Menuju konten utama

Maryam Mirzakhani, Jenius Iran yang Terasingkan

Maryam Mirzakhani adalah salah satu perempuan paling cerdas di Iran. Sumbangannya dianggap sangat penting bagi perkembangan sains dunia.

Maryam Mirzakhani, Jenius Iran yang Terasingkan
Maryam Mirzakani menuliskan rumus matematika di papan tulis sebuah kelas. FOTO/Youtube

tirto.id - Pada Februari 1998, sebuah bis mengalami kecelakaan fatal dan masuk ke jurang. Bus itu membawa tim matematika dari Universitas Sahrif Tehran pulang dari sebuah kompetisi di bagian barat kota Ahwas. Tujuh orang penumpang dari tim matematika yang brilian, beserta dua supir yang ada dalam bus, tewas. Salah seorang penyintas kecelakaan, Maryam Mirzakhani, selamat dari kecelakaan dan menjalani hidupnya sebagai salah satu manusia terjenius dalam bidang matematika dunia.

Pada Sabtu 15 Juli 2017, Maryam Mirzakhani meninggal dunia karena kanker payudara. Penyakit itu telah merambat hingga ke tulangnya. Matematikawan kelahiran Tehran berusia 40 tahun itu telah berjuang melawan kanker sejak didiagnosa pada 2013. Maryam Mirzakhani wafat meninggalkan seorang anak perempuan, hasil pernikahannya dengan Ilmuan asal Cheko, Jan Vondrak.

Banyak matematikawan dan ilmuwan dunia mengungkapkan bela sungkawa atas kematian Maryam yang dianggap memberi sumbangan penting bagi dunia sains. Dia meninggal hanya tiga tahun setelah menerima penghargaan Fields Medal di bidang matematika pada 2014, di Seoul, Korea Selatan.

Fields Medal adalah penghargaan yang sangat bergengsi dan berharga yang bisa diterima oleh matematikawan. Penghargaan ini pertama kali diberikan pada 1936. Penghargaan ini diberikan kepada para matematikawan yang dianggap penting yang masih berusia di bawah 40 tahun. Pemberiannya biasanya bersamaan dengan kongres internasional para matematikawan sedunia atau International Mathematical Union.

Maryam menerima penghargaan ini atas hasil kajiannya terhadap geometri kompleks dan sistem dinamis. Marya menekuni geometri Permukaan Riemann dan ruang moduli yang menjembatani berbagai disiplin matematika seperti geometri hiperbolik, analisis kompleks, topologi, dan dinamika, sekaligus memberikan pengaruh terhadapnya. Temuannya pada 2014 dianggap punya pengaruh dalam sistem dinamik.

Permukaan Riemann adalah istilah matematika yang diberikan kepada matematikawan abad ke 19, Bernhard Riemann, yang pertama kali memahami pentingnya permukaan abstrak, sebagai perbandingan terhadap permukaan konkret dalam ruang ambien.

Dalam sebuah kesempatan Maryam agak kesulitan menjelaskan apa yang sebenarnya ia lakukan. Ia menyebut apa yang ia kerjakan dengan kalimat metaforik “seperti tersesat di hutan dan berusaha menggunakan seluruh pengetahuan yang kamu kumpulkan untuk mencari jalan keluar, dan jika kamu beruntung maka kamu akan menemukannya”. Atas dedikasinya terhadap matematika ia kemudian diangkat menjadi Profesor bidang matematika di Universitas Stanford pada 2008.

infografik maryam mirzakhani

Kemenangan Maryam dirayakan secara besar-besaran. Presiden Iran, Hassan Rouhani bahkan mengambil risiko mendapat kritik dari kelompok konservatif di negaranya dengan mengucapkan selamat. Ucapan ini diberikan Hassan Rouhani dengan menyertakan dua foto Maryam Mirzakhani -- salah satunya foto tanpa hijab. Di bawah hukum Iran, perempuan diwajibkan menggunakan penutup aurat dari kepala hingga kaki di ruang publik.

Meski presiden Iran saat itu telah mengucapkan selamat secara terbuka, media lokal di Iran kesulitan memberitakan pencapaian Maryam. Iran beberapa kali mendapatkan pemberitaan negatif karena urusan hijab ini, seperti saat Nasrin Sotoudeh mendapatkan tambahan lima hari di penjara karena mengunggah video dirinya tanpa hijab, sementara artis Iran lainnya Marzieh Vafamehr juga dihukum karena tampil dalam film tanpa hijab. Media yang dikelola pemerintah Iran harus melakukan edit terhadap fotonya agar bisa memberikan penutup di kepala, sementara media reformis Shargh mempublikasikan sketsa wajah tanpa hijab.

Dalam artikel yang ditulis Saeed Kamali Dehghan di The Guardian, kemenangan Mirzakhani membangkitkan perdebatan tentang mundurnya dunia intelektual Iran dan eksodus besar-besaran ilmuwan ke Barat, terutama ke Amerika Serikat dan Kanada. Setidaknya ada tiga orang peraih mendali emas matematika tingkat dunia asal Iran pergi ke Amerika Serikat untuk memperoleh iklim intelektual lebih baik.

