yang terjadi di Arsenal, setelah kehilangan sejumlah pemain kunci di akhir era kepemimpinan Arsene Wenger.

Menurut legenda Liverpool itu, kegagalan Arsene Wenger terjadi karena ia tidak memiliki pemain yang dapat menerapkan strategi yang di inginkan di atas lapangan. Hingga akhirnya, Wenger yang tetap keras kepala dengan gaya sepakbolanya gagal memertahankan tradisi untuk selalu tampil di Liga Champions.

Carragher menegaskan, "Saya bertahan pada komentar saya [yang sebelumnya] tentang Sarri yang mengubah Chelsea menjadi Arsenal. Alasan saya mengatakan itu adalah dalam beberapa tahun terakhir, Arsenal telah terguling dalam pertandingan-pertandingan besar. Ada 8-2 di Manchester United, 6-0 melawan Chelsea, 5-1 [melawan Liverpool] di Anfield.

"Apa yang kita lihat dari Chelsea sekarang sangat mirip. [tim] Ini bukan hanya kalah dalam big match, tetapi mereka [juga] kehilangan identitas. Dalam dua setengah bulan terakhir, Chelsea mungkin mengalami empat penampilan tandang terburuk yang pernah mereka alami di Liga Premier,” tambahnya, seperti dikutip Sky Sport.

Simpati Pep dan Ketidaksabaran Abramovich

Pep Guardiola pun turut mengomentari situasi yang dihadapi oleh Maurizio Sarri, sebagai sesama pelatih sepak bola. Menurutnya, juru taktik tidak bisa diukur hanya dari tahun pertama saja. Pep sendiri tidak bisa langsung juara bersama Manchester City. Gelar baru datang pada musim kedua.

"Orang-orang tidak mengerti betapa sulitnya tahun pertama. Musim pertama saya di sini sangat sulit. Orang-orang berpikir jika Anda membeli pemain, Anda bisa langsung cocok dan menang, tetapi Anda perlu waktu. Itu hanya tergantung pada kepercayaan pemiliknya,” kata Guardiola seperti dikutip Guardian.

Namun, Jonathan Wilson dai Guardian lebih pedas lagi mengkritik kekalahan Chelsea dari Manchester City, yang menjadi kekalahan terbesar Chelsea sejak era Premier League. Menurutnya, The Blues harus mengubah rencana jangka panjangnya, dengan mencopot Maurizio Sarri dari kursi manajer.

Wilson menegaskan, situasi yang dialami Guardiola dan Sarri tidak sebanding. Katanya, "Guardiola tiba di City setelah memenangkan enam gelar liga dan dua Liga Champions. Dia terbukti sebagai juara; [sementara] Sarri tidak pernah memenangkan apapun."

Phil McNulty dariBBCmengkritik taktik Maurizio Sarri, yang lebih memilih Jorginho sebagai pemain jangkar Chelsea ketimbang N’Golo Kante. Pemain yang diboyong Sarri dari Napoli itu nyatanya tak mampu berbuat banyak. Ia yang bertugas sebagai pemain pertama yang memutus alur serangan lawan, terlalu mudah dilewati pemain-pemain City untuk memberi umpan ke Sergio Aguero.

McNulty juga menegaskan, tradisi di Chelsea berbeda dengan Manchester City. Selama ini Roman Abramovich dikenal sebagai sosok yang tidak cukup sabar melihat masa transisi The Blues. Ia menerangkan, "Sejarah menunjukkan bahwa ketika pasukan Chelsea terputus dari ide para manajer, maka bakal sulit, bahkan mustahil untuk kembali. Jose Mourinho, [Luiz Felipe] Scolari dan [Andre] Villas-Boas dapat bercerita soal itu.

"Guardiola bersimpati kepada sosok yang dihormatinya sembari mengingatkan penderitaannya pada musim pertama di Manchester City. Dia jelas berharap Chelsea dan Abramovich akan menunjukkan kepercayaan dan kesabaran [kepada Sarri],” tulis McNulty.

Lantas, akankah Maurizio Sarri mampu mengangkat performa Chelsea dan memertahankan posisinya di kursi manajer The Blues, atau sang Italiano akan menambah daftar panjang nama-nama yang didepak Roman Abramovic?

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Permadi Suntama

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Permadi Suntama
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Fitra Firdaus