Salah seorang rekan Mirzakhani adalah Roya Beheshti Zavareh. Dia profesor matematika bergelar PhD dari MIT. Berdasarkan data resmi pemerintah, lebih dari 70 persen peraih medali olimpiade dalam bidang matematika dan fisika telah pergi dari Iran dan sebagian bekerja untuk universitas di Amerika Serikat.

Mohammadreza Jalaeipour dari universitas Oxford menyebut kemenangan dan kesuksesan Maryam saat meraih Fields Medal merupakan buah kerja sistem pendidikan iran.

"Ini adalah sistem pendidikan yang sama yang membantu mengidentifikasinya dan bernivestasi kepadanya (Maryam) selama bertahun-tahun,” katanya. Saat Maryam Mirzakhani tinggal di Iran, ia diberikan kesempatan, pendidikan, dan akses belajar yang baik, sehingga bisa memenangkan dua mendali emas matematika tingkat internasional.

Jalaeipour membenarkan bahwa banyak perempuan yang mengalami pembatasan dalam kehidupan sosial mereka di Iran, namun para perempuan Iran mendapatkan akses belajar, meneliti, dan mengembangkan diri yang setara dalam kehidupan pendidikan.

Dalam sebuah wawancara Mirzakhani juga membenarkan ini. “Sebagai lulusan Harvard, saya kerap harus menjelaskan bahwa saya diperbolehkan kuliah sebagai seorang perempuan,” katanya.

Selain memperoleh penghargaan Fields Medal pada 2014, Maryam Mirzakhani juga menerima penghargaan lain seperti Blumenthal Award (2009), Satter Prize (2013), dan Clay Research Award (2014). Maryam Mirzakhani diberi penghargaan Blumenthal karena dianggap memberikan kontribusi penting dalam bidang matematika murni.

Dari halaman resmi universitas Princeton riset, Mirzakhani dianggap kreatif dan orisinal, khususnya dalam usahanya memahami geometri hiperbolik. Salah satunya adalah menemukan rumus yang menyatakan volume suatu ruang moduli bergenus khas sebagai polinomial dalam jumlah komponen batas.

Dalam wawancara bersama Guardian, Maryam menyebut pada mulanya ia bercita-cita sebagai penulis. Ia senang membaca novel dan menghabiskan waktunya dengan buku atau apapun yang bisa dibaca. Maryam bersama tiga saudaranya diberikan kebebasan untuk belajar. Ia sendiri tak fokus pada matematika hingga ia duduk di bangku SMA. Saat kakaknya pulang dari sekolah, Maryam terpukau dengan penjelasan mengenai Carl Friedrich Gauss menyelesaikan rumus perhitungan 1 sampai 100.

"Solusi yang ditawarkan demikian memukau saya. Itulah saat pertama kali saya menikmati rumus [matematika], meski saya tak bisa menemukannya sendiri," katanya.

Maryam mengaku sangat beruntung lahir setelah perang Iran-Irak berakhir. Ia diberikan banyak kesempatan belajar yang baik. Sekolah Farzanegan, yang ia masuki di Tehran, memiliki guru yang berdedikasi. Di sekolah ini Maryam bertemu dengan Roya Beheshti, sesama pecinta matematika. Ia dan Roya sangat menikmati masa sekolah dan menganggap masa itu sangat penting dalam kariernya sebagai seorang matematikawan.

"Sekolah kami sangat dekat dengan jalan yang penuh buku di Tehran. Saya ingat bagaimana rasanya berjalan di antara padatnya jalan, dan masuk ke toko buku, sangat mengasyikkan bagi kami. Kami tak bisa membaca buku dengan cepat seperti yang dilakukan di sini [Amerika], jadinya kami membeli banyak buku secara acak. Juga, sekolah kami memiliki seorang kepala sekolah perempuan yang keras kepala, yang bersedia berusaha keras untuk menyediakan kami kesempatan yang sama dengan sekolah laki-laki," katanya.

Kematian Maryam Mirzakhani membuat pemerintah Iran berduka. Presiden Rouhani menyebut kematiannya membuat dunia berduka. Kementian Luar Negeri Iran yang diwakili oleh Mohammad Javad Zarif menyebut bahwa kematiannya menjadi headline di seluruh koran negara itu. Melalui akun Instagram, Zarif menyebut kematian profesor Maryam Mirzakhani membuat hati banyak masyarakat Iran berduka dan sangat kehilangan sosok ilmuwan kebanggaan dan jenius tersebut.

Ucapan duka cita dari petinggi pemerintahan Iran tak urung mendapatkan sindiran dari banyak aktivis Iran di pengasingan. Pernikahan Maryam Mirzakhani dengan ilmuwan non muslim asal Ceko, Jan Vondrák, dianggap tak sah. Imbasnya, putri mereka Anahita yang "dihasilkan" dari pernikahan itu, tidak diakui.

Baca juga artikel terkait MATEMATIKA atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Humaniora
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Zen RS